ISTRIKU SUMBER KEUANGANKU
Akulah lelaki beruntung itu. Lelaki pengangguran yang beristrikan Astuti yang cantik, punya karier bagus, mandiri dan patuh. Tapi semua itu tidak cukup, aku merasa perlu mencari partner bagi Astuti untuk melayani kebutuhanku. Ya, karena sibuk, aku merasa pelayanan dan perhatian Astuti sudah berkurang. Lalu munculah Yuni dalam hidupku. Janda yang merupakan gebetanku di masa lalu. Kupikir Astuti akan terima rencanaku, tetapi justru Astuti nenceraikanku usai ketahuan selingkuh dengan Yuni. Lalu dimulailah babak baru dalam hidupku, sebagai seorang pengangguran yang kini kehilangan sumber keuangan dan harus menanggung kebutuhan Yuni serta anak-anak tiriku. Ternyata, tak selamanya aku adalah lelaki beruntung. Aku menyesal menyia-nyiakan permata seperti Astuti.
Read
Chapter: BAB 9#Part_9Langkah Astuti terlihat mantap menapaki ubin di selasar menuju ke ruang sidang. Justru berbanding terbalik dengan kondisiku saat ini. Terus terang, kejutan dari calon mantan istriku itu membuat diri ini shock. Kepercayaan diri yang menyertai sejak dari rumah tadi, kini pupus tanpa sisa.Aku sama sekali tak menyangka bahwa inilah kartu mati yang telah ia siapkan sejak beberapa minggu lalu. Padahal telah beberapa kali Astuti memberikan sinyal dengan kata-kata dan sikapnya, bahwa ia punya kartu truft, tapi aku memilih menyepelekan dan menganggap sekadar gertak sambal belaka. Aku sungguh lupa jika kini Astuti pelan tapi pasti menjelma menjadi kuda hitam.Aku mencoba mengingat-ingat sejak kapan ia memasang kamera perekam mini itu, mungkinkah serempak waktunya dengan kedatangan seorang tekhnisi yang mengecek soal kabel-kabel listrik seminggu lalu? Dan aku yakin, itu pasti orang yang dibayar Astutiuntuk memuluskan rencananya."Pak Busro melamun
Last Updated: 2022-01-22
Chapter: BAB 8#Part_8Aku bangun dengan kepala berat. Rupanya sudah jam sepuluh pagi, pantas suasana rumah sepi dan senyap. Dengan tubuh sedikit terhuyung aku meraih handuk di gantungan.Kulirik sekilas meja kecil di sudut kamar, entah sudah berapa lama tak lagi terhidang secangkir kopi dan sarapan. Meski tak ada makanan, tetapi tiga lembar uang merah dan selembar kertas tergeletak di sana.[ Tolong pergi ke pom bensin, karena mobil tak bisa diisi air. Sisanya buat beli nasi bungkus dan lain-lain. Anak-anak nggak usah dijemput, karena kami akan mengunjungi Bude. Nginap.] Bude adalah sebutan untuk kakak perempuan Astuti; Mbak Laila. Hanya setengah jam berkendara dari sini.Ada yang terasa mengaliri sudut hati, semacam rasa hangat yang aneh. Meski jurang semakin menganga lebar, Astuti tetap 'care'. Buktinya dia memikirkan kebutuhanku, meski bisa saja tak peduli.Kuraih ponsel dari nakas, terpikir untuk menelepon Astuti. Ponsel menampilkan notifikas
Last Updated: 2022-01-22
Chapter: BAB 7#Part_7Yuni terus bertanya soal surat panggilan sidang yang dilengkapi dengan salinan surat gugatan. Surat gugatan itu bertanggal tepat sehari setelah Astuti batal berdinas dan memergoki keberadaan Yuni di rumah kami."Kebetulan dong, Yank. Kita nggak perlu sembunyi-sembunyi lagi dari dia," celetuk Yuni dengan nada bersemangat. Aku hanya diam tak menanggapi, susah juga menjelaskan keadaan sesungguhnya keluarga kami. Namun tahu atau tidaknya Yuni, tak menjadi soal. Dia boleh tetap berada di sampingku atau memilih pergi. Yang jadi beban pikiran justru sikap tegas Astuti. Aku benar-benar merasa kecolongan dengan perubahan seluruh sikap dan mentalnya. Dan aku ... tidak rela! Tidak rela!"Nggak masuk dulu, Mas." Yuni menggamit lenganku untuk mengikutinya masuk rumah seperti biasa, tetapi hati ini sama sekali tak ingin. Bayangan Astuti memenuhi benak, tak ingin kehilangan perempuan serba bisa itu. Sejak Astuti menjadi PNS, sejak saat itu pula ia mengambil alih peranku
Last Updated: 2022-01-22
Chapter: BAB 6#Part_6Aku menekuk tubuh di atas kursi teras. Hawa dingin dinihari membuatku menggigil. Ditambah pula dengan gigitan nyamuk malam yang tidak henti-hentinya meninggalkan rasa gatal di sekujur tubuh. Mata ini sama sekali tak mampu terpicing sejak tadi malam.Pikiranku lalu melayang pada kejadian beberapa jam lalu. Kemarahan Astuti yang meledak begitu tahu ada perempuan lain di rumah ini. Kenapa tadi seolah bibir ini terkunci untuk membela diri? Kenapa aku membiarkan Astuti yang mengendalikan situasi? Bodohnya aku membiarkan situasi di rumah tak lagi dalam kendaliku? Apa ... apa yang telah terjadi pada Astuti sehingga kini ia tak bisa kuperlakukan sesenaknya seperti dulu?Adzan Subuh terdengar dari masjid di pertigaan sana. Tak lama lampu ruang tamu menyala, disusul anak kunci yang berputar dan daun pintu terbuka.Tanpa menunggu lebih lama, aku menerobos masuk dan melewati begitu saja tubuh Astuti yang berdiri di ambang pintu.Langkah kaki mengar
Last Updated: 2022-01-22
Chapter: BAB 5#Part_5Beberapa hari ini, Astuti mendiamkan aku. Tidak bicara apa-apa kecuali menjawab pertanyaan, itu pun jawaban pendek-pendek saja. Sifat serba memaklumi yang bertahun-tahun jadi ciri khasnya seolah sirna. Apa yang jadi penyebabnya aku belum tahu.Semula ada rasa curiga, jangan-jangan Astuti bermain api dengan Didi sialan itu. Namun sempat beberapa kali memata-matai aktivitas istriku di luar, tidak menemukan hal mencurigakan. Demikian juga saat kubuka diam-diam ponselnya, tidak ada chat mesra dengan lelaki itu.Sempat diri ini curhat pada Dono Don Juan itu, soal Astuti yang sekarang cenderung sensitif dan tertutup. Sarannya sungguh lebay, katanya aku harus belajar romantis dan sedikit gombal, sebab perempuan konon suka digombali. Sesekali memberi bunga, candle light dinner, atau nginap di hotel berdua, adalah beberapa saran darinya.Aku sama sekali tak pernah melakukan itu. Setahuku dengan bentakan dan sikap keras, istri akan bisa dikuasai. Selama pul
Last Updated: 2022-01-22
Chapter: BAB 4Part_4Astuti mempercepat langkah dan memasuki kamar. Aku segera menahan daun pintu dengan tangan sebelum ia menutupnya."Aku tidak ingin bertengkar, Mas. Capek! Capek tubuh maupun pikiran," sambutnya dengan suara mulai pelan dan terengah-engah. Paling-paling dia takut telah membuatku marah barusan. Namun ini tidak boleh dibiarkan, bisa tuman!"Kenapa sekarang ngungkit-ngungkit soal sumber uang di rumah ini? Sudah mulai hitung-hitungan? Mentang-mentang sudah kenal sontoloyo Didi itu dan mulai ikut-ikutan gayanya si Erien! Iya?!" Aku mencengkeram dagu Astuti dan menatap garang padanya."Lepas!" Ia mulai terlihat kesakitan dan berusaha mendorong tanganku."Jawab dulu!""Lepas! Atau aku akan teriak kencang supaya anak-anak mendengar?!" Bukannya takut, ia malah balik mengancam. Aku mengendorkan cengkeraman dan membuang napas kesal.Jika urusan anak memang menjadi rem buatku. Selama ini selalu berusaha tidak berseteru di hadapa
Last Updated: 2021-10-25