Beranda / Romansa / 09.06 / Chapter 3

Share

Chapter 3

Penulis: Sasha
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-20 10:47:19

"Apa yang di ucapkan sama Ayah kamu itu, nggak ada benarnya. Perginya Bunda kamu, bukan karena kesalahan kamu. Melainkan takdir Bunda kamu yang udah harus pergi." 

Jia menjelaskan secara perlahan. Dia tahu bagaimana rasanya tidak diinginkan. Di tuduh membuat seseorang pergi, padahal itu bukan kesalahan kita.

Cukup dia saja yang merasakan bagaimana sakitnya. Ia tidak ingin jika anak dari sahabatnya merasakan apa yang ia rasakan selama ini.

"Tapi, memang itu benar, kan, Bi? Bunda pergi karena Raja. Raja itu..." 

"Raja pengen nyusul Bunda...."

"Kapan Raja bisa ketemu sama Bunda?"

"Kapan Raja bisa dipeluk sama Bunda?"

"Kapan Raja bisa tidur bareng sama Bunda?" 

"Kapan itu semua bisa terjadi dengan Raja?"

***

Sebuah buku yang sejak tadi ia pegang. Memperlihatkan deretan tulisan yang siapa saja melihatnya, pasti enggan membacanya.

Dia memperbaiki kacamata yang sedikit melorot, lalu tersenyum tipis.

"FILA! KELUAR KAMU!" 

Teriakan dari luar kamarnya, benar-benar mengganggu ketenangan perempuan itu. Dengan langkah malas, ia meletakkan kembali buku novel yang telah selesai ia baca ke tempatnya, lalu berjalan keluar kamar.

Terlihat dengan jelas, seorang wanita dengan daster bunga-bunga berkacak pinggang, menatapnya tajam.

"Baca novel lagi?" 

Suara mengimitasi itu mengudara.

"Enggak." 

Tentu saja dia bohong. Jika ketahuan membaca novel, dan mengabaikan deretan angka, yang selalu memenuhi hari-harinya, maka akan dipastikan jika sapu akan melayang dan mendarat di tubuhnya.

"Belajar apa tadi?" 

Pertanyaan yang selalu membuatnya muak, kembali terdengar.

"Kimia." 

Singkat, padat dan jelas.

"Tentang?" 

"Kimia?" 

Tampaknya wanita itu ingin rasanya mencekik leher perempuan di hadapannya. Dia menghela napas, lalu meninggalkan perempuan itu begitu saja. Fila masih terbengong, melihat tingkah Mama nya yang tidak seperti biasa.

Tak ingin mengambil pusing, Fila langsung masuk ke dalam kamarnya dan melanjutkan membaca novel miliknya yang lain.

***

"Raja mana?" 

Seorang wanita bertanya pada suaminya.

"Kok tanya aku? Mana lah aku tahu, kan aku baru pulang kerja," jawab sang suami.

"Loh, kamu nggak jemput Raja? Kan, ini udah jam pulang?" 

Sang wanita itu kembali bertanya.

"Dia nggak ada kirim pesan atau telepon aku. Jadi, ya, aku kita dia udah pulang." 

"Ya, seharusnya kamu---" 

Perkataan wanita itu terhenti karena mendengar teriakan dari luar.

"RAJA PULANG!" 

Teriakan itu mengalihkan pandangan pasangan itu.

"Astaga, pulang sama siapa kamu?" 

Wanita itu menghampiri lelaki itu.

"Mama nggak perlu khawatir gitu sama Raja. Tadi, Raja pulang sama teman. Makanya nggak kasih tahu ke Papa." 

Lelaki itu menjelaskan pada Mama nya.

"Bagus deh kalau gitu. Besok, Papa beliin motor aja kamu, biar nggak terus-menerus di antar jemput. Kalau seandainya kamu punya pacar, biar nggak malu-maluin," ujar sang Papa.

"Apaan sih, Mas. Kalau nanti Raja kenapa-kenapa bagaimana? Kalau seandainya Raja kecelakaan gimana? Aku nggak akan izinkan Raja untuk naik motor sendiri. Apa gunanya dia punya Ayah, kalau nggak mau antar anaknya?" Wanita itu membantah.

"Kan memang Ayah nggak mau antar aku. Yang sering antar aku itu Papa, bukan Ayah." Raja menyela.

Keduanya bungkam. 

Raja langsung melongos pergi begitu saja, masuk ke dalam kamar tanpa memperdulikan tatapan orang tuanya.

"Salah kamu. Tinggal iyain aja kenapa sih." Heru menatap Jia kesal.

"Loh, kok jadi salah aku?" Jia menatap Heru tidak terima.

"Ya, coba kamu lihat sendiri. Semenjak kejadian itu, Raja tidak sedikitpun kamu beri dia kebebasan. Dia terus-terusan berada di bawah kendali kamu." 

"Ini kehidupan Raja, kamu jangan ikut campur kehidupan dia. Lagian, Raja udah besar, tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dia bukan anak kecil lagi yang terus-terusan kamu atur hidupnya. Dia berhak atas diri dia sendiri." 

"Kamu bukan siapa-siapa Raja, jadi stop ngekang Raja seperti ini, Jia!" 

Heru memberikan tatapan tajam pada Jia.

"Tapi aku yang ngurus dia sejak Widya meninggal kalau kamu lupa!" teriak Jia.

"Dan kamu jangan pernah lupa, kalau kamu adalah orang yang sudah membuat Widya meninggal!" balas Heru melongos pergi.

Jia menarik rambutnya sendiri. Frustrasi. Lalu, dia menyusul langkah suaminya, yang pergi entah kemana.

Seseorang mendengar itu semua. 

Dia adalah Raja.

Sejak tadi, Raja sebenarnya tidak sepenuhnya pergi ke kamarnya. Tadi, Raja berniat untuk meminta maaf, karena menurutnya tidak sopan, namun saat mendengar obrolan kedua orang tua sambungnya, Raja tidak melanjutkan perjalanan, melainkan mendengarkannya saja.

Banyak pertanyaan yang hinggap di pikirannya. Maksud ucapan Papa nya itu apa? Mama nya adalah sosok yang membuat Bunda nya meninggal? Apakah itu benar? 

"Raja?" panggil seseorang.

"Papa?" Raja melotot kaget.

"Kamu ngapain disini? Nggak ganti baju?" tanya Heru.

Raja mendadak gelisah. "Eh, iya. I-ini aku mau ganti baju kok, Pa." Raja menjawab dengan senyum kikuk.

Berjalan meninggalkan Papa nya yang menatapnya dengan tatapan sulit di artikan.

"Kamu dengan semuanya?" 

Raja menghentikan langkahnya. Jantungnya berpacu dengan cepat.

Heru berjalan mendekati Raja, dan menarik tangannya, berjalan menuju ruang kerja Heru. 

Sesampainya di sana. Heru menyuruhnya untuk duduk. Sebenarnya, untuk apa Papa nya membawanya ke sini? Apakah ada yang ingin di bicarakan? 

"Kenapa, Pa? Ada yang mau di bicarakan?" Raja bertanya.

"Kamu dengar semuanya?" 

Bab terkait

  • 09.06   Chapter 4

    Heru menanyakan pertanyaan yang sama.Raja diam. Tidak tahu harus menjawab pertanyaan itu."Jujur aja. Papa nggak akan marah."Raja mengangguk pelan, sebagai jawaban."Apa yang kamu simpulkan?"Raja menatap Papa nya tidak paham."Maksudnya apa?""Apa yang kamu pikirkan setelah mendengar obrolan Papa sama Mama kamu tadi?""Aku nggak tahu, Pa. Nggak ngerti apa yang Papa bilang tadi. Kenapa Papa bilang kalau Mama adalah orang yang udah bikin Bunda pergi? Apa, ini saling berkaitan?"Heru dapat melihat dengan jelas, kerutan kebingungan di wajah Raja.Dia menghela napas panjang.Apakah dirinya harus membongkar semua ini? Apakah Raja akan bisa menerimanya?"Pa, kenapa diam? Ada yang Papa sembunyikan dari Raja?"Suara Raja membuyarkan lamunan Heru.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20
  • 09.06   Chapter 5

    "Aku nggak izinkan kamu bawa Raja pergi, Mas," ujar Jia."Aku nggak butuh izin dari kamu untuk membawa Raja kemanapun aku pergi," balas Heru yang telah memasukkan koper miliknya ke dalam bagasi mobil."Di mana Raja?" tanya Heru pada bodyguard nya."Masih di atas, Tuan," jawab salah satu di antara bodyguard Heru."Sudah siap semuanya?" tanya Heru sesaat setelah dia melihat Raja yang tengah berjalan ke arahnya dan membawa sebuah kardus besar, yang tidak ia ketahui isinya apa. Raja mengangguk pelan."Masukkan semua barang-barang milik Raja ke bagasi mobil."Heru memerintahkan bodyguard nya untuk memasukkan semua barang-barang Raja yang jumlahnya tidak sedikit."Baik, Tuan."Beberapa pria berbaju hitam memasukkan barang-barang milik Raja ke mobil belakang."Raja, kamu beneran mau tinggalin Mama? Kamu udah ngg

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20
  • 09.06   Chapter 6

    "Jalan, woi!"Perempuan itu menepuk pundak Raja. Di balas anggukan pelan, Raja mengayuh sepedanya dengan kecepatan sedang."Nggak pernah lihat cowok seganteng kamu. Baru pindah ya?" tanya perempuan itu berpegangan pada pundak Raja."Hm," sahut Raja tidak terlalu menanggapi ucapan perempuan yang tidak ia kenal."Pantes aja sih. Awas aja, aku kasih tahu ke kamu. Di daerah sini, pantang lihat cowok ganteng dikit. Pasti langsung kayak cacing kepanasan. Mau yang muda atau yang tua, sama aja. Jadi, jangan pernah risih sama warga di sini, karena dengan mereka melalukan itu, artinya mereka suka sama kamu," ujar perempuan itu panjang lebar.Raja mengangguk saja, dia sedikit tidak paham dengan apa yang di ucapkan oleh perempuan di belakangnya itu."Eh, woi! Warung belok kanan lah, bukan lurus. Kentara kali kalau nggak pernah ke warung, ya?"Suara perempuan itu kembali terdengar. Raja memutar stang sepedanya ke arah kanan. Dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20
  • 09.06   Chapter 7

    "Thanks udah mau bantuin," ucap Raja."Nggak masalah kali. Lagian, kita kan teman," sahut Mervi."Mau mampir?" tawar Raja. Mereka menggeleng."Lain kali aja. Gua mau ke masjid dulu. Lo nggak ke masjid?" tanya Bian."Gue non-muslim," jawab Raja."Oh, sorry. Gua nggak tahu soal itu." Raut wajah Bian menjadi pias."Nggak masalah.""Kalau gitu kita duluan ya," ujar Marva. Raja mengangguk."Ntar malem jan lupa kumpul di warung tadi. Anggap aja perkenalan diri lo." Suara Ojal."Kalau nggak sibuk, gue ngumpul kok."***Makan malam telah tiba. Balak dan anak itu tampaknya tengah menikmati makan malam."Bagaimana keseharian kamu selama Papa nggak ada di rumah?" tanya Heru membuka percakapan.Raja terdiam cukup lama. "Nothing special, and very boring. But,

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20
  • 09.06   Chapter 8

    "Fisika adalah suatu pelajaran yang terdiri dari enam huruf.""Fisika adalah suatu pelajaran yang memahami arti emosi, pusing, dan sabar dalam waktu yang bersamaan."Jawaban ngawur lainnya masih terdengar, membuat guru itu bungkam."Kenapa diam, pak? Jawaban kami salah?" tanya Afri."Nggak. Jawaban kalian nggak ada yang salah, dan juga nggak ada yang benar," jawab pak Dewan."Terus, kenapa diam?" Kali ini Dafa yang bertanya."Saya diam karena saya bingung dengan jawaban kalian yang kelewat benar."Tawa mulai terdengar, hingga guru itu kembali bersuara."Baiklah. Saya akan menjelaskan apa itu fisika. Fisika sains atau ilmu alam yang mempelajari materi beserta gerak dan perilakunya dalam lingkup ruang dan waktu, bersamaan dengan konsep yang berkaitan seperti energi dan gaya. Sebagai salah satu ilmu sains paling dasar, tujuan utama fisika adalah memahami bagaimana alam semesta berkerja," jelas pak Dewan."Karena selam

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16
  • 09.06   Chapter 9

    "Maksudnya apa? Jangan sembunyiin semuanya dari aku, aku bingung harus kayak mana." Raja menunduk dalam."Kamu memang orang yang sudah membuat Bunda kamu pergi, karena saat itu, Bunda kamu berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan kamu."Raja tertegun mendengar itu. Jadi, benar. Dirinya adalah orang yang sudah membuat Bunda nya pergi?"Tapi, semua itu tidak akan terjadi jika Mama kamu bertindak segila itu. Saat itu...."Flashback09 Juni 2006Alifah, Widya, Jia dan para lelaki lainnya, berjalan menemani Widya yang katanya tengah ngidam. Menginginkan jalan-jalan di sekitaran taman bersama-sama."Kalau nanti anak aku udah lahir, pasti kita nggak akan bisa kumpul kayak gini lagi. Pastinya aku bakal sibuk urus anak aku." Widya membuka suara."Nggak papa kali, Wid. Lagian, kita kan bisa datang ke rumah lo. Nggak usah sedih gitu, ah," hibur Alifah."Nah, benar yang di katakan Alifah. Nggak usah merasa

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • 09.06   Chapter 10

    "Nggak tahu. Tadi gue ke kamar mandi sebentar. Pas gue balik, di sini cuma ada Rizal doang. Pas gue tanya Widya sama Jia ke mana. Katanya mereka mau ke kamar mandi. Tapi, setengah jam kita berdua nunggu, mereka nggak balik-balik." Heru menjelaskan dengan detail. "Gimana? Widya udah ketemu?" tanya Rizal dengan napas tidak beraturan. "Belum. Gue udah cari ke seluruh tempat di taman, tapi nggak ada." Heru menjawab. "WOI! JANGAN DIAM AJA, ITU DI TOLONGIN MBAK-MBAK NYA. KASIHAN DIA. SEBENTAR LAGI AMBULANS DATANG!" Teriakan dari arah jalan mengalihkan pandangan mereka. "Itu ada apa?" tanya Alifah ketika melihat banyaknya orang yang berlarian menuju jalan raya. Tidak menjawab pertanyaan Alifah, para lelaki itu berlari kencang, menerobos kerumunan massa yang mengumpul. "WIDYA!" teriak Ri

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-22
  • 09.06   Chapter 11

    "Maafkan saya, pak. Saya terpaksa melakukan itu karena istri anda yang keracunan makanan. Penyakit pasien yang mendadak kambuh, juga hantaman keras itu membuat istri anda tidak bisa bertahan dengan lama. Tadi, pasien sempat sadar sebentar, dan meminta kami untuk menyelamatkan anaknya, dibanding dirinya. Sedangkan bapak tadi mengatakan harus menyelamatkan istri bapak dibanding anaknya. Dan kami memutuskan untuk menyelamatkan anak anda, karena salah satu pembunuh darah istri anda yang bocor. Sekali lagi, saya dan tim saya minta maaf, pak."Dari penjelasan dokter tadi, satupun tidak ada yang bisa Rizal terima. Di satu sisi, dirinya sangat senang anak yang sejak lama ia tunggu, akhirnya lahir, namun dalam keadaan prematur. Sedangkan di sisi lain, dirinya sangat kecewa lantaran istrinya yang meninggalkan dirinya seorang diri, dengan bayi hasil dari pernikahannya dengan Widya.Kenapa takdir sangat kejam dengannya? Mengapa salah satu diantaranya harus pergi, sedangkan d

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-24

Bab terbaru

  • 09.06   Chapter 12

    Heru mengangguk. Alasan yang bagus."Masuk ke kamar kamu sana. Besok sekolah, dan Papa nggak mau kamu absen di bulan pertama. Kalau bulan kedua mah, nggak papa," suruh Heru yang dibalas anggukan oleh Raja.Setelahnya, Heru pergi menuju kamarnya sendiri. Namun, mendengar suara Raja lagi, dirinya mengurungkan niatnya."Pa," panggil Raja. Dengan cepat, Heru membalikkan tubuhnya."Kenapa?" Raja menatap Papa nya dengan ragu."Apa yang mau kamu katakan? Jangan ragu, katakan saja. Daripada mengganggu pikiran kamu, dan kamu tidak bisa tidur dengan nyenyak." Suara Heru kembali mengudara."Papa.... tau rumah Ayah, tidak?"Heru menatap anaknya bingung. Kenapa mendadak bertanya tentang Ayahnya?"Memangnya kenapa?""Kamu rindu dengan Ayah kamu yang brengsek itu?"Kalimat itu sangat menusuk di hati Raja."Bukan. Raja cuma mau ambil foto Bunda aja. Kata Tante Alifah, Papa ng

  • 09.06   Chapter 11

    "Maafkan saya, pak. Saya terpaksa melakukan itu karena istri anda yang keracunan makanan. Penyakit pasien yang mendadak kambuh, juga hantaman keras itu membuat istri anda tidak bisa bertahan dengan lama. Tadi, pasien sempat sadar sebentar, dan meminta kami untuk menyelamatkan anaknya, dibanding dirinya. Sedangkan bapak tadi mengatakan harus menyelamatkan istri bapak dibanding anaknya. Dan kami memutuskan untuk menyelamatkan anak anda, karena salah satu pembunuh darah istri anda yang bocor. Sekali lagi, saya dan tim saya minta maaf, pak."Dari penjelasan dokter tadi, satupun tidak ada yang bisa Rizal terima. Di satu sisi, dirinya sangat senang anak yang sejak lama ia tunggu, akhirnya lahir, namun dalam keadaan prematur. Sedangkan di sisi lain, dirinya sangat kecewa lantaran istrinya yang meninggalkan dirinya seorang diri, dengan bayi hasil dari pernikahannya dengan Widya.Kenapa takdir sangat kejam dengannya? Mengapa salah satu diantaranya harus pergi, sedangkan d

  • 09.06   Chapter 10

    "Nggak tahu. Tadi gue ke kamar mandi sebentar. Pas gue balik, di sini cuma ada Rizal doang. Pas gue tanya Widya sama Jia ke mana. Katanya mereka mau ke kamar mandi. Tapi, setengah jam kita berdua nunggu, mereka nggak balik-balik." Heru menjelaskan dengan detail. "Gimana? Widya udah ketemu?" tanya Rizal dengan napas tidak beraturan. "Belum. Gue udah cari ke seluruh tempat di taman, tapi nggak ada." Heru menjawab. "WOI! JANGAN DIAM AJA, ITU DI TOLONGIN MBAK-MBAK NYA. KASIHAN DIA. SEBENTAR LAGI AMBULANS DATANG!" Teriakan dari arah jalan mengalihkan pandangan mereka. "Itu ada apa?" tanya Alifah ketika melihat banyaknya orang yang berlarian menuju jalan raya. Tidak menjawab pertanyaan Alifah, para lelaki itu berlari kencang, menerobos kerumunan massa yang mengumpul. "WIDYA!" teriak Ri

  • 09.06   Chapter 9

    "Maksudnya apa? Jangan sembunyiin semuanya dari aku, aku bingung harus kayak mana." Raja menunduk dalam."Kamu memang orang yang sudah membuat Bunda kamu pergi, karena saat itu, Bunda kamu berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan kamu."Raja tertegun mendengar itu. Jadi, benar. Dirinya adalah orang yang sudah membuat Bunda nya pergi?"Tapi, semua itu tidak akan terjadi jika Mama kamu bertindak segila itu. Saat itu...."Flashback09 Juni 2006Alifah, Widya, Jia dan para lelaki lainnya, berjalan menemani Widya yang katanya tengah ngidam. Menginginkan jalan-jalan di sekitaran taman bersama-sama."Kalau nanti anak aku udah lahir, pasti kita nggak akan bisa kumpul kayak gini lagi. Pastinya aku bakal sibuk urus anak aku." Widya membuka suara."Nggak papa kali, Wid. Lagian, kita kan bisa datang ke rumah lo. Nggak usah sedih gitu, ah," hibur Alifah."Nah, benar yang di katakan Alifah. Nggak usah merasa

  • 09.06   Chapter 8

    "Fisika adalah suatu pelajaran yang terdiri dari enam huruf.""Fisika adalah suatu pelajaran yang memahami arti emosi, pusing, dan sabar dalam waktu yang bersamaan."Jawaban ngawur lainnya masih terdengar, membuat guru itu bungkam."Kenapa diam, pak? Jawaban kami salah?" tanya Afri."Nggak. Jawaban kalian nggak ada yang salah, dan juga nggak ada yang benar," jawab pak Dewan."Terus, kenapa diam?" Kali ini Dafa yang bertanya."Saya diam karena saya bingung dengan jawaban kalian yang kelewat benar."Tawa mulai terdengar, hingga guru itu kembali bersuara."Baiklah. Saya akan menjelaskan apa itu fisika. Fisika sains atau ilmu alam yang mempelajari materi beserta gerak dan perilakunya dalam lingkup ruang dan waktu, bersamaan dengan konsep yang berkaitan seperti energi dan gaya. Sebagai salah satu ilmu sains paling dasar, tujuan utama fisika adalah memahami bagaimana alam semesta berkerja," jelas pak Dewan."Karena selam

  • 09.06   Chapter 7

    "Thanks udah mau bantuin," ucap Raja."Nggak masalah kali. Lagian, kita kan teman," sahut Mervi."Mau mampir?" tawar Raja. Mereka menggeleng."Lain kali aja. Gua mau ke masjid dulu. Lo nggak ke masjid?" tanya Bian."Gue non-muslim," jawab Raja."Oh, sorry. Gua nggak tahu soal itu." Raut wajah Bian menjadi pias."Nggak masalah.""Kalau gitu kita duluan ya," ujar Marva. Raja mengangguk."Ntar malem jan lupa kumpul di warung tadi. Anggap aja perkenalan diri lo." Suara Ojal."Kalau nggak sibuk, gue ngumpul kok."***Makan malam telah tiba. Balak dan anak itu tampaknya tengah menikmati makan malam."Bagaimana keseharian kamu selama Papa nggak ada di rumah?" tanya Heru membuka percakapan.Raja terdiam cukup lama. "Nothing special, and very boring. But,

  • 09.06   Chapter 6

    "Jalan, woi!"Perempuan itu menepuk pundak Raja. Di balas anggukan pelan, Raja mengayuh sepedanya dengan kecepatan sedang."Nggak pernah lihat cowok seganteng kamu. Baru pindah ya?" tanya perempuan itu berpegangan pada pundak Raja."Hm," sahut Raja tidak terlalu menanggapi ucapan perempuan yang tidak ia kenal."Pantes aja sih. Awas aja, aku kasih tahu ke kamu. Di daerah sini, pantang lihat cowok ganteng dikit. Pasti langsung kayak cacing kepanasan. Mau yang muda atau yang tua, sama aja. Jadi, jangan pernah risih sama warga di sini, karena dengan mereka melalukan itu, artinya mereka suka sama kamu," ujar perempuan itu panjang lebar.Raja mengangguk saja, dia sedikit tidak paham dengan apa yang di ucapkan oleh perempuan di belakangnya itu."Eh, woi! Warung belok kanan lah, bukan lurus. Kentara kali kalau nggak pernah ke warung, ya?"Suara perempuan itu kembali terdengar. Raja memutar stang sepedanya ke arah kanan. Dan

  • 09.06   Chapter 5

    "Aku nggak izinkan kamu bawa Raja pergi, Mas," ujar Jia."Aku nggak butuh izin dari kamu untuk membawa Raja kemanapun aku pergi," balas Heru yang telah memasukkan koper miliknya ke dalam bagasi mobil."Di mana Raja?" tanya Heru pada bodyguard nya."Masih di atas, Tuan," jawab salah satu di antara bodyguard Heru."Sudah siap semuanya?" tanya Heru sesaat setelah dia melihat Raja yang tengah berjalan ke arahnya dan membawa sebuah kardus besar, yang tidak ia ketahui isinya apa. Raja mengangguk pelan."Masukkan semua barang-barang milik Raja ke bagasi mobil."Heru memerintahkan bodyguard nya untuk memasukkan semua barang-barang Raja yang jumlahnya tidak sedikit."Baik, Tuan."Beberapa pria berbaju hitam memasukkan barang-barang milik Raja ke mobil belakang."Raja, kamu beneran mau tinggalin Mama? Kamu udah ngg

  • 09.06   Chapter 4

    Heru menanyakan pertanyaan yang sama.Raja diam. Tidak tahu harus menjawab pertanyaan itu."Jujur aja. Papa nggak akan marah."Raja mengangguk pelan, sebagai jawaban."Apa yang kamu simpulkan?"Raja menatap Papa nya tidak paham."Maksudnya apa?""Apa yang kamu pikirkan setelah mendengar obrolan Papa sama Mama kamu tadi?""Aku nggak tahu, Pa. Nggak ngerti apa yang Papa bilang tadi. Kenapa Papa bilang kalau Mama adalah orang yang udah bikin Bunda pergi? Apa, ini saling berkaitan?"Heru dapat melihat dengan jelas, kerutan kebingungan di wajah Raja.Dia menghela napas panjang.Apakah dirinya harus membongkar semua ini? Apakah Raja akan bisa menerimanya?"Pa, kenapa diam? Ada yang Papa sembunyikan dari Raja?"Suara Raja membuyarkan lamunan Heru.

DMCA.com Protection Status