Share

BAB 4

last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-17 14:22:03

Sore ini Rianti sudah bisa dinyatakan pulang oleh dokter. Tak lupa pula dirinya segera berpamitan pada dokter Gilang. 

“Terima kasih Pak, sudah baik pada Rianti selama di rumah sakit.” Meskipun masih dalam keadaan pucat Kedua lesung pipinya menambah kecantikannya saat tersenyum. 

“Sudah seharusnya...aku memperhatikanmu selama di sini Rianti! Karena, diriku yang berkendara kurang hati-hati sehingga aku mencelakakanmu,” ucap dokter Gilang.

“Ow ya Pak Dok! Kami permisi dulu.” Rianti dan Ibunya segera keluar dari ruangan bersiap untuk pulang. 

“Kalian mau naik apa pulang ke rumah?” tanya Dokter Gilang. 

“Ka-kami mau... naik taksi saja Pak,” jawab Rianti

“Aku antar ya! Kalau sore begini taksi sudah jarang ada yang lewat, takutnya kalian keburu malam” bujuk Gilang. 

“Tapi Pak..., 

“Tak usah malu, ingat kamu sampai begini karena aku yang berkendara kurang hati-hati. Jadi, kuharap kamu tidak menolak permintaanku.” Kali ini Gilang tak mau dengar alasan dari Rianti lagi. 

“Iya sudah kalau begitu. Rianti cuma takut  merepotkan Pak Dokter nantinya.” 

Beberapa saat kemudian mobil Dokter Gilang sudah parkir di depan rumah sakit. Rianti yang di suruh menunggu di depan segera bersiap masuk. 

Pada saat bersamaan, pasien baru datang bersiap memasuki ruang IGD. Rianti yang menyempatkan diri melirik ke samping  melihat ke arah pasien dan keluarganya yang baru datang itu. 

Benar saja, kali ini yang jadi pasien adalah Mas Rustam. Ternyata...dia tak main-main dengan perkataannya. Bu Melati Ibunya Rustam juga ada di sana mengantar Rustam yang sudah dibaringkan dan bersiap masuk ke ruang IGD. 

Mata Rianti terbelalak melihat sosok Rustam yang bersimbah darah di lengannya dan sekujur tubuhnya membiru hampir saja tak dikenalinya.

Dirinya spontan teriak dengan menyebut nama Rustam. 

“Rustam!” Bu Melati segera menoleh ke asal suara. 

Benar saja matanya yang terbelalak melihat sosok Rianti dan Ibunya berdiri di sana. Dirinya hendak memajukan langkahnya untuk mengantarkan Rustam masuk ke ruang IGD. Namun, kali ini tangannya di pegang kuat oleh Ibu agar tak bertindak semaunya. 

“Rianti, hentikan langkahmu! Kamu bukan siapa-siapa di keluarga itu.” Sejenak Rianti tersadar kembali oleh kata-kata Ibu Rustam dirinya yang sudah terlanjur dihina olehnya. 

“Rianti, ayo masuk!” Dari dalam mobil Gilang berseru memanggil namanya. 

“I-iya Pak!” Di langkahkan kakinya masuk ke dalam mobil tanpa memperdulikan Rustam dan Ibunya yang melihat ke arahnya

Selama di perjalanan pulang Rianti terlihat lebih banyak diam. Begitu juga dengan Gilang yang lebih pilih fokus menyetir. 

“Belok kiri ya Pak Dokter!” Ibu yang mencoba membuka suara di keheningan tersebut. 

“I-iya Bu,” jawabnya. 

Beberapa saat kemudian tibalah di sebuah gang sempit menuju rumah Rianti. 

“Pak Dokter, kami... Turun di sini, saja. Karena mobil tidak bisa masuk ke dalam,” jelas Rianti. 

“Oke, Tapi aku tetap mengantar kalian dengan jalan kaki.” 

Rianti dan Ibunya saling berhadapan mendengar jawaban dokter Gilang. Sekitar sepuluh menit mereka jalan kaki di gang sempit. 

Kini mereka sudah tiba di rumah Rianti. Rumah yang lumayan kecil namun rapi dan bersih. 

“Kita sudah sampai Pak! Ayo masuk!” ajak Rianti. 

Dokter Gilang melepas sepatunya dan masuk ke rumah Rianti. Kali ini mereka duduk melantai karena di rumah Rianti tak ada kursi. 

“Oh ya Nak Gilang, bolehkah menunggu sebentar? Ibu mau masak dulu. Nanti Nak Gilang makan di sini ya,” ucap Ibu dengan ramah. 

“Boleh sekali Bu, kebetulan aku...lagi lapar!” Dipegangnya perutnya yang mulai mengempis. 

Rianti yang malu-malu hanya bisa tersenyum melihat tingkah dokter Gilang. Setelah melihat Ibu masuk ke dalam mereka mulai pembicaraan. 

“Rianti, boleh tau kesibukan kamu setiap hari apa?” tanya Gilang. 

“Aku... aku lagi cari-cari kerja yang pas Pak,” jawab Rianti seraya merapikan jilbabnya. 

“Sebelumnya sudah pernah kerja di mana?” 

“Rianti...kerja di salah satu kantor pemerintahan yang ada di sini pak. Tapi, sudah berhenti karena jarak dari rumah ke sana lumayan jauh,” jelas Rianti dengan polos. 

“Sudah lama berhenti kerja?” 

“Belum Pak, Kira-kira dua mingguan.”  

Kini obrolan mereka semakin akrab dan serius saja. Beberapa saat kemudian Ibu Rianti memotong pembicaraan mereka. 

“Nak Gilang, Rianti, ayo masuk ke dalam! Kita makan sama-sama,” ajak Ibu. 

Rianti dan Gilang segera menyusul Ibu ke dapur. Tampak di atas meja sudah berbagai makanan yang dihidangkan. Layaknya ada tamu besar yang akan datang. 

Ada jamur tumis, ikan asin sambal terasi, gulai kambing, dan kari ayam terhidang di atas meja. 

“Gulai kambing dan kari ayam dari mana Bu? Tumben Ibu masak sebanyak ini?” tanya Rianti sekedar membuka pembicaraan mereka. 

“Tadi ada tetangga yang kasih, karena ada acara hajatan katanya.” Sambil memasukkan makanan di mulutnya. 

Gilang dengan lahap memakan hidangan yang ada. Kali ini dirinya makin terlihat akrab dengan keluarga kecil tersebut. 

“Bu aku... Boleh tambah ikan asin dan nasi lagi ya?” tanya Gilang. 

“Boleh pak!” Rianti menjawab sambil melirik Ibu yang sibuk menggigit daging ayam yang susah terpotong. 

Tiba- tiba gigi palsu Ibu terjatuh karena terlalu memaksa untuk mengunyah makanan tersebut. 

Kali ini Gilang dan Rianti yang melihat kejadian itu semakin tertawa lucu melihat tingkah Ibunya. 

“Wah kalian menertawakan Ibu, akhirnya Ibu jadi malu.” Diambilnya piring bekas makannya dan membawanya ke belakang. 

“ Loh Bu, kenapa sudah berhenti? Makanan Ibu masih tersisa di piring” 

“Sudahlah , selera makan Ibu hilang karena gigi palsu.” 

Gilang dan Rianti yang mendengar perkataan Ibu tiba-tiba tertawa lagi karena merasa semakin lucu. 

“Maaf ya Bu, karena kami Ibu jadi malu.” 

Dokter Gilang menyudahi makanannya dan mencuci tangannya. Beberapa saat kemudian terdengar suara azan magrib. 

“Bu, Gilang boleh numpang salat di sini gak?” 

“Oh, boleh sekali.” Sambil membereskan piring bekas makan yang ada di atas meja. 

Kini mereka bertiga melakukan salat bersama di pimpin oleh Gilang. 

Setelah selesai melakukan salat magrib, Gilang segera pamit pulang. 

Beberapa saat kemudian Gilang  mengirim pesan ke Rianti di aplikasi hijaunya 

“Rianti, aku sudah sampai.” 

Rianti yang melihat pesan dari Dokter Gilang merasa heran dengan pesan masuknya. 

“Perasaan tadi tak ada yang tanya dia sudah sampai atau belum,” batinnya dalam hati. 

Dina yang masih merasa sakit di bagian kepala hanya mengabaikan pesan dari Gilang. 

Sementara dari seberang sana Gilang berharap balasan pesan dari Rianti. 

Sekitar setengah jam ditunggunya  balasan pesan dari Rianti. Namun pesannya yang sudah terlihat centang biru tersebut belum mendapat respon.  

Tanpa menunggu lama lagi, Gilang menelepon Rianti. Melihat layar ponsel tertera nama Dokter Gilang segera diangkat telepon tersebut. 

“Assalamualaikum , lagi apa?” tanya Gilang dari seberang sana. 

“Wa’alaikumussalam, Pak Dokter! Nih, lagi mau ganti perban di siku yang luka!” Sambil sesekali di kompresnya dengan air hangat. 

“Kok, pesan dariku tak dibalas Nti?” 

“Oh itu, aku... aku lagi sibuk Pak. Jadi Rianti lambat membalasnya.” 

“Tidak apa ! Nanti setelah kamu kompres luka dan ganti perban jangan lupa cepat tidur ya,” ucap Gilang 

“I-iya Pak,”

“Oke kalau begitu kusudahi dulu ya. Selamat beristirahat Rianti.” 

“Iya Pak, terima kasih!” jawab Rianti. 

Beberapa hari ini Rianti mulai berusaha melupakan Rustam. Meskipun sulit baginya tapi, pekerjaan Ibu lebih penting dipertahankan dari lelaki yang bersamanya kurang lebih tiga belas tahun itu. 

Setelah mengganti perbannya, Rianti pun terlelap. 

Bab terkait

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 5

    Tak terasa waktu pagi telah tiba. Rianti terbangun. Dilihatnya jam di ponsel menunjukkan pukul setengah enam pagi. Masih ada waktu untuk menunaikan ibadah dua rakaat.Kini dirinya bersiap-siap menghadapi sang Ilahi. Setelah itu dilihat kembali ponselnya. Tampak ada pesan masuk di aplikasi hijau. “Sudah bangun, Nti?” Rianti yang melihat pesan masuk itu tampak heran. Apakah Dokter Gilang tak takut diketahui oleh istrinya?” batinnya. Rianti hanya membaca pesan itu. Kali ini diabaikannya lagi. Karena dirinya mengira dokter Gilang sudah beristri. Takut dicap perebut laki orang. Tak berselang lama kemudian Dokter Gilang meneleponnya kembali. Rianti yang melihat nama itu di layar ponsel segera mengangkatnya meskipun ada rasa malas. “Assalamualaikum Pak Dokter!” sapanya“Waalaikumsalam, bagaimana keadaannya?” tanya Dokter Gilang“Alhamdulillah Baik, Pak Dokter tidak takut ketahuan sama istrinya menghubungiku pagi begini?” “Apa? Istri? Menurutmu... Apakah aku mirip dengan pria yang sud

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 6

    “ Ibu!”Gilang segera melepaskan pelukannya. “ Bu, Pao- Pao anak Ibu.” Serentak Bu Melati terdiam kaget mendengar Gilang menyebutkan nama kecilnya. “Apakah Ibu tak merindukan Pao Bu.” Kini Gilang tenggelam di pelukan Bu Melati.Tangisanny pecah, ketika anak dan Ibu yang sudah terpisah puluhan tahun lamanya kini dipertemukan dalam keadaan seperti ini. “Ma-maafkan Ibu Nak! Bukan maksud Ibu yang tega menelantarkan kamu. Tapi... Ayahmu sudah tak menginginkan kehadiranku.” Kini kedua Ibu dan Anak tersebut larut dalam pelukan . “Bu, Gilang kangen dengan Ibu. Setiap malam Gilang sering mimpikan Ibu. Hari ini mimpi Gilang jadi kenyataan.” Tangisannya semakin pecah ketika Gilang mengutarakan isi hatinya. Bu Melati semakin mendekap Gilang dalam pelukannya. Selama ini Karena keegoisannya dia sampai lupa bahwa dirinya masih mempunyai satu anak lelaki yang tak dianggapnya ada.Beberapa saat kemudian pelukan anak dan Ibu yang baru bertemu itu terhenti oleh kedatangan perawat yang masuk ke da

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 7

    Ma-maafkan Aku,” ucap Gilang. Ketika mereka berdua saling memandang dalam jarak yang sangat dekat. Tatapan mata mereka berdua bertemu. Gilang yang tak menyangka akan kehadiran Rianti di ruangan Rustam dirawat spontan melepaskan rangkulannya yang secara tak sengaja di pinggul Rianti. “Plugh!” Rianti terjatuh ke lantai. Seketika dengan spontan Gilang merangkulnya kembali. Rustam melihat tingkah keduanya seperti tak biasa seketika timbul rasa cemburu. “Kalian apa-apaan Sih! Di sini aku lagi sakit,” ucap Rustam. Gilang tak menghiraukan perkataan Rustam. Sementara Rianti berusaha melepaskan dengkapan Gilang yang masih melilit di pinggulnya kemudian bergegas meninggalkan tempat tersebut. Dirinya berusaha mengejar Rianti namun dicegat oleh Bu Melati. “Gilang! Mau ke mana kamu? Tak perlu repot mengejar wanita yang tak kamu kenal itu.” “Aku... Aku menge...,” ucapnya namun Ibu memotong pembicaraannya. “Gilang, sejak tadi Rustam menunggumu.” Ditariknya tangan Gilang untuk mendekati

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 8

    Tam! Kapan kita pergi ke rumah Rianti untuk meminangnya?” Sambil merapikan kukunya. “Apakah Ibu sudah siap? Bukannya Ibu masih berpikir untuk menerima Rianti?” tanya Rustam yang mulai heran dengan sikapnya. “Apa kamu mau wanita yang kamu cintai akan direbut lelaki lain? Ingat Tam! Meskipun Ibu kutang suka pada Rianti tapi Ibu juga ingin kamu bahagia.” “Jadi, Ibu sudah menerima Rianti dengan iklas?” tanya Rustam yang semakin penasaran.“Tam! Jangan berlama- lama ingat Ibu juga ingin melihatmu bahagia.” Tak berpikir panjang Rustam segera menelepon Rianti untuk memberikan kabar baru yang baginya itu adalah sebuah kesempatan untuk mendekatkan antara Rianti dan Ibunya. “Halo, assalamu’alaikum!” ucapnya. “Wa’alaikumussalamsalam, iya kenapa Mas? Apakah aku akan dihina lagi oleh Ibumu? “ jawab Rianti dari sana. “Rianti! Kumohon buang jauh- jauh pikiranmu kali ini Ibu mau hubungan kita mengarahkan ke jenjang yang lebih serius lagi. Jadi, kumohon saat ini bersabarlah sambil mengambil hat

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03
  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 9

    Tok.. Tok.. Tok!” Suara ketukan di pintu mengagetkan Rianti dari tangisannya.Dibukanya pintu kamar dan menyuruh Ibunya masuk. “Rianti! Tenangkan hatimu Nak, apakah kamu bersedia menerima pinangan keluarga Rustam dengan cara seperti itu.” Sambil mengelus kepala Rianti yang larut dalam pelukannya. “Rianti malu Bu. Rianti juga bingung apakah menerima pinangannya atau Rianti mundur.” “Rianti, semuanya Ibu serahkan padamu. Ibu yakin kamu dewasa dalam menentukan sikapmu ketika berhadapan dengan permasalahan seperti ini,” jawab Ibunya menguatkan Rianti. “Baiklah Bu, aku akan keluar sebentar lagi. Mohon tunggu aku sebentar ya Bu.” Dirapikan jilbabnya terlebih dahulu kemudian melangkah keluar. “Eh, Nih dia gadis cantik yang berusaha memikat hati anakku Rustam,” ucap Ibu Melati. “Sini duduk,” lanjutnya. Rianti yang masih menyisakan sisa air matanya harus mendekatkan diri di hadapan Ibunya Rustam Bu Melati. “I-iya Bu,” jawab Rianti.Ibu Rustam mengeluarkan cincin yang tersimpan di saku

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 10

    Sudah tiga hari sejak peminangan Rianti Ibunya lebih banyak diam. Melihat tingkah anaknya yang semakin sulit diatur dirinya lebih memilih diam. Karena berbicara pun tak ada gunanya di mata Rianti yang semakin lengket kaya prangko dengan Rustam.Pagi ini Ibu sedang sibuk mengatur bunga- bunga yang ada di taman. Dari depan terlihat Gilang yang melangkah menuju rumah mereka.“ Eh, Nak Gilang! Kenapa lama tak muncul kemari?” tanya Ibu Rianti mendekatinya.“ Maaf Bu aku...selama ini pergi keluar kota ikut pelatihan dokter,” jawabnya sambil menyalami tangan Bu Lasmi.“ Ayo, masuk ke dalam dulu.” Gilang segera masuk ke dalam rumah.“Oh ya Bu, Rianti ya mana?” Sambil melihat sekeliling karena sejak tadi tak melihat sosok Rianti.“Dia lagi di kamar.” Beberapa saat kemudian, Rianti keluar dari kamarnya. Kini tampilannya sudah rapi seperti mau keluar. “Mau ke mana Neng cantik?” tanya Gilang.“ Mau keluar dengan tunanganku Kak.” Diliriknya dokter Gilang dan menyalaminya.“Aku pamit ya Bu.” Kem

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 11

    “ Rianti! Kamu...tunggu aku di sini ya. Mas, mau mandi dulu.” Ditinggalkannya Rianti yang masih duduk di ruang tamu lantai dua sambil menikmati indahnya suasana sekitar jika di lihat dari lantai atas.“ Jangan lama- lama Mas! Rianti takut ditinggal sendiri,” ucapnya sambil memainkan ponselnya.Samar- samar terdengar suara percikan air dari kamar mandi. Rustam membersihkan badannya setelah berkeringat. Beberapa saat kemudian disudahi mandinya dan keluar hanya menggunakan handuk mandi.Didekatinya Rianti yang sedang asyik-asyik menikmati pemandangan alam sekitar. Tiba- tiba saja mulut Rianti didekapnya agar tak menimbulkan suara.“ Mas, apa- apaan kamu Mas! Lepaskan,” ucap Rianti dengan memberontak.Tangan Rustam mulai meraba- raba bagian dadanya.“ Hentikan Mas!” Didorongnya Rustam hingga terjatuh di lantai.“Rianti! Sudah lama aku menantikan momen ini. Jika kamu ingin menikah denganku, apa salahnya kita bisa melakukannya. Lagi pula... Kita kan sudah tunangan,” bujuk Rustam meyakinkan R

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-06
  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 12

    “Mau apa kalian kemari? Ingat ini urusan rumah tangga kami. Urus saja suami kalian. Jangan sampai mereka direbut pelakor.” Rianti segera menutup pintu agar kedua tetangga julidnya itu tidak masuk ke rumahnya.Kedua wanita itu berbalik arah dan pulang ke rumah masing-masing.“Rianti! Mohon dengarkan Ibumu. Ingat, Rustam adalah saudara tiriku. Namun, sikapnya tak begitu pantas buatku,” ucap Gilang yang semakin geram dengan tingkah Rustam.“Lantas! Aku harus bagaimana lagi? Bukankah menikah dengan Rustam akan memperbaiki ekonomi Ibu?” bantah Rianti membela diri.“Rianti! Harta bisa dicari lelaki seperti Rustam bisa kamu dapatkan. Apalagi kamu cantik. Tapi, ingat harga dirimu dan harga diri keluarga itu lebih penting. Jangan sampai kalian di injak-injak oleh Rustam yang sangat sombong itu.” Mendengar nasehat dari Gilang hati Rianti mulai luluh. Dirinya segera masuk ke kamar meninggalkan Ibu dan Gilang yang masih duduk di ruang tamu.“Bu anggap saja, Gilang adalah anakmu. Mulai besok I

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07

Bab terbaru

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 36

    “ Ayo masuk, aku mau mengantarkan pasienku. Sejak tadi dia ditinggal suaminya dan pergi bertemu wanita lain.” Ditatapnya wajah Gilang sambil menjelaskan apa yang dialaminya tadi.“ Rustam meninggalkan Rianti demi si Alya, aduh mana dia pakai mobilku lagi.” Ditepuk jidatnya sambil menahan kesalnya.“ Ayo masuk nanti kita jelaskan di dalam mobil saja, aku kasihan sama wanita yang diperlakukan oleh suaminya seperti ini. Apalagi, dia bawa bayi kembar,” ujarnya sambil fokus menyetir.“ Lelaki yang menjadi suaminya adalah adikku Bro, kami seibu tapi sejak kecil aku tak dibesarkan bersamanya,” jelas Gilang meyakini temannya itu.“ Oh, jadi kita harus ke mana dulu apakah mencari mobil kamu atau mengantarkan Rianti dulu?”“ Aku...aku mau pulang ke rumah Bu Melati saja Mas, kasihan kedua anakku jika harus mengikuti kalian mencari Mas Rustam,” pinta Rianti.“Baiklah, sebagai saudara Rustam aku sangat malu melihat tingkahnya yang kekanakan itu. Seharusnya dia bertanggung jawab dengan apa yang dil

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 35

    iiiihhh, berisik. Awas ya, jika dalam waktu lima belas menit dari sekarang kamu tidak kembali ke mobil, aku akan tinggal pergi. Kamu pulang dengan jalan kaki saja.” Dimatikan teleponnya, kemudian menelepon Alya yang sejak tadi merajuk akibat lebih memilih mengantarkan Rianti dari pada pergi kepadanya.“ Al, ma- maaf ya. Aku...”Belum sempat meneruskan pembicaraannya Alya langsung memotong pembicaraannya.“ Aku tak butuh permintaan maafmu Mas, sekarang putuskan saja, kamu memilih Rianti atau kamu kesini antar aku ke rumah sakit. Sejak kemarin aku kurang enak badan Mas,” ungkapnya sambil memegang perutnya yang selalu mual itu.“ Tunggu sedikit lagi ya sayang. Aku...aku pasti kena marah Ibuku jika mengabaikan Rianti. Dia juga istri sahku. Jangan buat aku bimbang diantara dua pilihan.” Digaruk Kepalanya yang tidak gatal itu karena kebingungan.“ Terserah kamu Mas. Aku lelah menghadapi sikapmu ini. Nanti aku minta tolong diantar si Rocky saja ya,” balasnya karena kesal dengan sikap Rustam.

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 34

    Memang benar, kata orang. Kita dihargai Jika kita punya harta,” batinnya Tanpa berpikir panjang lagi dirinya segera pergi meninggalkan tempat itu. Tanpa diketahui oleh Rianti dan dari pihak keluarga Rustam. Sesakit inikah rasanya, ketika harus mempunyai besan dan menantu dari keluarga kaya. Kukira aku akan dihargai, namun tidak sesuai apa yang diharapkan. *** “ Mas, Hasan anak kita sakit. Bisakah aku diantar ke rumah sakit?” pinta Rianti ke Rustam. “ Aku tak bisa, suruh saja kang Asep antar ke sana,” balas Rustam yang masih berbaring di tempat tidur. “ Mas, Aku tak bisa jika harus dengan Mas Asep ke sana. Siapa yang bantu aku jaga Husein Jika ke sana bersama Mas Asep?” “ Kamu bisa mengerti aku tidak, aku masih capek karena resepsi pernikahan kita kemarin. Pergilah bawa anakmu itu aku masih lelah.” Ditariknya selimut kemudian tidur kembali. “Astagfirullah!" Rianti hanya menggelengkan kepalanya karena marah pada Rustam saat ini tak ada gunanya. Rustam yang semakin

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 33

    Bu- bukan itu maksud saya Bu. Saya hanya...” “Hanya apa? Mundurlah sesukamu. Tapi kembalikan uangku yang sudah rugi karena terlanjur mempersiapkan semuanya.” Rianti hanya terdiam menahan kecewa atas ulah calon mertuanya itu. Dirinya tak berani menatap wajah kedua mertuanya yang saat ini berdiri di hadapannya. “ Rianti! Apa yang terjadi padamu? Kenapa ingin mundur dari pernikahan ini,” ucap Pak Haikal sambil memegang bahu Rianti . “ A-anu Pak, tadi saya mendapatkan informasi kalau Mas Rustam sekarang lagi tinggal bersama Alya di sebuah apartemen. Mas Gilang yang bilang ke aku barusan,” jelasnya. “ Baiklah jika itu yang membuat kamu kecewa. Tapi, sebagai calon mertua kamu, sekali lagi bapak mohon jangan segampang itu mengatakan mundur. Buat kami yakin dengan kemampuanmu untuk menjadi istri Rustam.” “ Baiklah pak, semua ini aku lakukan masih bertahan hanya demi Hasan dan Husein agar mereka bisa punya Ayah,” ujarnya kemudian berpaling menghadap ke putra kembarnya. Rasanya

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 32

    Kemudian perawat itu segera keluar dari ruangan tempat bersalin Bu Lasmi. Setelah memastikan semuanya aman, Bu Lasmi diam-diam keluar dari ruangan tempatnya dirawat. Dirinya segera menuju ke kamar bayi. Matanya yang liar ke sana-kemari hanya untuk memastikan semuanya aman. Kemudian, segera mencari bayinya dan bayi Bu Melati untuk ditukar olehnya Tangannya yang masih lemah, berusaha menggendong kedua bayi itu , secepat mungkin dirinya beraksi untuk ditukar olehnya. Terdengar suara langkah kaki dari luar menuju ke kamar bayi. “Ibu mau apa di sini?” ucap salah seorang perawat yang berdiri di depan pintu. “ Oh, sa- saya hanya rindu ingin bertemu anak saya Bu,” jawab Bu Lasmi seraya berbalik ke arah perawat yang berdiri di pintu. “Bu, tidak seorang pun yang bisa masuk ke ruangan ini kecuali perawat. Meskipun, Anda adalah seorang pasien harus sepengetahuan dari pihak rumah sakit dulu baru diizinkan masuk ke sini,” jelas salah satu perawat tersebut dengan tegas. “ Ma- maaf Bu, sa

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 31

    Urus dulu nasibmu Nak. Pastikan kedua anakmu memiliki identitas punya Ayah selanjutnya kamu berpikir bagaimana cara yang terbaik,” balas Ibunya dengan mata yang berkaca-kaca. “ Baiklah Bu, jika ini permintaanmu. Akan Rianti lakukan meskipun saat ini Rianti sudah lelah menghadapi keluarga Mas Rustam. Tapi, Rianti akan berusaha tegar demi kedua anakku,” jawab Rianti berusaha kuat. “ Kamu pulanglah. Bersikap biasa saja ketika menghadapi mereka. Semoga kamu kuat ya Nak.” “ Baiklah Bu, terimakasih selalu ada untuk Rianti. Besok Rianti berkunjung lagi kemari.” Dipegangnya tangan Ibunya yang masih lemah itu. “ Cucu lembar Ibu mana?” tanya Bu Lasmi tiba-tiba “ Oh, mereka sudah tidur Bu. Aku, menyuruh Bik Tum dulu untuk menjaga mereka,” jawabnya Kedua Ibu dan anak itu saling berpelukan untuk saling menguatkan. Tak lupa pula Rianti pamit ke Gilang agar bisa menjaga Ibu. Seperti pesan Ibunya ketika sampai di rumah keluarga Rustam dia bersikap seperti biasa tanpa peduli tatapan mereka ya

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 30

    Rianti yang sudah berada di rumah sakit segera masuk ke ruangan Ibunya dirawat. Sementara di sampingnya ada sosok Dokter Gilang yang masih setia menemani. “ Bu, ini Rianti. Kumohon bangunlah!” ujarnya sambil memeluk tubuh Ibunya yang terbaring tak sadarkan diri.“Bu, Rianti mohon sadarlah!” Isak tangisnya membuat seisi ruangan yang awalnya sepi kini menjadi ribut. Perlahan Gilang merangkulnya untuk saling menguatkan. “Rianti, sabar. Semua sudah sesuai kehendak Tuhan. Saat ini, Ibumu perlu istirahat. Pulanglah, ke rumah calon keluarga barumu,” perintah Gilang.“ Ta-tapi Mas, Aku...” “Pulanglah! Kamu tak perlu ragu dengan keadaan Ibumu. Dia hanya mengalami sedikit luka lebam akibat jatuh di lantai licin.” “ Mas, aku titip Ibu ya. Insya Allah besok Rianti balik lagi kemari.” Ditinggalkannya Gilang yang masih setia menemani Ibunya. “Besok, jika dirimu kemari bawalah Hasan dan Husein, sejak kamu pergi meninggalkan rumah Ibu sering bercerita bahwa dia merindukan kedua cucu kembarnya

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 29

    Ricko yang merasa kesakitan segera pergi mencari tempat persembunyian yang aman.Dari lantai dua Rustam segera turun ke lantai satu untuk mencari sosok kucing yang bersuara manusia sempat meresahkan dirinya tersebut.Namun, usahanya itu segera dicegat oleh Alya yang tiba-tiba saja memeluknya dengan erat dari belakang.“Sudahlah Mas, tidak usah pedulikan suara itu. Ayo, apakah Mas tidak rindu padaku.” Bisikan Alya tepat ditelinganya semakin membuat hasrat li***onya memuncak. Sehingga Rustam sulit menolak ajakan Alya.Sementara di tempat lain Rianti sedang disibukkan mengurus kedua putra kembarnya. Nampaknya Hasan dan Husein makin suka dengan kehadiran Bu Melati.“Rianti, sebentar kami akan pergi menyiapkan semua keperluan kamu dan Rustam yang akan menikah. Nanti, Hasan dan Husein dititip ke Mpok Iyem saja ya,” ucapnya sambil memegang pundak Rianti.“Ba- baik Bu.” Dianggukkan kepalanya sebagai tanda setuju.“ Kita tunggu saja sampai sore, jika Rustam belum kembali nanti kamu sama Jing

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 28

    “ Nit, sekarang aku lagi di depan Villa tempat kalian berada. Bolehkah aku masuk?” Sebuah pesan masuk di aplikasi hijau ponsel Anita.Anita yang saat itu sedang asyik memainkan ponselnya tersentak kaget melihat pesan dari Rustam.“ Aduh Mel, gawat!” Sambil memegang kepalanya yang tidak pusing itu.“Kenapa Nit? Apanya yang gawat?” Tiba-tiba Melsi keheranan melihat tingkah Anita.“Rustam sekarang ada di luar Villa ini. Sementara Alya di dalam lagi tidur bareng Ricko. Kita harus bagaimana?” ucap Anita yang kemudian berdiri mondar mandir di ruang tengah.“Begini Nit, alangkah baiknya kita harus beritahu mereka di dalam. Jangan sampai ketahuan Rustam.” Keduanya segera mengetuk pintu kamar Alya dari luar. Namun, tetap saja Alya dan Ricko tak mendengar.“ Mel, kita buka saja pintunya yuk! Siapa suruh tidak dengar teriakan kami,” ujar Anita yang bersiap membuka pintu kamar Alya.“Aduh Nit, jangan sampai si Alya marah cuma karena tingkah konyol kami ya. Coba teriak lagi.“Alya! Alya! Di luar

DMCA.com Protection Status