"Nanti Naira pulang sama gue, lo adik kelas minggir aja sana!"
Gibran dan Alvalino berdebat di kantin sekolah. Farrel kewalahan untuk menjauhkan mereka berdua yang hampir saja saling pukul. Alisya malah menikmati perkelahian mereka dan tidak membantu kekasihnya yang tengah kewalahan. "Dulu aja nyakitin, sekarang ada yang ngedekatin Naira malah marah-marah, cowok aneh." Alisya berkata dengan sesekali menyesap minumannya.
"Emang Adik kelas nggak boleh dekatin Naira hah?!" tanya Alvalino dengan berteriak pada Gibran. Gibran yang tidak suka akan ucapannya Alvalino langsung langsung mendekat dengan tangan yang mengepal.
Bugh!
"Rasain tuh bangsat!" seru Gibran dengan merapikan rambutnya yang berantakan. Ia sudah sangat muak dengan sikap Alvalino yang sangat tengil, pikirnya.
"Gibran! Apa-apaan sih lo main pukul sembarangan!" Naira berjalan dengan berteriak karena ulah Gibran yang kelewatan. Alisya yang tadinya diam juga ikut memarahi Gibran. "Lo
Bersambung...
Suara ber terdengar sangat nyaring berkali-kali. Naira merasa sangat risih karena sedang sibuk membaca novel best seller. Ia langsung mengatur posisinya dari berbaring ke duduk. “Masuk lo! Nggak usah tang ting tung segala!” Naira berteriak dengan mengikuti nada suara bel rumahnya. Gadis itu melanjutkan aktivitasnya kembali dengan berbaring di kursi berkulit cokelat."Selamat sore cantik?" Tiba-tiba suara yang tak asing pun terdengar, Naira segera berdiri dan melihat ke sumber suara. Ia pikir yang memencet bel adalah Alisya, karena kebetulan sekali tadinya Alisya menelpon akan main ke rumahnya. "Duh, salah ngebacot gue," ucapnya dalam hati."Selamat sore cantik?" ucapnya lagi karena belum juga dijawab oleh Naira."S...Sore, lo ngapain ke sini?" tanya Naira dengan menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Ia malu, sangat malu tentunya."Kangen aja."Blush!Pipi Naira langsung memerah karena Gibran tela
Naira berjalan menuju kelas dengan senyum yang mengembang. Bahkan dirinya tidak menghiraukan seseorang di sekitar yang mungkin akan menganggapnya sudah tidak waras karena senyam-senyum sendiri sejak tadi. Alisya yang sedang duduk langsung memicingkan matanya menatap Naira. Ia berkata, “Kenapa lo, Ra? Lo sehat kan, Ra?” Dengan menempelkan punggung tangan ke dahi Naira.“Apaan sih lo, Sya! Gue sehat kok, kalau nggak sehat ngapain gue sekolah?” ucap Naira dengan mengalihkan pandangannya. Ia tersenyum lagi.“Naira?” panggil Alvalino yang juga curiga dengan sikap aneh Naira.“Apa, Alva?” jawab Naira. Alvalino langsung mengerutkan keningnya terheran-heran. Sangat kebetulan sekali Nair menjawab panggilannya dengan sangat ramah seperti itu.“Kamu kenapa, Naira?” tanya Alvalino.“Nggak kenapa-kenapa kok, hehe.”Kriingg! Kriingg!Suara bel masuk berbunyi menandakan
Seorang gadis berjalan dengan sangat angkuh dan sesekali mengibas rambutnya ke belakang. Seluruh siswa menatap dirinya dengan bergidik ngeri. Ia adalah Hanum Aini dengan kedua temannya yang sudah mengikuti dari arah belakang. Dengan tersenyum licik, Hanum masuk ke dalam kelas 11-AKS dan segera menarik kera seragam milik wanita yang terkenal dengan ketomboiannya itu. Ya, saat ini Hanum berhadapan dengan Naira yang acara makannya sudah terganggu oleh perbuatan Hanum. “Ikut gue sekarang juga!” Hanum menyeret Naira dengan kasar. Tapi Naira langsung menepis tangan kotor milik Hanum dan langsung mencengkeram kera seragam milik gadis angkuh itu. “Lepasin teman gue jalang!” Salah satu temannya tampak membela Hanum yang langsung tersenyum simpul. Naira yang melihatnya pun merasa jijik dan langsung meludah ke samping. Naira segera berjalan ke luar kelas karena tidak ingin berurusan dengan seorang gadis gila yang sudah bersta
Pagi ini awan terlihat mendung seperti akan turun hujan. Gadis itu masih berdiri di sebuah halte bus yang akan menuju ke sekolahnya. Tapi bus yang sedang ditunggunya belum juga datang hingga sekarang. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 06.40 WIB. Dia merasa sangat cemas, takut akan terlambat pergi ke sekolahnya. Tibda-tiba hujan turun dengan sangat derasnya, sehingga membasahi apapun yang mengenainya. Badannya mulai kedinginan dengan sesekali menggosok kedua telapak tangannya untuk menciptakan sensasi hangat. Tiba-tiba datanglah sebuah mobil ‘Marcedez Benz’ yang berjalan cukup kencang, sehingga rok di celana dan sepatunya hampir saja mengenai genangan air. Sangat menyebalkan dengan menyetir mobil tanpa melihat kondisi di sekelilingnya. Gadis itu ingin sekali melempar botol minuman yang sedang dipegangnya, namun pintu mobilnya sudah terbuka dan ke luar seorang lelaki dengan seragam yang sama. “Sepertinya kamu membu
Di luar sekolah terdengar suara kegaduhan dua orang lelaki yang sedang berkelahi. Ia adalah Dirga yang sedang memojokkan Gibran, sehingga sudut bibir lelaki itu ke luar darah oleh bekas hantaman tangan kekar Dirga yang sudah mengenai dirinya. Farrel ingin sekali memisahkan keduanya, tapi karena Dirga yang sedang di ujung tanduk, akhirnya ia memilih untuk mundur dan mencari keberadaan Naira. Lelaki itu sudah berlari ke segala arah tapi tidak menemukan keberadaan Naira. Entah di mana gadis itu berada sekarang. Bahkan Alisya pun tidak dapat menghubungi nomor Naira. Tangan Alisya gemetar hingga benda pipih yang digenggamannya terjatuh di atas ubin. “Kenapa, Sayang? Ada apa?” tanya Farrel dengan raut wajah yang sangat khawatir. “Ponsel Naira tidak dapat dihubungi, Rel, aku takut dia kenapa-kenapa di luar sana.” Lelaki itu laangsung meraih ponsel kekasihnya yang terjatuh dan segera memeluk tubuhnya
Seorang gadis sedang duduk terikat dengan kepala yang menunduk. Sudut bibirnya memar karena bekas tamparan dari lelaki yang saat ini tidak tahu keberadaannya. Ia membuka matanya dengan perlahan-lahan lalu menangis. Gadis itu sangat berharap sekali kepada kakak lelakinya supaya cepat ke sini dan menyelamatkan dirinya yang sudah muak dengan drama mereka. “Selamat pagi nona cantik.” Seorang lelaki datang dengan tersenyum licik. Ia membawa sebungkus nasi dan sebotol minuman yang berada di dalam kantong plastik. Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke Naira yang refleks menjauhkan wajahnya. “Kenapa? Lo lapar ya?” tanya lelaki itu dengan licik. Bahkan lelaki itu berada di belakang tubuh Naira yang masih terikat. Tangannya meraba dengan sangat biadab di sana. Jika saja Naira dapat membuka talinya, mungkin lelaki itu sudah babak belur sekarang. “Mau ngomong apa hm?” Tambahnya dengan membuka kain yang tadinya menyumpal mul
Semua orang menyemangati kelas 12-AKS karena sedang mengikuti lomba basket yang diadakan di lapangan basket mereka. Hari ini adalah hari terakhir kelas 12-AKS akan mengikuti lomba karena setelah ini akan mempersiapkan wisuda. Dan ketua osis yang dahulunya dipimpin oleh Gibran Alandra sekarang beralih ke Alvalino. Mantan ketua osis sedang mencetak poin ketiga kalinya. Gibran terlihat sangat bersemangat karena Naira juga melihatnya di kursi kayu dengan teman-temannya yang lain. Farrel juga tidak mau kalah dengan menyuruh Gibran agar memberikan bola basket ke dirinya dan akhirnya Farrel berhasil mencetak poin dua kali. Gadis yang bersama Naira langsung berdiri dan bersorak bangga melihat kekasihnya sangat tampan. Terlebih lagi saat keringatnya bercucuran dengan baju basket berwarna merah dengan nomor punggung tujuh. Berbeda dengan Naira yang hanya melihat ke arah Gibran dengan malu-malu. Bahkan dirinya tidak menyemangati Gibran karena meras
Saat ini sekolah mengadakan wisuda atas kelulusan kelas 12-AKS. Ya, Gibran dan Farrel hari ini akan lulus. Alisya juga akan menampilkan dance yang dipimpinnya di atas panggung pentas seni. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan pakaian yang sudah digunakannya. Tapi Farrel merasa sangat kesal karena menurutnya terlalu sexy. Terlebih lagi banyak lelaki mata keranjang yang sudah menatap kekasihnya dengan tatapan liar. Naira juga datang dengan duduk di samping Gibran yang sudah sangat rapi dengan kemeja putih dan jas hitam mahal miliknya. Naira datang dengan menggunakan pakaian yang telah dibelikan oleh Gibran. Bodycon dress berwarna merah itu sangat cocok dengan Naira, sehingga dirinya terlihat begitu cantik dan sexy sekarang. Apalagi dengan rambut yang sudah diatur oleh Alisya sejak pagi-pagi buta. Sejak pagi Alisya memang sudah memaksa Naira untuk menggunakan dress yang telah dibelikan oleh Gibran dan dirinya juga menawarkan diri untuk m