Terjebak Pernikahan Palsu
Salma Aulia Sari, gadis berusia 24 tahun yang baru merasakan kebahagiaan, setelah dinikahi oleh Muhammad Rofiq Fadil--pria berusia 26 tahun, yang Salma cintai dalam diam sejak masa sekolah.
Namun, alih-alih mendapatkan kebahagiaan, Salma justru tidak pernah dianggap sebagai istri oleh suaminya sendiri.
Tangisan dan kesedihan mulai Salma rasakan sejak awal pernikahan, sejak pindah ke rumah Sang suami.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya Salma mengetahui kebenaran yang ada. Bahwa suaminya, hanya menikahi dirinya karena menutupi hubungan gelapnya dengan Lintang--kakak ipar sendiri--yaitu istri dari Rafi, yang tidak lain adalah kakak kandungnya.
Salma akhirnya melepaskan Sang suami dari ikatan pernikahannya, dan memutuskan untuk menyendiri sementara waktu.
Di saat kesendirian itulah, datang seorang Rafi, yang tidak lain adalah kakak dari mantan suaminya. Dia yang sebenarnya sudah menaruh perasaan pada Salma sejak dahulu, baru kini bisa ia utarakan setelah dirinya memutuskan berpisah dengan Lintang--istrinya, dan Salma berpisah dengan Rofiq--suaminya.
Keduanya memutuskan menikah setelah cukup lama dalam kesendirian masing-masing.
Baca
Chapter: Part 11 Hari ini, Rofiq merasa begitu kesal. Bagaimana tidak? Waktu berduaan dengan Lintang ketika makan siang, harus pupus dengan kehadiran Salma yang tiba-tiba. Padahal, Lintang baru menemaninya setengah jam. Biasanya, dia akan berada di ruang kerja Rofiq selama satu jam lamanya.Dan sore ini, rencana Rofiq yang akan pulang ke apartemennya pun harus gagal. Karena sejak siang, Salma benar-benar menunggu dirinya untuk pulang bersama. Tentu saja, dengan berat hati ia mengantarkan istrinya itu pulang dalam satu mobil.Selain rumah pribadi, apartemen yang Rofiq beli atas nama Lintang adalah tempat kedua ia bersinggah. Tidak hanya bersinggah, tetapi juga bersenang-senang karena terkadang Lintang pun berada di sana. Rofiq akan menghabiskan waktu di apartemennya, jika hatinya terasa gundah, seperti yang dialaminya sekarang.“Mau temani aku gak, Mas?” Salma membuka obrolan di tengah-tengah perjalanan pulang ke rumah.Rofiq yang tengah fokus mengemudi, hanya
Terakhir Diperbarui: 2022-03-25
Chapter: Part 10 Pandangan Salma terus menatap mengarah karyawati yang baru saja melangkah keluar, hingga sosok itu sirna oleh pintu yang tertutup. Bergegas, Salma memanfaatkan waktu kosong tanpa siapapun di kantor ini. Semua karyawan nampak sudah mulai menghabiskan waktu istirahat siang mereka. Salma bahkan tidak peduli dengan pesan karyawati tadi, supaya Salma tetap menunggu hingga tamu keluar dari ruang kerja Rofiq.Perlahan, Salma melekatkan tangan ke gagang pintu, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling, untuk memastikan tidak ada yang akan menghentikan tindakannya. Dibukalah pintu itu dengan segera, sambil Salma berucap salam lirih, “Assalaamu’alaikum ...”Awalnya, nada salam itu masih terdengar di telinga. Namun perlahan nadanya turun hingga nyaris tak terdengar, saat pandangan Salma dikejutkan dengan sosok yang berada di dalam ruang kerja suaminya itu.“Mas Rofiq!” seru Salma hingga tanpa sadar, bulatan matanya begitu terlihat.Bet
Terakhir Diperbarui: 2022-03-25
Chapter: Part 9 Tanpa terasa, waktu sudah menjelang siang. Jarum jam pun sudah menunjuk di angka sebelas. Menandakan, satu jam lagi adalah jam istirahat para pekerja, termasuk Rofiq—suaminya. Salma sudah berniat akan mengantarkan makan siang ke kantor Rofiq. Tidak bertemu di pagi hari, setidaknya bisa di siang hari dengan mendatangi kantornya, dan memberikan kejutan makan siang padanya.Salma masih punya waktu satu jam lagi untuk sampai ke sana. Ia bergegas ke kamarnya untuk mempersiapkan diri. Berbekal alamat kantor yang Salma lihat di berkas kantor yang berada di kamar Rofiq, akhirnya ia bisa ke sana tanpa menanyakan pada Rofiq. Tentu karena ia ingin memberikan kejutan.Salma merasa, pria seperti Rofiq memang harus berpasangan dengan wanita agresif. Toh, status dirinya saat ini sudah sah menjadi istri Rofiq. Tentu wajar jika ia bersikap agresif pada suaminya sendiri.Hanya sepuluh menit saja, Salma sudah bersiap dengan gamis panjang berwarna coksu, dipadu dengan jilbab
Terakhir Diperbarui: 2022-03-25
Chapter: Part 8 “Mas, boleh tanya sesuatu?” Salma membuka obrolan setelah selesai makan malam. Posisinya masih duduk di ruang makan. Begitu pula dengan Rofiq—suaminya.“Iya, Dik. Ngomong ajah,” ujar Rofiq mempersilakan.“Kenapa kamu menunjukkan kamarku yang di atas, sedangkan kamar yang kamu pake tidur di kamar itu?” Wajah Salma menunjuk ke arah kamar tamu yang ditempati Rofiq. “Kenapa kita gak sekamar, Mas?” lanjutnya lagi bertanya.Cukup lama Rofiq terdiam setelah pertanyaan Salma terlontar. Fikirannya mulai berkelana, mencari cara untuk bisa memberikan alasan akurat pada wanita yang mulai memasuki daerah pribadinya. Dia istrinya. Namun, Rofiq tidak menginginkan hal itu. Dia tidak ingin menjalani kehidupan rumah tangga layaknya orang lain. Jika bukan karena Lintang, Rofiq tidak akan pernah menjalani pernikahan palsunya itu.Namun, biar bagaimanapun dirinya tetap harus bisa berlakon sesuai rencana. Sesuai drama yang
Terakhir Diperbarui: 2022-03-25
Chapter: Part 7 Sore ini, Rofiq pulang ke rumah lebih cepat dari biasanya. Meeting yang sempat direncanakan setelah jam kerja pun, terpaksa ditunda sampe besok pagi. Rofiq berencana untuk meminta maaf pada Salma atas sikap dinginnya selama ini, sembari memberikan hadiah paket bunga sebagai bentuk keseriusannya. Padahal, rencana itu Rofiq lakukan hanya demi memuluskan rencana busuknya.Setelah berlalu dari toko bunga langganannya, Rofiq melajukan lagi mobilnya ke arah jalan ke rumahnya. Sesampainya di rumah, tempat yang ia tuju pertama kali adalah keberadaan Salma. Namun, penelusurannya ke setiap sudut ruangan di rumahnya, masih belum membuahkan hasil. Salma tidak ia temukan di mana-mana.“Mbok Marni, Salma dimana?” Rofiq menghampiri mbok Marni yang tengah menyetrika.“Eh, Den. Sudah pulang? Tadi, mbok lihat non Salma di kursi panjang dekat kolam renang, Den,” sahut mbok Marni sambil terus melanjutkan pekerjaannya.Rofiq bergegas melangkah menuju t
Terakhir Diperbarui: 2022-03-25
Chapter: Part 6 Pagi ini, hati Salma kembali dirundung gundah yang mendalam. Hatinya begitu hancur, saat melihat kenyataan tentang sikap Sang suami padanya. Sangat berbeda sekali waktu sebelum akad nikah kemarin. Dia bahkan menjanjikan kebahagiaan untuk dirinya yang tentu sudah Salma harapkan sejak lama.Namun sejak Salma pindah ke rumah ini, belum pernah sekalipun ia merasakan kehangatan dari Rofiq—suaminya. Dia begitu sangat dingin. Jangankan menyapa dulu, ditanyai pun begitu nampak ketidaksukaan di raut wajah tampannya. Entah kenapa dia seperti itu. Apakah karena masalah kerjaan di kantor? Atau karena dia memang tidak menginginkan pernikahan ini?Saat ini, Salma hanya bisa termenung di kamarnya. Melontarkan banyak pertanyaan yang terkumpul di otaknya, tanpa bisa mendapatkan jawaban.***“Lintang,” seru Rofiq lirih, seraya menghampiri wanita yang terbalut dress merah maroon duduk di kursi depan meja kerjanya. Rambut panjangnya tergerai indah, hingga s
Terakhir Diperbarui: 2022-03-23
Chapter: Bab 19“Habibah .... Nak.” “Astaghfirulloh, Mamah.” Jujur, aku kaget setengah hidup saat tepukan keras mamah mendarat di pangkuanku beberapa kali bersamaan dengan teguran yang hanya kudengar samar, hingga getaran tubuh ini begitu jelas kurasakan. “Mamah. Aku ....” “Kamu kenapa, Nak, hah? Tante Sintia sudah nunggu jawaban kamu dari tadi, malah melamun, sih. Kenapa?” tanya mamah sedikit berbisik. “Kamu gak papa ‘kan?” Aku menggeleng melempar senyum berseri menatap wajah mamah. Syukurlah, apa yang melintas di pikiranku tadi hanya bayangan semata, bukan nyata. Wajah mamah masih nampak bahagia, pun juga dengan papah. Aku menunduk sejenak sambil menghembuskan napas pelan sebanyak tiga kali, menghilangkan sangkaan dan bayangan buruk yang sempat menghampiri. “Maaf, Tante, Om dan semuanya.” Kalimat dari bibirku mulai mengudara memenuhi ruang makan. Aku mengedar pandangan dengan senyum yang kubuat seramah mungkin. “Sebelumnya saya minta maaf, sudah buat semuanya menunggu. Mungkin karena efek sedi
Terakhir Diperbarui: 2022-10-03
Chapter: Bab 18 “Habibah, kedatangan tante sekeluarga ke sini punya niat lain selain silaturahmi.” Tante Sintia mulai membuka obrolan serius usai makan malam. Kalimatnya terhenti sejenak untuk sekedar mengedar pandangan ke arah kami yang masih memenuhi ruang makan. Dia tersenyum penuh ceria, nampak dari raut wajahnya yang berseri. “Untuk itu, tante dan om juga kedua orangtuamu ingin memastikan jawaban kamu atas perjodohan yang kami sepakati bersama. Tante harap, jawaban kamu sesuai dengan yang kami semua harapkan.” Aku mengangkat wajah yang sejak tadi setengah menunduk, lalu mengedar pandangan ke seluruh anggota. Tatapan mereka tak jauh beda dengan tante Sintia, begitu berseri, terutama mamah dan papah. Namun, hanya satu pandangan yang kutemukan nampak memendam penekanan mendalam. Sorot matanya datar. Hanya pandangan itu pula yang tidak mengarah kepadaku. Siapa lagi jika bukan Nathan. Sedikit pun tak pernah kudapati kami bertemu pandang meski di posisi tidak sengaja. Tapi anehnya, kenapa hanya aku
Terakhir Diperbarui: 2022-10-02
Chapter: Bab 17 Sejak Awal datang ke rumah, aku memang tidak menyadari kondisi sekeliling. Maksudku, hanya kamar saja yang baru kujelajahi untuk meletakan tas juga melepas jilbab yang menutup rambutku sepanjang perjalanan dari indekos menuju rumah. Jadi, kondisi ruang makan yang ternyata telah dipenuhi beberapa menu makanan juga camilan belum tertangkap oleh pandangan kedua mataku. Baru kusadari setelah mamah memintaku menyajikan beberapa minuman dan camilan dari dapur untuk tamu satu keluarga yang baru datang. “Ayo, Bibah. Bawa itu ke ruang tamu,” perintah mamah yang seketika menggetarkan tubuhku karena rasa terkejut. Aku tidak menyadari kedatangannya, namun sosoknya sudah berada di sebelahku dan nampak tengah terburu-buru mengambil sesuatu. “Mamah, apa ini?” tanyaku meminta kepastian jawaban akan yang kulihat di ruang makan. “Emang mau ada acara apa, Mah. Kok, makanan banyak gitu?” “Sudah, Nak. Tanyanya nanti saja. Nanti juga kamu akan tahu.” Mamah berlalu begitu saja sambil membawa nampan beri
Terakhir Diperbarui: 2022-10-01
Chapter: Bab 16 Tiga puluh menit sebelum waktu adzan Dzuhur berkumandang, tante Sintia akhirnya memutuskan pulang. Selain karena jam kerjaku akan datang sebentar lagi, dia pun tidak ingin waktu berangkatnya bertabrakan dengan waktu sholat, katanya. Mobil Honda CRV berwarna putih itu pun melaju perlahan meninggalkan area indekosku setelah lambaian tangan tante Sintia kuterima hangat. Setelah ini, aku tinggal berangkat kerja. Untungnya, kondisi kos tengah sepi, termasuk Nanda. Walau aku tidak tahu kemana dia pergi, atau mungkin memutuskan berangkat bekerja, namun kabarnya tak kudengar hingga kini. Padahal biasanya, dia sering mengirim pesan atau mengobrol ringan melalui chat. Dan pagi ini, semenjak itu, berpamitan saja tidak dia. Tapi, biarlah. Terkadang, seorang teman perlu diberi pelajaran untuk sedikit mengerti orang lain. Aku pun kembali masuk ke dalam kamar kos untuk bersiap berangkat ke rumah sakit. Dari sinilah, aku mulai sibuk seolah tak mengenal waktu. Ponsel yang biasa di tangan, lebih ser
Terakhir Diperbarui: 2022-09-28
Chapter: Bab 15 “Habibah, tolong antarkan Raka ke toilet sebentar, ya?” Aku menghentikan langkah saat kembali menuju ruang tamu untuk bergabung dengan tante Sintia dan Raka. “Oh, tentu, Tante.” Aku dan Raka pun segera menuju toilet di belakang tangga lantai bawah. Saat langkah kami hampir mendekati pintu toilet, aku berhenti. Kupersilakan Raka melanjutkan sendiri karena tempat yang dia tuju sudah terlihat. “Terima kasih,” ucap Raka yang langsung kusahut ramah. “Oh, iya. Kalau tidak salah, kamu Ranum ‘kan?” Pertanyaan Raka sontak mengejutkanku tiba-tiba. Aku kembali berbalik badan menghadap kembali pria itu. “Kamu kenal aku?” tanyaku kemudian. Rasa terkejutku semakin bertambah saat dia mengangguk tersenyum ke arahku. “Sangat kenal, walau kamu pasti lupa sama aku.” Hah? Pria itu mengenalku di saat yang lain masih nampak asing ketika melihatku. Padahal, seingatku kami baru bertemu pertama kali ini. Sebelumnya, bahkan waktu di rumah Nathan, Raka tak kulihat di sana. Selain itu, Habibah adalah nama
Terakhir Diperbarui: 2022-09-26
Chapter: Bab 14 “Tante, maaf, ya, aku udah buat Tante khawatir,” ucapku bernada menyesal saat menghampiri tante Sintia dengan membawa nampan berisi dua minuman dan camilan yang kuambil dari dapur. “Tadi data internet gak kuaktifkan, jadi pesan dan panggilan gak masuk,” lanjutku setelah sampai di sofa ruang tamu tempat jamuan pengunjung indekos. Ruangan yang tidak terlalu luas ini dikhususkan untuk orang tua atau saudara yang mengunjungi penghuni indekos Bu Erna. Letaknya berada di sebelah kanan kamar kos yang terdiri dari delapan kamar itu, tepatnya di samping rumah Bu Erna. “Gak papa, Sayang. Kan, tante memang berniat datang ke sini,” sahut tante Sintia lembut. Senyum ramahnya tak lupa juga mengiringi ucapannya setiap kali berbincang denganku, itu yang kusadari sejak awal. “Oh, iya, Habibah. Tante juga minta maaf, ya, gak datang sama Nathan. Dia sibuk banget. Jadi, tante minta Si Raka ini untuk nganter. Ini keponakan tante,” jelas tante Sintia melanjutkan. Oh, namanya Raka. Dia juga tampan, tak k
Terakhir Diperbarui: 2022-09-25