Share

13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH
13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH
Penulis: Duo Sul Enjelika

BAB 1

last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-14 11:04:21

“Mas! Aku mohon jangan membatalkan pernikahan ini. Apa kata orang nanti?” bujukku pada lelaki yang sudah tiga belas tahun menjadi pacarku itu. 

“Sudah kukatakan Rianti, aku sudah tidak mencintaimu lagi. Salahmu sendiri kenapa memaksa orang tuaku untuk melamarmu, “ jawab Mas Rustam dari seberang sana. 

“Mas Rustam, kumohon menikahlah denganku. Aku tak mau anak yang ku kandung ini lahir tanpa Ayah.” Kuberusaha membujuknya agar tetap menikahiku. 

“Salahmu sendiri jadi perempuan terlalu gampangan.” 

“Mas! Kupastikan setelah ini aku akan pergi menghadap orang tuamu kembali, agar segera melamarku secepatnya meskipun dirimu belum siap menikahiku.” Kuhapus air mata ini yang jatuh membasahi pipi. 

“ Terserah kamulah, jangan sampai kamu duduk sendiri di pelaminan berpasangan dengan kursi  kosong jika terus memaksa aku menikahimu.” Tanpa pamit denganku Mas Rustam mematikan teleponnya dari seberang sana. 

Rasanya sangat sakit dikhianati dengan cara seperti ini oleh lelaki yang kucintai. Mas Rustam adalah pacar pertamaku sejak aku duduk di bangku sekolah SMA. Kami berpacaran kurang lebih tiga belas tahun lamanya. 

Karena dia adalah cinta pertamaku, sehingga sulit membuka hati untuk lelaki lain yang mencoba merebut hatiku. Karena aku adalah tipe perempuan yang setia. 

Hubungan kami tak selalu berjalan dengan mulus. Sering terjadi perselisihan bahkan sampai membuat hubungan kami harus mengalami putus dan kembali lagi. 

Terlebih lagi, kedua orang tua Mas Rustam, kurang suka terhadapku. Karena aku adalah putri dari seorang mantan narapidana. 

Dulu Ibuku adalah buruh cuci di keluarga Mas Rustam. Ayahku juga tukang kebun di keluarganya. Boleh dibilang mereka adalah golongan berada. 

Karena, aku sering main ke rumah Mas Rustam. Disitulah benih-benih cinta mulai bersemi di antara kami. 

Waktu masih duduk di bangku SMA kami masih tampak malu-malu. Aku juga takut jika hubungan ini diketahui oleh keluargaku dan keluarga Mas Rustam. 

Hingga hubungan ini berlanjut ketika aku dan Mas Rustam duduk di bangku kuliah. Namun sayangnya hubungan kami, harus terpisah karena jarak.  

Mas Rustam lanjut kuliah kedokteran di Jakarta dan aku tetap di Sulawesi. Tapi, aku lebih suka hubungan jarak jauh seperti ini. Karena, tidak mudah orang tua kami mengetahuinya. 

Hingga, suatu hari hubungan ini diketahui oleh Ibuku ketika aku selesai kuliah. Mas Rustam berusaha pulang kampung jauh-jauh dari Jakarta hanya untuk mendampingiku  waktu wisuda. Ibu mulai curiga dengan gerak-gerik kami berdua. 

Setelah Ibu menginterogasi akhirnya aku harus jujur. Sebagai orang tua, pastinya Ibu mendukung hubungan kami mengingat Mas Rustam adalah pria yang baik.

Namun, Ibu terus mengingatkanku agar jangan menaruh harapan lebih pada orang berharta seperti keluarga Mas Rustam. 

Sebagai wanita yang baik, aku selalu mendengarkan nasehat Ibu agar fokus saja dengan kerja dulu. Agar, tak dipandang sebelah mata oleh keluarga Mas Rustam nantinya. 

Sebagai pasangan yang lagi kasmaran pastinya aku mendengarkan nasehat Ibu. Namun, nasehat Ibu kuanggap bagai angin lalu. Karena, aku menganggap Mas Rustam adalah pria yang baik. Mengingat hubunganku dengannya sudah bertahun-tahun tidak pernah terjadi perselisihan apa lagi adu mulut. 

Tapi, lama kelamaan hubungan ini akhirnya diketahui oleh keluarga Mas Rustam. Sampai suatu hari aku diberi nasehat oleh Ibu agar hubunganku dengan Mas Rustam  baiknya sudahi saja. 

“Rianti, sudah sampai sejauh mana hubunganmu dengan Rustam?” tanya Ibu yang lagi melipat pakaian di depan TV. 

“Maksudnya Bu,” tanyaku padanya. 

“Ibu ingin kalian berdua berteman saja. Kamu fokus ke kerja saja dulu. Ibu juga ingin Rustam mendapatkan wanita yang sepadan dengannya.” Sambil sesekali melirik ke arahku. 

“Bu, bukannya Ibu selalu bilang mendukung hubungan kami? Terus salahnya di mana?” Wajahku mulai merah mendengar perkataan Ibu barusan. 

“ Kamu tidak salah Rianti, tapi ini sudah takdir kita sebagai orang miskin.” Tiba-tiba mata Ibu mulai memerah dan mengeluarkan air mata. Aku sebagai anak yang paling dekat dengan Ibu sudah mengetahui pasti ada yang terjadi dengan dirinya. 

“Katakan Bu, apa yang terjadi sebenarnya? Apakah Ibu sudah tak bekerja pada keluarga Mas Rustam?” tanyaku agar Ibu segera memberitahukannya. 

“I-iya Rianti, siang tadi Ibunya Rustam berbicara dengan Ibu. Katanya  Agar, kamu tak menjalin hubungan dengan anaknya. Dia takut kuliah anaknya terganggu jika kamu dan anaknya masih menjalin hubungan.” Sesekali Ibu menyeka air matanya yang jauh membasahi pipi. 

Kutatap wajah Ibu yang mulai menua. Rambutnya yang mulai memunculkan uban, kulitnya yang mulai berkeriput. Rasa kasihan tiba-tiba muncul di benakku. Sebagai anak tertua, sudah sepantasnya aku yang harus membahagiakan Ibu. 

“Terus apa lagi yang dikatakan Ibunya Rustam pada Ibu? “ Ku dekati Ibu yang memulai pembicaraan. 

“Dia juga berpesan, jangan berharap lebih pada anaknya.” Mendengar perkataan Ibu rasanya bagai disayat sembilu. 

Bagaimana tidak, lelaki yang sangat kucintai, akan mudah kutinggalkan begitu saja. Tapi, demi kebahagiaan Ibu aku harus berbicara secara baik-baik dengan Mas Rustam. 

“Rianti, mulai besok... Ibu sudah tidak diperbolehkan menjadi buruh cuci di keluarga mereka. Katanya Ibu sudah tua. Mereka sudah mendapatkan buruh cuci yang baru.” Lagi-lagi kalimat yang dikeluarkan Ibu membuat hatiku semakin sakit. 

Aku hanya bisa menelan saliva untuk menahan air mata ini agar tak mengalir di pipi. 

Bukan mauku menjadi seperti ini. Semua sudah sesuai takdir. Takdirku dan Mas Rustam memang berbeda. Sebagai wanita yang terlahir dari kalangan orang biasa tak sepantasnya aku menaruh harapan lebih. 

Aku yang tak Terima Ibu diperlakukan seperti ini, segera bersiap menemui Ibu Mas Rustam untuk meminta agar Ibu diperkerjakan kembali olehnya.

Kulajukan sepeda motorku menuju rumah orang tua Mas Rustam. Sesampainya di sana, kudapati Ibunya sedang berbincang-bincang dengan wanita cantik di teras rumahnya. 

“Assalamualaikum, Bu Melati,” sapaku pada kedua wanita itu kemudian segera menyalami tangan Ibu Mas Rustam. 

“Wa’alaikumussalamsalam.” Ditepisnya tanganku yang ingin menyalami tangannya. Namun, aku masih sabar atas perlakuannya padaku. 

Kemudian aku segera mendekatkan bokongku di sebuah kursi rotan yang berada tepat di samping Ibu Mas Rustam. 

“kenapa? Ada yang bisa dibantu? “ tanya Ibu Mas Rustam sambil sesekali membersihkan kukunya yang barusan dipasangkan cat kuku oleh wanita yang berada di hadapanku. 

“ Be-begini Bu Melati, maksud kedatangan saya kemari untuk memperjelas alasan  Ibu memberhentikan Ibu saya sebagai buruh cuci tetap di sini?”  tanyaku dengan tak berani melihat wajahnya. 

“Oh, kamu mau tahu alasannya? Alasannya, karena kami tidak ingin anakku mempunyai  pacar yang orang tuanya adalah seorang buruh cuci di keluarga kami.” Suaranya yang keras sehingga membuat jantungku semakin berdetak kencang. Rasanya mau copot. Tapi, aku harus bertahan dan menghadapinya demi Ibu.

“ Tapi Bu, saya ingin Ibu saya...” 

“ Tapi apa? Jika kamu ingin Ibumu masih bekerja di sini, sudahilah hubunganmu dengan Rustam! Sebagai Ibunya Rustam, aku juga ingin yang terbaik untuk anakku.” 

Sebagai anak, aku juga tak mau Ibu tak mempunyai pekerjaan. Mengingat aku masih punya tiga adik yang harus dibiayai sekolahnya. 

Ditambah Ayah yang semakin menua dan sudah sakit-sakitan. Dirinya juga sudah tak mampu bekerja mencari nafkah untuk kami. Penghasilan Ibu yang tidak seberapa itulah yang bisa menafkahi kami setiap harinya. 

“Baiklah Bu! Aku janji akan memutuskan hubunganku secara baik-baik dengan Mas Rustam. Bisa kupastikan Ibu tak akan memikirkan hubungan kami lagi.” Dengan berat hati aku harus mengambil keputusan ini meskipun sakit akhirnya. 

“Oke, Ku turuti niat baikmu! Sudah seharusnya seperti itu. Karena aku ingin Rustam menikah dengan wanita yang sepadan dengan kami.” 

“Kalau begitu aku permisi dulu ya Bu, jadi kapan Ibuku bisa masuk kembali?” tanyaku pada Ibu Mas Rustam. 

“ Besok, dia bisa kembali bekerja. Ingat, sepulang dari sini tepatilah janjimu.” Dipegangnya pergelangan tanganku kemudian aku berusaha melepasnya. 

Bukan mauku mempunyai nasib seperti ini, tapi takdir setiap orang memang berbeda. Ingin rasanya diriku menangis sekencang-kencangnya. Namun, aku harus menahannya saat masih di hadapan Ibu Mas Rustam agar tak kelihatan layaknya wanita lemah. 

Kulajukan sepeda motorku menuju rumah, hingga akhirnya rasa tangis yang hendak ku tahan akhirnya pecah juga saat masih berada di tengah jalan. 

“Mas Rustam!"  Diriku berteriak sekencang-kencangnya tak peduli orang-orang melihatku layaknya orang kerasukan. 

Karena tangisku yang pecah, tak bisa kutahan lagi. Tiba di perempatan jalan tanpa memperhatikan lampu merah menyala, aku lupa berhenti. 

Sebuah mobil Agya putih berada tepat di hadapanku membuat aku gagal fokus dalam menyetir. 

“Ahh!” Mobil itu menabrakku kemudian aku tak sadarkan diri. Aku lupa apa yang terjadi setelah itu.

Bab terkait

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 2

    Diriku terbangun. Kutatap sekeliling tampak ruangan yang terasa asing. Inginku buang air kecil. Namun, kondisiku masih lemah sekuat tenaga berusaha bangun dan ingin menuju kamar kecil. Tiba-tiba seorang pemuda datang mendekatiku. Ditahannya pergelangan tanganku yang hendak menuju ke kamar kecil. “Eits! Jangan bangun dulu, kamu masih sakit,” seru lelaki itu. Kira-kira usianya tak jauh beda dengan usiaku. Kupegang kepalaku yang terasa pusing. Kemudian berusaha duduk kembali di tempat tidur yang terlihat serba putih ini. “A-aku di mana Kak?” tanyaku pada lelaki asing itu. “Kamu... Kamu di rumah sakit. Tadi, kamu pingsan karenaku yang berkendara tidak hati-hati!” Kucoba mengingatnya kembali kejadian sebelumnya. Tadi waktuku dari rumah Mas Rustam, pas di perempatan lampu merah diriku tak fokus memperhatikan rambu-rambu. Sehingga, diriku tertabrak oleh mobil. Setelah itu aku lupa semuanya. “ Berarti mobil Agya itu... Mobil kakak?” tanyaku pada lelaki yang berhidung mancung dan me

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-14
  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 3

    Segera kubaringkan tubuhku untuk beristirahat kembali. Tangisan yang tak bisa kutahan akhirnya pecah juga. Beberapa saat kemudian Ibu datang masuk ke kamar di tempat aku dirawat. Di peluknya diriku disusul tangisannya. “ Bu, Rianti tidak apa-apa! Sudah, Ibu tenang saja, Dokter Gilang sudah membawaku kemari untuk mendapatkan perawatan lebih.” Kubalas pelukan Ibu dengan hangat. “Sudah Ibu bilang padamu kan, kamu tak usah ikut campur masalah Ibu dan orang tua Rustam. Ibu juga masih bisa cari pekerjaan lain jika mereka sudah tak mau menerima Ibu lagi.” Tangan Ibu yang lemah segera melepaskan pelukannya. “ Bu, Siapa yang mau terima Ibu kerja kalau sudah tua? Rianti mohon bertahanlah sampai Rianti mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menghidupi kebutuhan keluarga kita!” bujukku pada Ibu. “Jadi, Ibu ada harapan untuk kerja kembali jadi buruh cuci pada Bu Melati?” tanya Ibu padaku.“ I- Iya, Bu. Rianti berusaha yang terbaik untuk keluarga kita. Aku juga sudah berjanji untuk putus den

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-14
  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 4

    Sore ini Rianti sudah bisa dinyatakan pulang oleh dokter. Tak lupa pula dirinya segera berpamitan pada dokter Gilang. “Terima kasih Pak, sudah baik pada Rianti selama di rumah sakit.” Meskipun masih dalam keadaan pucat Kedua lesung pipinya menambah kecantikannya saat tersenyum. “Sudah seharusnya...aku memperhatikanmu selama di sini Rianti! Karena, diriku yang berkendara kurang hati-hati sehingga aku mencelakakanmu,” ucap dokter Gilang.“Ow ya Pak Dok! Kami permisi dulu.” Rianti dan Ibunya segera keluar dari ruangan bersiap untuk pulang. “Kalian mau naik apa pulang ke rumah?” tanya Dokter Gilang. “Ka-kami mau... naik taksi saja Pak,” jawab Rianti“Aku antar ya! Kalau sore begini taksi sudah jarang ada yang lewat, takutnya kalian keburu malam” bujuk Gilang. “Tapi Pak..., “Tak usah malu, ingat kamu sampai begini karena aku yang berkendara kurang hati-hati. Jadi, kuharap kamu tidak menolak permintaanku.” Kali ini Gilang tak mau dengar alasan dari Rianti lagi. “Iya sudah kalau begit

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 5

    Tak terasa waktu pagi telah tiba. Rianti terbangun. Dilihatnya jam di ponsel menunjukkan pukul setengah enam pagi. Masih ada waktu untuk menunaikan ibadah dua rakaat.Kini dirinya bersiap-siap menghadapi sang Ilahi. Setelah itu dilihat kembali ponselnya. Tampak ada pesan masuk di aplikasi hijau. “Sudah bangun, Nti?” Rianti yang melihat pesan masuk itu tampak heran. Apakah Dokter Gilang tak takut diketahui oleh istrinya?” batinnya. Rianti hanya membaca pesan itu. Kali ini diabaikannya lagi. Karena dirinya mengira dokter Gilang sudah beristri. Takut dicap perebut laki orang. Tak berselang lama kemudian Dokter Gilang meneleponnya kembali. Rianti yang melihat nama itu di layar ponsel segera mengangkatnya meskipun ada rasa malas. “Assalamualaikum Pak Dokter!” sapanya“Waalaikumsalam, bagaimana keadaannya?” tanya Dokter Gilang“Alhamdulillah Baik, Pak Dokter tidak takut ketahuan sama istrinya menghubungiku pagi begini?” “Apa? Istri? Menurutmu... Apakah aku mirip dengan pria yang sud

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 6

    “ Ibu!”Gilang segera melepaskan pelukannya. “ Bu, Pao- Pao anak Ibu.” Serentak Bu Melati terdiam kaget mendengar Gilang menyebutkan nama kecilnya. “Apakah Ibu tak merindukan Pao Bu.” Kini Gilang tenggelam di pelukan Bu Melati.Tangisanny pecah, ketika anak dan Ibu yang sudah terpisah puluhan tahun lamanya kini dipertemukan dalam keadaan seperti ini. “Ma-maafkan Ibu Nak! Bukan maksud Ibu yang tega menelantarkan kamu. Tapi... Ayahmu sudah tak menginginkan kehadiranku.” Kini kedua Ibu dan Anak tersebut larut dalam pelukan . “Bu, Gilang kangen dengan Ibu. Setiap malam Gilang sering mimpikan Ibu. Hari ini mimpi Gilang jadi kenyataan.” Tangisannya semakin pecah ketika Gilang mengutarakan isi hatinya. Bu Melati semakin mendekap Gilang dalam pelukannya. Selama ini Karena keegoisannya dia sampai lupa bahwa dirinya masih mempunyai satu anak lelaki yang tak dianggapnya ada.Beberapa saat kemudian pelukan anak dan Ibu yang baru bertemu itu terhenti oleh kedatangan perawat yang masuk ke da

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 7

    Ma-maafkan Aku,” ucap Gilang. Ketika mereka berdua saling memandang dalam jarak yang sangat dekat. Tatapan mata mereka berdua bertemu. Gilang yang tak menyangka akan kehadiran Rianti di ruangan Rustam dirawat spontan melepaskan rangkulannya yang secara tak sengaja di pinggul Rianti. “Plugh!” Rianti terjatuh ke lantai. Seketika dengan spontan Gilang merangkulnya kembali. Rustam melihat tingkah keduanya seperti tak biasa seketika timbul rasa cemburu. “Kalian apa-apaan Sih! Di sini aku lagi sakit,” ucap Rustam. Gilang tak menghiraukan perkataan Rustam. Sementara Rianti berusaha melepaskan dengkapan Gilang yang masih melilit di pinggulnya kemudian bergegas meninggalkan tempat tersebut. Dirinya berusaha mengejar Rianti namun dicegat oleh Bu Melati. “Gilang! Mau ke mana kamu? Tak perlu repot mengejar wanita yang tak kamu kenal itu.” “Aku... Aku menge...,” ucapnya namun Ibu memotong pembicaraannya. “Gilang, sejak tadi Rustam menunggumu.” Ditariknya tangan Gilang untuk mendekati

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 8

    Tam! Kapan kita pergi ke rumah Rianti untuk meminangnya?” Sambil merapikan kukunya. “Apakah Ibu sudah siap? Bukannya Ibu masih berpikir untuk menerima Rianti?” tanya Rustam yang mulai heran dengan sikapnya. “Apa kamu mau wanita yang kamu cintai akan direbut lelaki lain? Ingat Tam! Meskipun Ibu kutang suka pada Rianti tapi Ibu juga ingin kamu bahagia.” “Jadi, Ibu sudah menerima Rianti dengan iklas?” tanya Rustam yang semakin penasaran.“Tam! Jangan berlama- lama ingat Ibu juga ingin melihatmu bahagia.” Tak berpikir panjang Rustam segera menelepon Rianti untuk memberikan kabar baru yang baginya itu adalah sebuah kesempatan untuk mendekatkan antara Rianti dan Ibunya. “Halo, assalamu’alaikum!” ucapnya. “Wa’alaikumussalamsalam, iya kenapa Mas? Apakah aku akan dihina lagi oleh Ibumu? “ jawab Rianti dari sana. “Rianti! Kumohon buang jauh- jauh pikiranmu kali ini Ibu mau hubungan kita mengarahkan ke jenjang yang lebih serius lagi. Jadi, kumohon saat ini bersabarlah sambil mengambil hat

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03
  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 9

    Tok.. Tok.. Tok!” Suara ketukan di pintu mengagetkan Rianti dari tangisannya.Dibukanya pintu kamar dan menyuruh Ibunya masuk. “Rianti! Tenangkan hatimu Nak, apakah kamu bersedia menerima pinangan keluarga Rustam dengan cara seperti itu.” Sambil mengelus kepala Rianti yang larut dalam pelukannya. “Rianti malu Bu. Rianti juga bingung apakah menerima pinangannya atau Rianti mundur.” “Rianti, semuanya Ibu serahkan padamu. Ibu yakin kamu dewasa dalam menentukan sikapmu ketika berhadapan dengan permasalahan seperti ini,” jawab Ibunya menguatkan Rianti. “Baiklah Bu, aku akan keluar sebentar lagi. Mohon tunggu aku sebentar ya Bu.” Dirapikan jilbabnya terlebih dahulu kemudian melangkah keluar. “Eh, Nih dia gadis cantik yang berusaha memikat hati anakku Rustam,” ucap Ibu Melati. “Sini duduk,” lanjutnya. Rianti yang masih menyisakan sisa air matanya harus mendekatkan diri di hadapan Ibunya Rustam Bu Melati. “I-iya Bu,” jawab Rianti.Ibu Rustam mengeluarkan cincin yang tersimpan di saku

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04

Bab terbaru

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 36

    “ Ayo masuk, aku mau mengantarkan pasienku. Sejak tadi dia ditinggal suaminya dan pergi bertemu wanita lain.” Ditatapnya wajah Gilang sambil menjelaskan apa yang dialaminya tadi.“ Rustam meninggalkan Rianti demi si Alya, aduh mana dia pakai mobilku lagi.” Ditepuk jidatnya sambil menahan kesalnya.“ Ayo masuk nanti kita jelaskan di dalam mobil saja, aku kasihan sama wanita yang diperlakukan oleh suaminya seperti ini. Apalagi, dia bawa bayi kembar,” ujarnya sambil fokus menyetir.“ Lelaki yang menjadi suaminya adalah adikku Bro, kami seibu tapi sejak kecil aku tak dibesarkan bersamanya,” jelas Gilang meyakini temannya itu.“ Oh, jadi kita harus ke mana dulu apakah mencari mobil kamu atau mengantarkan Rianti dulu?”“ Aku...aku mau pulang ke rumah Bu Melati saja Mas, kasihan kedua anakku jika harus mengikuti kalian mencari Mas Rustam,” pinta Rianti.“Baiklah, sebagai saudara Rustam aku sangat malu melihat tingkahnya yang kekanakan itu. Seharusnya dia bertanggung jawab dengan apa yang dil

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 35

    iiiihhh, berisik. Awas ya, jika dalam waktu lima belas menit dari sekarang kamu tidak kembali ke mobil, aku akan tinggal pergi. Kamu pulang dengan jalan kaki saja.” Dimatikan teleponnya, kemudian menelepon Alya yang sejak tadi merajuk akibat lebih memilih mengantarkan Rianti dari pada pergi kepadanya.“ Al, ma- maaf ya. Aku...”Belum sempat meneruskan pembicaraannya Alya langsung memotong pembicaraannya.“ Aku tak butuh permintaan maafmu Mas, sekarang putuskan saja, kamu memilih Rianti atau kamu kesini antar aku ke rumah sakit. Sejak kemarin aku kurang enak badan Mas,” ungkapnya sambil memegang perutnya yang selalu mual itu.“ Tunggu sedikit lagi ya sayang. Aku...aku pasti kena marah Ibuku jika mengabaikan Rianti. Dia juga istri sahku. Jangan buat aku bimbang diantara dua pilihan.” Digaruk Kepalanya yang tidak gatal itu karena kebingungan.“ Terserah kamu Mas. Aku lelah menghadapi sikapmu ini. Nanti aku minta tolong diantar si Rocky saja ya,” balasnya karena kesal dengan sikap Rustam.

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 34

    Memang benar, kata orang. Kita dihargai Jika kita punya harta,” batinnya Tanpa berpikir panjang lagi dirinya segera pergi meninggalkan tempat itu. Tanpa diketahui oleh Rianti dan dari pihak keluarga Rustam. Sesakit inikah rasanya, ketika harus mempunyai besan dan menantu dari keluarga kaya. Kukira aku akan dihargai, namun tidak sesuai apa yang diharapkan. *** “ Mas, Hasan anak kita sakit. Bisakah aku diantar ke rumah sakit?” pinta Rianti ke Rustam. “ Aku tak bisa, suruh saja kang Asep antar ke sana,” balas Rustam yang masih berbaring di tempat tidur. “ Mas, Aku tak bisa jika harus dengan Mas Asep ke sana. Siapa yang bantu aku jaga Husein Jika ke sana bersama Mas Asep?” “ Kamu bisa mengerti aku tidak, aku masih capek karena resepsi pernikahan kita kemarin. Pergilah bawa anakmu itu aku masih lelah.” Ditariknya selimut kemudian tidur kembali. “Astagfirullah!" Rianti hanya menggelengkan kepalanya karena marah pada Rustam saat ini tak ada gunanya. Rustam yang semakin

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 33

    Bu- bukan itu maksud saya Bu. Saya hanya...” “Hanya apa? Mundurlah sesukamu. Tapi kembalikan uangku yang sudah rugi karena terlanjur mempersiapkan semuanya.” Rianti hanya terdiam menahan kecewa atas ulah calon mertuanya itu. Dirinya tak berani menatap wajah kedua mertuanya yang saat ini berdiri di hadapannya. “ Rianti! Apa yang terjadi padamu? Kenapa ingin mundur dari pernikahan ini,” ucap Pak Haikal sambil memegang bahu Rianti . “ A-anu Pak, tadi saya mendapatkan informasi kalau Mas Rustam sekarang lagi tinggal bersama Alya di sebuah apartemen. Mas Gilang yang bilang ke aku barusan,” jelasnya. “ Baiklah jika itu yang membuat kamu kecewa. Tapi, sebagai calon mertua kamu, sekali lagi bapak mohon jangan segampang itu mengatakan mundur. Buat kami yakin dengan kemampuanmu untuk menjadi istri Rustam.” “ Baiklah pak, semua ini aku lakukan masih bertahan hanya demi Hasan dan Husein agar mereka bisa punya Ayah,” ujarnya kemudian berpaling menghadap ke putra kembarnya. Rasanya

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 32

    Kemudian perawat itu segera keluar dari ruangan tempat bersalin Bu Lasmi. Setelah memastikan semuanya aman, Bu Lasmi diam-diam keluar dari ruangan tempatnya dirawat. Dirinya segera menuju ke kamar bayi. Matanya yang liar ke sana-kemari hanya untuk memastikan semuanya aman. Kemudian, segera mencari bayinya dan bayi Bu Melati untuk ditukar olehnya Tangannya yang masih lemah, berusaha menggendong kedua bayi itu , secepat mungkin dirinya beraksi untuk ditukar olehnya. Terdengar suara langkah kaki dari luar menuju ke kamar bayi. “Ibu mau apa di sini?” ucap salah seorang perawat yang berdiri di depan pintu. “ Oh, sa- saya hanya rindu ingin bertemu anak saya Bu,” jawab Bu Lasmi seraya berbalik ke arah perawat yang berdiri di pintu. “Bu, tidak seorang pun yang bisa masuk ke ruangan ini kecuali perawat. Meskipun, Anda adalah seorang pasien harus sepengetahuan dari pihak rumah sakit dulu baru diizinkan masuk ke sini,” jelas salah satu perawat tersebut dengan tegas. “ Ma- maaf Bu, sa

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 31

    Urus dulu nasibmu Nak. Pastikan kedua anakmu memiliki identitas punya Ayah selanjutnya kamu berpikir bagaimana cara yang terbaik,” balas Ibunya dengan mata yang berkaca-kaca. “ Baiklah Bu, jika ini permintaanmu. Akan Rianti lakukan meskipun saat ini Rianti sudah lelah menghadapi keluarga Mas Rustam. Tapi, Rianti akan berusaha tegar demi kedua anakku,” jawab Rianti berusaha kuat. “ Kamu pulanglah. Bersikap biasa saja ketika menghadapi mereka. Semoga kamu kuat ya Nak.” “ Baiklah Bu, terimakasih selalu ada untuk Rianti. Besok Rianti berkunjung lagi kemari.” Dipegangnya tangan Ibunya yang masih lemah itu. “ Cucu lembar Ibu mana?” tanya Bu Lasmi tiba-tiba “ Oh, mereka sudah tidur Bu. Aku, menyuruh Bik Tum dulu untuk menjaga mereka,” jawabnya Kedua Ibu dan anak itu saling berpelukan untuk saling menguatkan. Tak lupa pula Rianti pamit ke Gilang agar bisa menjaga Ibu. Seperti pesan Ibunya ketika sampai di rumah keluarga Rustam dia bersikap seperti biasa tanpa peduli tatapan mereka ya

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 30

    Rianti yang sudah berada di rumah sakit segera masuk ke ruangan Ibunya dirawat. Sementara di sampingnya ada sosok Dokter Gilang yang masih setia menemani. “ Bu, ini Rianti. Kumohon bangunlah!” ujarnya sambil memeluk tubuh Ibunya yang terbaring tak sadarkan diri.“Bu, Rianti mohon sadarlah!” Isak tangisnya membuat seisi ruangan yang awalnya sepi kini menjadi ribut. Perlahan Gilang merangkulnya untuk saling menguatkan. “Rianti, sabar. Semua sudah sesuai kehendak Tuhan. Saat ini, Ibumu perlu istirahat. Pulanglah, ke rumah calon keluarga barumu,” perintah Gilang.“ Ta-tapi Mas, Aku...” “Pulanglah! Kamu tak perlu ragu dengan keadaan Ibumu. Dia hanya mengalami sedikit luka lebam akibat jatuh di lantai licin.” “ Mas, aku titip Ibu ya. Insya Allah besok Rianti balik lagi kemari.” Ditinggalkannya Gilang yang masih setia menemani Ibunya. “Besok, jika dirimu kemari bawalah Hasan dan Husein, sejak kamu pergi meninggalkan rumah Ibu sering bercerita bahwa dia merindukan kedua cucu kembarnya

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 29

    Ricko yang merasa kesakitan segera pergi mencari tempat persembunyian yang aman.Dari lantai dua Rustam segera turun ke lantai satu untuk mencari sosok kucing yang bersuara manusia sempat meresahkan dirinya tersebut.Namun, usahanya itu segera dicegat oleh Alya yang tiba-tiba saja memeluknya dengan erat dari belakang.“Sudahlah Mas, tidak usah pedulikan suara itu. Ayo, apakah Mas tidak rindu padaku.” Bisikan Alya tepat ditelinganya semakin membuat hasrat li***onya memuncak. Sehingga Rustam sulit menolak ajakan Alya.Sementara di tempat lain Rianti sedang disibukkan mengurus kedua putra kembarnya. Nampaknya Hasan dan Husein makin suka dengan kehadiran Bu Melati.“Rianti, sebentar kami akan pergi menyiapkan semua keperluan kamu dan Rustam yang akan menikah. Nanti, Hasan dan Husein dititip ke Mpok Iyem saja ya,” ucapnya sambil memegang pundak Rianti.“Ba- baik Bu.” Dianggukkan kepalanya sebagai tanda setuju.“ Kita tunggu saja sampai sore, jika Rustam belum kembali nanti kamu sama Jing

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 28

    “ Nit, sekarang aku lagi di depan Villa tempat kalian berada. Bolehkah aku masuk?” Sebuah pesan masuk di aplikasi hijau ponsel Anita.Anita yang saat itu sedang asyik memainkan ponselnya tersentak kaget melihat pesan dari Rustam.“ Aduh Mel, gawat!” Sambil memegang kepalanya yang tidak pusing itu.“Kenapa Nit? Apanya yang gawat?” Tiba-tiba Melsi keheranan melihat tingkah Anita.“Rustam sekarang ada di luar Villa ini. Sementara Alya di dalam lagi tidur bareng Ricko. Kita harus bagaimana?” ucap Anita yang kemudian berdiri mondar mandir di ruang tengah.“Begini Nit, alangkah baiknya kita harus beritahu mereka di dalam. Jangan sampai ketahuan Rustam.” Keduanya segera mengetuk pintu kamar Alya dari luar. Namun, tetap saja Alya dan Ricko tak mendengar.“ Mel, kita buka saja pintunya yuk! Siapa suruh tidak dengar teriakan kami,” ujar Anita yang bersiap membuka pintu kamar Alya.“Aduh Nit, jangan sampai si Alya marah cuma karena tingkah konyol kami ya. Coba teriak lagi.“Alya! Alya! Di luar

DMCA.com Protection Status