Home / Romansa / 100 HARI CINTA / Melepas rindu pada ayah

Share

Melepas rindu pada ayah

Author: Yuliyhana
last update Last Updated: 2021-05-24 11:42:53

Reiki mengikuti langkah Daffin, Sampainya di basement pak Budi sudah siap di dalam mobilnya. Jika Daffin lembur dua orang inilah yang selalu menemaninya dan terpaksa ikutan untuk lembur juga.

Jalanan kota Jakarta sudah tampak lenggang, jam sudah menunjukkan pukul 12:22. Hanya untuk menghasilkan produk yang terbaik Daffin rela untuk lembur hingga dini hari, jika tidak mengingat anak buahnya ia akan lembur hingga pagi menjelang.

Pak Budi sopir pribadi Daffin mengantarkan Daffin lebih dulu ke apartementnya barulah ia mengantar Reiki dan terakhir barulah ia pulang ke rumah.

Daffin memilih tinggal di apartement karena ia ingin sedikit bebas dan tidak terus di tanya oleh sang mami soal calon pendamping hidup. Apartment yang terletak di daerah semanggi memiliki fasilitas yang cukup memuaskan untuk penghuninya.

Dengan menggunakan private lift Daffin sudah sampai di dalam apartemantnya. Ia meletakkan jas dan juga tasnya di sembarang tempat, ia menghempaskan bokongnya di kursi bar tender. Meneguk air mineral untuk membasahi kerongkongannya. Di apartement mewah ini hanya Daffin lah penghuninya, ia tidak mempekerjakan orang untuk menginap. Daffin memilih art yang pulang pergi, ia ingin apartementnya menjadi tempat privasinya. Jadi setelah ia pulang dari kantor Daffin menginginkan apartementnya sudah kosong.

Terkadang mami yang datang ke apartementnya sekedar menjenguk anaknya dan sedikit memberi wejangan untuk anak semata wayangnya agar mempercepat mencari istri mengingat hidup Daffin tidak teratur, apalagi kalau sudah kerja Daffin akan lupa waktu.

Selesai menghilangkan dahaga Daffin beranjak dan menuju kamarnya, membersihkan tubuh yang lengket oleh keringat. Daffin menguyur tubuhnya di bawah shower, rasa dingin menyeruak di permukaan kulitnya, sengaja ia mandi menggunakan air dingin agar segarnya lebih terasa.

Hanya butuh waktu lima belas menit daffin telah selesai mandi, ia berjalan kearah walk in closet memilih celana pendek dengan kaos polos untuk menemaninya tidur malam ini. Setelah memakai baju Daffin langsung naik ke atas ranjangnya, tubuhnya juga letih akibat terlalu diporsir untuk bekerja. Kedua tangannya digunakan untuk sandaran kepala, kini pikirannya kembali lagi pada perusahaan. Daffin percaya ia akan mendapatkan orang yang telah menghiatinya, dan ia juga percaya kalau produknya nanti yang paling banyak diminati oleh para masyarakat. Saat pikirannya terbang kemasalah perusahaan tiba-tiba otaknya mengingat pertemuannya dengan wanita jutek yang dua kali ia tabrak. Daffin terus menggelengkan kepalanya agar wajah wanita itu segera hilang dari ingatannya tapi wanita itu selalu membayangi Daffin.

“Dasar wanita aneh,”celetuk Daffin yang berusaha menghalau pikirannya tentang wanita yang ditemuinya.

Ia pun langsung memejamkan matanya berharap wanita itu hilang dari ingatannya.

***

Setelah masalahnya dengan Kevin selesai kini Alvira kembali memikirkan masalah keuangannya, ia sangat membutuhkan banyak uang untuk biaya koasnya. Sepulang dari kampus Alvira berniat ke kantor sang ayah untuk meminta uang. Berharap ibu tirinya tidak berada di sana, ibu tirinya kerap kali mencari masalah dengannya dan selalu mengadu yang tidak-tidak oleh ayahnya. Ibu tirinya tidak mau harta sang suami berpindah kepada anak-anaknya. Karena sampai saat ini pun Maya belum memiliki anak. Maya adalah nama ibu tiri Alvira istri kedua dari ayahnya.

Sebenarnya Arka masih wajib untuk membiayai anak-anaknya karena mereka merupakan anak kandungnya dan dirinya juga sampai saat ini belum menceraikan ibu dari Alvira.

Arka sebenarnya orang yang sangat bertanggung jawab hanya saja Maya istri keduanya selalu saja mempunyai cara untuk menjatuhkan Alea dan anak-anaknya, ia pun yang menyebabkan Alea dan anak-anaknya diusir. Dia juga yang sudah menjebak Arka agar menikahinya.

Saat itu Arka ada rapat di sebuah restauran hotel, karena Maya sudah berapa kali mengoda Arka namun Arka tidak mempedulikannya. Saat itu lah, waktu yang tepat untuk Maya menjebak Arka. Maya memasukkan obat tidur dalam minuman Arka, dan saat rapat telah selesai Arka mengadu kepalanya pusing Maya langsung membukakan kamar untuk Arka agar beistirahat sebentar. Ketika Arka sudah mulai tertidur dengan pulas, Maya mulai bereaksi, ia pun memanggil orang suruhannya. Dibukanya baju yang menempel di tubuh Arka lalu ia juga membuka bajunya membiarkan dirinya setengah telanjang dan ia berpose seolah olah mereka telah menghabiskan waktu yang panjang. Kisahnya seperti layaknya sinetron dalam ikan terbang.

Setelah peristiwa itu Maya terus meneror Arka untuk minta dinikahi dan membawa bukti  foto beserta tespack kalau dirinya lagi hamil anak dari Arka. Entah saat itu tespack siapa yang dibawa Maya karena pada akhirnya sampai detik ini Maya tak kunjung hamil.

Karena kebodohan Arka juga lah ia begitu percaya dengan wanita yang berhati iblis tersebut.

Alvira sudah berada di loby PT ANGKASA dalam hati ia berdoa semoga pertemuannya dengan ayahnya kali ini dilancarkan.

“Permisi mbak, bapak Arka Bagaskaranya ada di tempat?” tanyanya pada sang resepsionis.

“Sebentar ya mbak, oh ya dengan siapa?”tanya nya balik.

“Alvira,” jawab Alvira singkat sambil mengamati sang resepsionis memengang telpon guna menelpon seseorang. Masih setia berdiri di depan meja resepsionis Alvira menunggu jawaban dari ayahnya dengan perasaan yang sulit diartikan.

“Mbaknya bisa langsung naik saja ke ruangan bapak di atas,” ucap mbak resepsionis, setelah meletakkan kembali telponnya.

“Terima kasih mbak,” balas Alvira dengan tersenyum.

“Mbaknya tau kan di mana ruangannya?” tanya mabk resepsionis lagi yang menghentikan langkah Alvira.

Alvira mengangguk, lalu melanjutkan langkahnya menuju lift. Setelah menunggu beberapa menit pintu besi itu terbuka Alvira masuk lalu menekan tombol di mana ruangan sang ayah berada. Jatung Alvira berdetak sangat cepat, semakin mendekat dengan ruangan semakin cepat pula detakannya. Sudah sekian lama ia tidak menemui sang ayah ada perasaan rindu, khawatir dan takut kini hinggap di hatinya. Setelah pintu besi itu terbuka Alvira melangkahkan dengan sangat lambat, tepat di depan pintu kayu besar bertuliskan CEO ia berdiri dengan ragu Alvira mengetok pintu itu.

"Tok...tok...tok...," Alvira mengetuk pintu dengan perasaan ragu.

“Masuk,” ucap seseorang dari dalam.

Alvira membuka pintu kayu itu secara perlahan wajahnya terus menunduk tidak berani untuk menatap sang ayah. Alvira masih menghormati Arka sebagai ayahnya walaupun Arka pernah menyakiti hatinya.

Alvira jalan masuk ke dalam dengan wajah yang tidak berani menatap sang ayah yang sudah lama tidak ia temui.

Arka berdiri dari tempat duduknya berjalan mendekat ke arah sang putri sulungnya.

“Ayo sini enggak usah nunduk terus,” ucap Arka, yang membawa Alvira untuk duduk di sofa.

Keduanya duduk saling berdampingan, Alvira menatap sang ayah sebentar lalu mengamati setiap sudut ruangan sang ayah. Tidak ada yang berubah sama seperti dulu, saat ia masing sering berkunjung.

“Ada apa?’” tanya Arka membuka obrolannya.

Sebelum Alvira mengatakan maksud yang sebenarnya ia ingin sekali memeluk sang ayah karena Alvira begitu merindukannya. Air matanya sudah menggenang dipelupuk mata, tapi Alvira menahannya agar tidak sampai jatuh membasahi pipinya, Seburuk apapun sang ayah di hati Alvira ia tetap mencintainya.

Arka yang melihat putri ingin menanggis ia pun langsung memeluknya.

“Menanggislah,” ujarnya kemudian.

Seketika itu juga air mata Alvira turun dengan sangat deras tanpa bisa dihentikan lagi. Sambil memeluk sang ayah Alvira menanggis sesegukkan, ia belum bisa berbicara saat ini. Dengan memeluk sang ayah kini perasaannya sangat lega semua yang dipikirkannya hilang begitu saja. Alvira memang sangat begitu dekat dengan sang ayah, ia selalu bercerita tentang apa yang dialaminya dengan sang ayah. Tapi semenjak ia pindah dan baru ini lagi ia bisa memeluk cinta pertamanya itu.

“kamu kenapa?” tanya Arka tepat di telinga Alvira yang masih memeluk putrinya.

Alvira masih enggan untuk mengeluarkan suara, tanggisnya belum bisa dihentikan. Hingga baju bagian bahu Arka ayahnya basah oleh air mata Alvira.

Perlahan Arkan mengendorkan pelukkannya lalu mengambilkan air mineral yang berada di meja itu untuk Alvira agar ia menjadi lebih tenang.

Alvira menerimanya dan meminumnya hingga tandas.

“Haus,” goda Arka agar Alvira sedikit tersenyum.

Benar saja Alvira langsung tersenyum menanggapi godaan sang ayah.

“Aku kangen ayah,” ucap Alvira dan kembali memeluk sang ayah.

"Ayah marah sama aku sehingga ayah tidak pernah menemui aku dan juga Raka?" tanya Alvira sambil menatap wajah Arka.

“Ayah kira kalian marah sama ayah, jadi kalian tidak ingin bertemu dengan ayah lagi,” papar Arka.

Alvira menggeleng," aku malah selalu menunggu ayah datang ke rumah," jawab Alvira yang kemudian menyenderkan kepalanya di bahu sang ayah. Alvira jika bersama sang ayah ia akan menjadi putri kecil yang selalu ingin di manja.

“Kalau ayah merindukan kalian ayah selalu ke rumah kalian hanya saja ayah tidak pernah keluar dari mobil cukup melihat kalian dari jauh karena ayah takut kalian masih marah sama ayah," jelas Arka.

“Kami sudah memaafkan ayah kok,” balas Alvira kemudian kembali menatap mata arka.

“Sebenarnya Alvira ke sini selain ingin bertemu ayah karena kangen, Alvira juga ingin meminta bantuan pada ayah. Alvira butuh uang yah, buat biaya kuliah karena Alvira bulan depan sudah koas. Tabungan Alvira enggak cukup yah, usaha kue ibu juga lagi sepi,” papar Alvira.

"Maaf kalau Alvira datang-datang hanya ingin minta uang saja, karena Alvira tidak tau mau minta ke mana lagi. Alvira betul-betul membutuhkannya saat ini.

Arka mendengarnya mengerutkan keningnya, masalahnya setiap bulan ia mengirimkan uang untuk anak-anaknya dan ia menyuruh sang seketaris untuk melakukannya. “Berarti ada yang tidak beres,” batin Arka.

BERSAMBUNG...

Related chapters

  • 100 HARI CINTA   Permintaan sang ayah

    Arka akan bertanya pada seketaris ke mana uang yang selama ini disuruhnya mengirim ke anak-anaknya. “Maafkan ayah ya sayang,” ujar Arka lagi dengan perasaan yang sangat bersalah, sambil mengenggam tangan Alvira. Arka benar-benar merasa bersalah pada anak-anaknya, kali ini dirinya akan bersikap tegas. Sudah cukup ia mengalah pada Maya. Arka langsung mengambil dompetnya dan memberi salah satu kartu debitnya pada sang putri. “Simpan itu untuk keperluan kalian,” ucap Arka. “Tapi yah, ini terlalu banyak.” Protes Alvira yang tau kalau isi di dalamnya pastilah sangat banyak. “Itu untuk ibu mu, dan uang untuk biaya kuliahmu nanti akan ayah kirim lagi, sebenarnya tiap bulan ayah mengirimkan kalian uang melalui seketaris ayah. Tapi tampaknya uang tersebut tidak dikirim ke kalian, nanti ayah akan menanyakannya,” jelas Arka. "Untuk kartu itu, itu milik ibu mu yang waktu itu ayah ambil dan sekarang ayah ingin mengembalikannya. Maafkan ayah ya sudah

    Last Updated : 2021-05-25
  • 100 HARI CINTA   Makan malam yang hening

    Sebulan sudah berlalu kini Alvira dan Vita sudah menyandang gelar S.ked. Namun mereka belum bisa menjadi seorang dokter sungguhan masih ada beberapa tahapan lagi yang harus mereka jalani. Salah satunya melakukan koas. Koas atau dokter muda adalah tahapan mereka menjalani kegiatan di rumah sakit dengan dokter pembimbing. Mereka akan menjalani koas selama 1,5 tahun atau bisa menjadi 2 tahun lamanya. Selama menjalani koas mereka akan mendampingi dokter senior untuk memeriksa pasien dalam segala macam penyakit. Mereka pun harus mau untuk berjaga malam. Karena itu merupakan sebagian dari tugas dokter. Alvira dan Vita mendapatkan rumah sakit yang sama. Rumah sakit tempat mereka melakukan koas adalah pilihan dari kampusnya. Alvira begitu bersyukur karena ia bisa mengikuti koas, seperti apa yang dicita-citakannya. Walaupun belum menjadi dokter sungguhan tapi ini adalah tahapan di mana ia bisa langsung berhadapan dengan seorang pasien. Menolong mereka dengan i

    Last Updated : 2021-05-26
  • 100 HARI CINTA   Ciuman pertama

    Tibalah sudah hari Sabtu di mana Kevin membawa Alvira menemaninya untuk menghadiri acara bisnisnya. Kevin memberhentikan mobilnya tepat di depan hotel di mana acara itu diadakan. Seperti pasangan kekasih pada umumnya Kevin membukakan pintu mobil untuk Alvira, lalu ia menyerahkan kunci mobilnya oleh petugas. Mereka berjalan menuju ballroom hotel sambil bergandengan tangan. Keduanya begitu tampak serasi. Mereka disambut hangat oleh usher. Usher merupakan orang-orang yang ditunjuk untuk menerima tamu. Mereka mengarahkan Kevin dan juga Alvira untuk duduk di kursi yang telah disediakan. “Wah, ada yang ditemani nih,” ujar rekan bisnis Kevin sambil melirik Alvira yang berada di samping Kevin. Kevin hanya tersenyum menanggapinya. Kevin pun terlibat percakapan serius, percakapan seputaran bisnis. Al

    Last Updated : 2021-05-28
  • 100 HARI CINTA   Leukemia

    Karena yang dicarinya tidak ketemu Daffin kembali ke meja yang terdapat papi dan maminya di sana. “Liat tuh para sahabat kamu pada bawa gandengan, kamu kapan Daffin?” tanya mami penuh penekanan, sambil melirik orang-orang yang berada di sekitar mereka. “Sabar mi, nanti juga kalau sudah waktunya pasti Daffin kenalkan sama mami,” ucap Daffin. “Iya tapi waktunya itu kapan?” “Apa kamu sudah ada cuman nggak mau dikenalkan sama mami?” tanya Shela lagi. “Jodoh Daffin masih dijaga orang nih,” celetuk Daffin asal. “Apa?” tanya Shela yang menang tidak mendengar ucapan Daffin karena Daffin mengucapkannya sangat pelan. “Enggak mi, bukan apa-apa.” Selesai acara Daffin beserta papi dan maminya meninggalkan tempat acara. Dengan menggunakan mobil masing-masing mereka berpisah di basement hotel. Daffin masih ditemani oleh Reiki dan pak Budi. “Langsung ke apartemen aja ya pak!” titah Daffin. Pak Budi hanya mengangguk seba

    Last Updated : 2021-05-29
  • 100 HARI CINTA   Berobat ke Singapura

    Papi Ahmad membuka pintu ruang Shela, ia langsung berjalan mendekat mami. Duduk di sisi mami Shela sambil membelai rambut Shela dengan lembut. “kenapa kamu nggak bilang sakit parah seperti ini?” Lirih Ahmad, ia sudah tidak kuasa menahan air matanya agar tidak jatuh. Air mata itu menetes perlahan, Daffin yang mengetahuinya langsung mendekat ke arah sang papi mencoba untuk menenangkan. Kini mereka saling berpelukan mencoba untuk menguatkan diri. “Apa kita bawa mami ke Singapura aja ya?” tanya Ahmad pada putra satu-satunya itu. “Kalau itu yang terbaik kenapa tidak, tapi sepertinya kita harus menunggu mami benar-benar stabil dulu, baru kita bisa membawa mami,” jawab Daffin. Ahmad menyetujui ucapan Daffin. Mereka pun kembali diam sambil menatap wajah Shela yang pucat. Pikiran Ahmad kini kembali pada adik satu-satunya yang telah lama dipanggil yang maha kuasa. Sama seperti sekarang, waktu itu Ahmad juga lah yang menemani adiknya di rumah sakit sampai

    Last Updated : 2021-05-29
  • 100 HARI CINTA   Permintaan mami Shela

    Papi Ahmad tidak bisa menghentikan tangisnya. Tangisnya begitu pecah saat mengetahui kalau sang istri tidak ingin membuat dirinya susah dan bersedih. “Mami kenapa bilang seperti itu, mami nggak nyusahin papi kok,” ucap Ahmad disela-sela tangisnya. “Kita berobat ya mi, mami harus sembuh,” sambung Daffin yang masih berada di samping Shela. “Iya mami mau berobat, untuk kalian,” sahut Shela sambil menatap dua orang kesayangannya. Mereka bertiga saling berpelukan mencurahkan kasih sayang satu sama lain. “Mami boleh minta permintaan nggak sama kamu?” Ucap Shela pada Daffin. Daffin tampak bingung ia mengerutkan keningnya,” Mami mau apa?” tanyanya kemudian. “Mobil, tas, pergi liburan, Semua bakal Daffin turuti asal mami bahagia dan cepat sembuh ya,” lanjut Daffin kemudian mencium punggung tangan Shela. Shela menggelengkan kepalanya. Daffin dan papi Ahmad saling bertatapan tidak mengerti apa yang ingin mami Shela m

    Last Updated : 2021-06-02
  • 100 HARI CINTA   Awal Sandiwara

    “Lepasin nggak kalau enggak gua teriak nih,” ucap Alvira dengan sinis. Perlahan Daffin melepaskan genggamannya. Ia menurunkan kaca matanya,” Loe mau apa sih sebenarnya?” tanya Daffin yang sudah menatap Alvira. “Elo ini memang ya nggak ngerti apa yang gua bilang tadi?” cerca Alvira. “Elo minta gua tanggung jawab?” “Tanggung jawab untuk apa?” tanya Daffin lagi dengan santai. “Ih loe memang ya nggak punya perasaan,” ucap Alvira sedikit teriak. “Usstt nggak boleh teriak-teriak nggak enak dilihat orang,” ucap Daffin. “Gua cuman cium lo, bukan nidurin lo. Gitu aja minta tanggung jawab. Dasar aneh, lo nggak pernah ciuman yah,” lajut Daffin sedikit mengejek Alvira. Merasa capek debat dengan Daffin, Alvira pun bangkit dari tempat duduknya sambil mengenggam kedua tangannya di samping. Sebelum ia pergi Alvira ingin menyiram Daffin dengan minuman yang ada di meja itu. Namun pergerakannya bisa dibaca oleh Daffin. Dengan mudah Daffin

    Last Updated : 2021-06-02
  • 100 HARI CINTA   Kebingungan Vita?

    Daffin sedang menunggu Alvira kembali ke ruangan maminya.”Semoga saja ia tidak berbohong,” batin Daffin. Papi Ahmad sedang berada di luar ruangan bersama mami Shela. Shela ingin berjalan-jalan di taman rumah sakit, ia bosan harus berdiam diri di kamar terus. Dengan menggunakan kursi roda mami didorong oleh papi menikmati suasana sore hari di rumah sakit. Shela tersenyum kala melihat sinar matahari, di dalam kamar ia terlalu lelah karena harus tiduran terus. Saat Shela menikmati udara sore hari tidak sengaja matanya melihat Alvira berjalan dengan seorang wanita sambil tertawa. “Pi, bukannya itu Alvira yah?” tanya Shela sambil menunjuk kedua wanita yang tengah melintas di depannya. “Iya mi,” jawab Ahmad singkat. “Alviraaa...,”teriak Shela. “Mami apaan sih,” tegur Ahmad. Karena saat Shela berteriak orang yang berada di sekelilingnya melihat ke arah mereka. Alvira yang mendengar namanya dipanggil, terus menghentikan langkah

    Last Updated : 2021-06-04

Latest chapter

  • 100 HARI CINTA   Undangan Makan Malam

    Belum sempat Daffin menjawab panggilan teleponnya suara Alvira dari dalam kamarnya menghentikan pergerakkan tangannya. Kini kakinya melangkah dengan cepat menuju kamar mereka.“Ada apa?” tanya Daffin begitu pintu kayu berwarna putih itu berhasil di bukanya.Terlihat Alvira sedang berdiri di atas ranjang sambil kedua tangannya menahan batrobe matanya mengintari lantai.Daffin jalan mendekat,” Kenapa?” tanyanya lagi.“I-itu ada kecoa besar,” lirih Alvira, membuat Daffin langsung melebarkan senyumnya.“Sama kecoa aja takut. Di mana?” tanya Daffin, dengan posisi yang menunduk mencari keberadaan kecoa yang dibilang oleh wanita tercintanya.“Ada di situ tadi, coba cari di sana,” balas Alvira menunjukkan letak di mana ia bertemu dengan kecoa itu.Alvira menunjuk lantai bawah dekat kamar mandi mereka. Daffin masih berusaha mencarinya.“Apa bibi nggak membersihkan ini apartemen? Kenapa ada kecoa masuk,” gumam Daffin, tanpa mengalihkan perhatiannya dari lantai.“Nah itu dia!”seru Daffin begitu

  • 100 HARI CINTA   Keberhasilan Reiki

    Panggilan video call masuk di ponsel Daffin. Nama sang mami tercinta tertera di layar pipih itu.“Mami,” ujar Daffin kepada Alvira.“Ya, udah angkat.”Dengan santainya Alvira menyuruh Daffin menjawab panggilan tersebut. Tanpa sadar jika mereka saat ini hanya menggunakan batrobe saja.“Panggilan video call,” ujar Daffin lagi.Seketika Alvira menepuk keningnya mendengar ucapan dari Daffin. Matanya langsung tertuju pada tubuhnya yang hanya berbalut batrobe saja.“Kamu aja yang jawab, bilang aja habis mandi,” usul Alvira.Akhirnya Daffin menggeser icon hijaunya, setelah panggilan itu tidak mau berhenti.“Iya mi,” sapa Daffin begitu terlihat jelas wajah Shela dilayar pipih itu.“Hey, Alvira mana? Mami kangen nih sama dia,” sahut Shela.“Lagi di kamar mandi mi.”“Bagaimana pengobatannya mi?” tanya Daffin lagi.“Lancar Fin, kamu katanya sama Alvira mau ke sini?” terdengar suara sang papi yang berada di sebelah sang istri tercinta.“Maaf mi, Pi, sepertinya kami nggak bisa ke sana soalnya Alvi

  • 100 HARI CINTA   Menghajar Alvira

    Daffin mengerjapkan matanya saat cahaya matahari dari bilik tirai itu mengganggu tidur nyenyaknya. Perlahan ia membuka matanya. Saat mata itu berhasil dibuka, pertama kali yang ia lihat adalah wajah sang istri yang kini tengah berada di dadanya.Kedua sudut bibirnya langsung mengembangkan senyuman yang begitu lebar. Setelah pertempuran semalam yang di lakukan hingga beronde-ronde. Membuat Alvira susah sekali membuka matanya. Hingga saat ini dirinya masih tertidur begitu nyenyaknya di dada Daffin berselimutkan kain tebal yang menutup kedua tubuh mereka yang tidak menggunakan apapun.Daffin bergerak secara pelan, bibirnya kini menyentuh kening Alvira.“Terima kasih atas semua yang kamu berikan saat ini, aku merasa ini adalah hal yang begitu sangat bahagia buatku,” ungkap Daffin pelan sambil memandangi wajah Alvira yang tampak begitu cantik dan natural.Terlihat Alvira mulai bergerak pelan. Namun, ternyata matanya masih tertutup rapat, dan ia hanya berpindah posisi tidur saja yang semak

  • 100 HARI CINTA   Malam Panjang

    “Kalau mau bicara soal kerjaan besok saja gua lagi sibuk,” ungkap Daffin lagi dan langsung mematikan sambungan teleponnya. Kemudian ia mematikan ponselnya agar tidak ada lagi yang mengganggu kegiatan malamnya ini.Di seberang sana Reiki yang tadi menelepon bosnya itu sekedar ingin memberitahukan jika mereka besok akan ada pertemuan penting dengan salah satu klien dari luar negeri. Namun, belum sempat Reiki memberitahu sambungan telepon itu sudah diputus Daffin.“Huuft.”Hembusan nafas Reiki terdengar begitu berat. Susah menghadapi sang bos yang moodnya berubah-rubah dan ia sampai saat ini tidak mengetahui sela-nya.Reiki yang masih bingung dengan pertemuan besok apakah akan berlangsung apa tidak. Berbeda dengan Daffin yang kini telah kembali melakukan aktivitas panasnya.Alvira yang tadi duduk di atas meja mini bar telah ia turunkan dan digedongnya diletakkan di sofa living room. Sofa yang mempunyai ukuran hanya

  • 100 HARI CINTA   Menghabiskan Malam Bersama

    Alvira sudah menyelesaikan mandinya, selama setengah jam ia berada di dalam kamar mandi berendam. Dengan senyum yang lebar ia keluar dan menuju lemari pakaian yang di maksud oleh Daffin tadi.Tubuhnya saat ini terasa sangat begitu segar. Alvira juga sudah memantapkan hatinya jika ia akan menyerahkan semuanya malam ini untuk suaminya tercinta. Makanya ia merendam tubuhnya selain menghilangkan pegal, ia juga ingin agar tubuhnya wangi saat bersama Daffin. Langkahnya ia urungkan menuju lemari, kini Alvira malah duduk di meja rias, ia ingin sedikit mengaplikasikan make up naturalnya dan memberikan semprotan parfum di daerah-daerah tertentu. Tidak lupa ia mengeringkan rambutnya juga.Sudah siap, Alvira ingin mengambil piyama yang katanya Daffin berada di dalam lemari. Namun, saat Alvira buka pintu lemari itu matanya membulat sempurna melihat baju-baju yang bergantung di sana sungguh ia tidak berpikir sampai ke arah sana.“Astaga ini semua?” gumamnya pelan.

  • 100 HARI CINTA   Daffin Mengajak Ke Villa

    Saat ini Alvira tengah bersiap untuk pulang karena jam dinasnya telah usai. Sambil merapikan peralatan dan meja kerjanya matanya melirik ponsel yang berada di atas meja. Takut suaminya menghubungi dirinya.“Sudah mau pulang?” tanya Vita yang tiba-tiba muncul di balik pintu.“Iya, emangnya kenapa?” tanya Alvira.“Enggak paa sih, gua mau ajak keliling bentar. Bisa nggak?”“Em?”Alvira menyahut sambil memicingkan manik matanya merasa aneh dengan permintaan sahabatnya itu.“Biasa aja kali lihatnya nggak usah gitu amat kenapa? Salah gua mau ajak hangout bentar?” celetuk Vita lagi dengan mengibaskan satu tangannya di depan Alvira.“Enggak apa sih, heran aja!” sahut Alvira.“Sudah yuk, keluar,” ajak Alvira lagi sambil meneteskan tasnya keluar ruangan.“Beneran nih nggak bisa?” tanya Vita lagi ingin memastikan.Alvira lan

  • 100 HARI CINTA   Gagal Masuk Lagi

    Kehidupan suami-istri itu terlihat begitu harmonis dan sangat bahagia. Semakin hari Daffin menunjukkan sikap baik, ia selalu memperlakukan Alvira dengan begitu lembut. Alvira menikmati setiap perlakukan Daffin terhadapnya. Namun, tanpa mereka sadari ada seseorang yang terganggu dengan keromantisan keduanya. Ia pun berjanji akan membuat keduanya pecah.Diam-diam Kevin sering mengikuti keduanya melihat Alvira begitu sangat bahagia membuat Kevin murka. Kevin merencanakan sesuatu untuk Alvira. Dengan senyum liciknya ia kembali menjalankan mobilnya saat Alvira sudah lagi tak terlihat oleh pandangannya.Alvira dan Daffin kini sedang berada di rumah sakit, mereka ingin konsultasi ke spesialis kandungan. Padahal Alvira tadinya tidak ingin pergi, karena ia yakin jika mereka akan segera memiliki anak, tanpa melakukan program. Karena keduanya tidak ada masalah.“Ayo masuk,” ajak Daffin saat sudah berada di depan ruang poli kandungan.“Silahka

  • 100 HARI CINTA   Dinner Romantis

    Daffin tidak mengalihkan pandangannya dari Alvira, “ kamu cantik sekali malam ini?”puji Daffin. “Memangnya kemarin-kemarin aku nggak cantik apa?” protes Alvira. Daffin merapatkan tubuhnya ke tubuh Alvira. “Cantik, tapi saat ini terlihat lebih cantik lagi,” ujar Daffin memuji. “Mau pergi sekarang atau kita diam di kamar seperti ini,” ucap Alvira. Daffin langsung memasang tangannya agar Alvira gandeng. Keduanya keluar dari unit apartemnet dengan tangan Alvira melingkar di lengan Daffin. Daffin membuka pintu mobilnya sportnya dan membawa Alvira melaju membelah jalan raya. Ia akan mengajak Alvira ke sebuah restoran. Restoran yang sudah di bookingnya melalui Reiki sang assisten. Perjalanan mereka akhirnya sampai di restoran. Keduanya jalan bersamaan menuju lokasi yang sudah dipilih Daffin. Saat pintu ruang vvip itu terbuka, Alvira langsung mematung di depan pintu melihat suasana di dalam sana. Pencahayaan yang remang membu

  • 100 HARI CINTA   Meneruskan Pernikahan

    Alvira diam sejenak mendengar pertanyaan dari Daffin. Ia bingung harus menjawab apa. Keraguannya itu terlihat jelas di mata indahnya.“Kamu kenapa? Katakan saja, jika kamu memang memilih dia, aku akan mundur dan memutuskan semuanya dengan baik-baik tapi jika kamu memilih pernikahan ini, aku akan menemani kamu untuk berbicara pada Kevin,” ungkap Daffin pelan, tangannya sudah menggenggam tangan Alvira yang berada di pahanya.Dengan keberanian yang sedikit, akhirnya Alvira menceritakan apa yang sebenarnya ia rasakan saat ini.“Sebenarnya aku juga memiliki perasaan yang sama seperti kamu, hanya saja aku tidak berani untuk mengungkapkannya mengingat surat perjanjian itu. Akhirnya aku memilih menerima tawaran Kevin dan ibunya dan mencoba melawan perasaan yang sebenarnya,” ungkap Alvira.Tanpa berbicara Daffin langsung maju dan memeluk tubuh Alvira,” terima kasih,” ucapnya.Alvira yang mendapatkan serangan tiba-tiba dar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status