Di luar sekolah terdengar suara kegaduhan dua orang lelaki yang sedang berkelahi. Ia adalah Dirga yang sedang memojokkan Gibran, sehingga sudut bibir lelaki itu ke luar darah oleh bekas hantaman tangan kekar Dirga yang sudah mengenai dirinya. Farrel ingin sekali memisahkan keduanya, tapi karena Dirga yang sedang di ujung tanduk, akhirnya ia memilih untuk mundur dan mencari keberadaan Naira.
Lelaki itu sudah berlari ke segala arah tapi tidak menemukan keberadaan Naira. Entah di mana gadis itu berada sekarang. Bahkan Alisya pun tidak dapat menghubungi nomor Naira. Tangan Alisya gemetar hingga benda pipih yang digenggamannya terjatuh di atas ubin.
“Kenapa, Sayang? Ada apa?” tanya Farrel dengan raut wajah yang sangat khawatir.
“Ponsel Naira tidak dapat dihubungi, Rel, aku takut dia kenapa-kenapa di luar sana.”
Lelaki itu laangsung meraih ponsel kekasihnya yang terjatuh dan segera memeluk tubuhnya
Bersambung...
Seorang gadis sedang duduk terikat dengan kepala yang menunduk. Sudut bibirnya memar karena bekas tamparan dari lelaki yang saat ini tidak tahu keberadaannya. Ia membuka matanya dengan perlahan-lahan lalu menangis. Gadis itu sangat berharap sekali kepada kakak lelakinya supaya cepat ke sini dan menyelamatkan dirinya yang sudah muak dengan drama mereka. “Selamat pagi nona cantik.” Seorang lelaki datang dengan tersenyum licik. Ia membawa sebungkus nasi dan sebotol minuman yang berada di dalam kantong plastik. Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke Naira yang refleks menjauhkan wajahnya. “Kenapa? Lo lapar ya?” tanya lelaki itu dengan licik. Bahkan lelaki itu berada di belakang tubuh Naira yang masih terikat. Tangannya meraba dengan sangat biadab di sana. Jika saja Naira dapat membuka talinya, mungkin lelaki itu sudah babak belur sekarang. “Mau ngomong apa hm?” Tambahnya dengan membuka kain yang tadinya menyumpal mul
Semua orang menyemangati kelas 12-AKS karena sedang mengikuti lomba basket yang diadakan di lapangan basket mereka. Hari ini adalah hari terakhir kelas 12-AKS akan mengikuti lomba karena setelah ini akan mempersiapkan wisuda. Dan ketua osis yang dahulunya dipimpin oleh Gibran Alandra sekarang beralih ke Alvalino. Mantan ketua osis sedang mencetak poin ketiga kalinya. Gibran terlihat sangat bersemangat karena Naira juga melihatnya di kursi kayu dengan teman-temannya yang lain. Farrel juga tidak mau kalah dengan menyuruh Gibran agar memberikan bola basket ke dirinya dan akhirnya Farrel berhasil mencetak poin dua kali. Gadis yang bersama Naira langsung berdiri dan bersorak bangga melihat kekasihnya sangat tampan. Terlebih lagi saat keringatnya bercucuran dengan baju basket berwarna merah dengan nomor punggung tujuh. Berbeda dengan Naira yang hanya melihat ke arah Gibran dengan malu-malu. Bahkan dirinya tidak menyemangati Gibran karena meras
Saat ini sekolah mengadakan wisuda atas kelulusan kelas 12-AKS. Ya, Gibran dan Farrel hari ini akan lulus. Alisya juga akan menampilkan dance yang dipimpinnya di atas panggung pentas seni. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan pakaian yang sudah digunakannya. Tapi Farrel merasa sangat kesal karena menurutnya terlalu sexy. Terlebih lagi banyak lelaki mata keranjang yang sudah menatap kekasihnya dengan tatapan liar. Naira juga datang dengan duduk di samping Gibran yang sudah sangat rapi dengan kemeja putih dan jas hitam mahal miliknya. Naira datang dengan menggunakan pakaian yang telah dibelikan oleh Gibran. Bodycon dress berwarna merah itu sangat cocok dengan Naira, sehingga dirinya terlihat begitu cantik dan sexy sekarang. Apalagi dengan rambut yang sudah diatur oleh Alisya sejak pagi-pagi buta. Sejak pagi Alisya memang sudah memaksa Naira untuk menggunakan dress yang telah dibelikan oleh Gibran dan dirinya juga menawarkan diri untuk m
Sudah satu bulan berlalu setelah Gibran dan Farrel wisuda. Saat ini Naira dan Alisya harus berangkat sekolah seperti dahulu, hanya berdua dan tanpa adanya sang kekasih ketika di sekolah. Bahkan sosok nenek sihir seperti Hanum pun sudah tidak ada di sana. Ya, mereka sudah menginjak bangku kelas 12-AKS sekarang. Alvalino merasa bahagia selama ini, karena sudah tidak ada pengganggu seperti Gibran yang akan menghalanginya untuk berdekatan dengan Naira. Pelajaran sudah dimulai sejak dua jam yang lalu. Tapi Alisya malah melamun dengan memainkan pensilnya di atas meja. Bahkan Naira juga menyanggah kepalanya dengan tangan kiri dan memandang kosong ke papan tulis yang sudah penuh dengan coretan. Lelaki yang berada di samping Naira langsung mendekat dan berkata, “Tanpa dia di sekolah juga harus tetap semangat dong, Nai.” “Iya nggak, Sya?” Tambah Alvalino lalu terkejut melihat Alisya yang juga sedang melamun seperti Naira. Lelaki itu menggaruk kepa
Seorang gadis tengah duduk dengan menundukkan kepala yang sudah disembunyikan di kedua tangannya. Ia terlihat sangat resah hari ini. Bahkan Alisya yang sedang bercerita panjang lebar mengenai hubungannya dengan Farrel pun Naira malah terdiam saja dan belum juga memberikan tanggapan apa pun. Pikirannya masih tertuju pada kejadian waktu Gibran tertawa bersama gadis cantik di dalam mobil ketika pulang sekolah kemarin. Untungnya ada Alvalino yang menemaninya saat itu, jika tidak mungkin Naira sudah menangis dan langsung pergi dari sana. Sekuat apa pun seorang gadis masih memiliki sebuah titik lemah. Ya, gadis akan mampu bertahan jika memendam perasaannya sampai kapan pun, tapi tidak akan kuat jika melihat seorang lelaki yang dicintainya bersama dengan gadis lain. Apalagi dengan menampakkan senyuman yang terlihat sangat bahagia seperti kemarin. Tiba-tiba air matanya menetes dengan sendirinya tanpa permisi dan berhasil membuat Alisya yang sedang berbicara langsung m
Seorang gadis tengah duduk di sebuah kolam ikan yang penuh dengan ikan koi mahal. Gadis itu sangat bosan karena menunggu kakak lelakinya yang tak kunjung pulang ke rumah. Padahal sekarang sudah pukul 23.15 WIB tapi kakak lelakinya mungkin masih sibuk dengan pekerjaannya yang sangat membosankan. Ia bangkit dan beranjak ke ruang tamu untuk merebahkan tubuhnya ke atas kursi yang sangat empuk. Ia meraih ponselnya mencoba untuk mengecek isi ponselnya karena takut adanya pesan dari sang kekasih yang belum dibalas. Naira sudah mengirimkan banyak sekali sebuah pesan tapi ternyata belum ada balasan apa pun dari seorang Gibran Alandra. Ia menghembuskan napasnya dengan kasar dan langsung meletakkan ponselnya ke sembarang tempat. Tiba-tiba benda pipih itu berbunyi selama tiga kali dan Naira langsung bergerak cepat untuk meraih ponselnya. Gadis itu memperbaiki posisinya dan segera duduk dengan posisi kedua kaki yang sudah diangkatnya ke atas kursi. T
Sudah waktunya untuk istirahat karena bel sudah terdengar. Para murid bergegas dengan teman yang lainnya untuk segera ke kantin. Berbeda dengan Naira yang terlihat sangat resah dan sesekali melirik ke arah ponselnya yang tergeletak di atas meja. Gadis itu kehilangan selera makannya selama seminggu ini karena Gibran yang tidak ada kabar lagi. Alisya sudah berusaha membujuk sahabatnya itu untuk pergi ke kantin. Setidaknya makan sesuap atau dua suap nasi supaya perutnya tidak kosong. “Gibran ke mana ya, Sya?” tanya Naira dengan mengacak rambut. Alisya yang sedang berdiri langsung mendekat dan merapikan rambut Naira dengan menggulungnya ke atas. “Gibran nggak ada kabar lagi?” Gadis di depannya langsung mengangguk lemah lalu menjatuhkan kepalanya ke atas meja dengan sedikit keras. Hal itu membuat Alisya langsung panik karena terdengar bunyi ‘bugh’ ketika Naira melakukannya. Sepertinya cinta tidak hanya membuat Naira mer
Saat bel pulang sekolah sudah terdengar, Naira dan Alisya terkejut ketika ada perkelahian di lapangan sekolahnya. Yang paling mengejutkan adalah perkelahian itu dilakukan oleh dua orang yang Naira kenal. Ya, Gibran dan Alvalino sudah saling pukul di sana. Gadis itu segera menjatuhkan tasnya lalu berlari mendekat ke arah mereka. Ketika Naira menengahi perkelahian mereka, gadis itu terkena satu pukulan dari Gibran Alandra. Lelaki itu hanya terdiam memandangi wajah kekasihnya yang sudah tersungkur ke bawah. Setelah itu Alvalino bangkit dan memukul wajah Gibran yang hanya terdiam saja dengan menundukkan kepalanya. Banyak sekali yang melihat mereka yang sedang berkelahi, sehingga membuat Farrel dapat dengan mudah mencari keberadaan sahabatnya itu. Seluruh orang yang sedang datang untuk melihat itu dibubarkan oleh Farrel lalu mendekat ke arah Naira karena sudut bibirnya sudah berdarah. Alisya yang melihat kejadian itu segera berjalan dan mengh