Chapter: Enam"Saran Mama, coba kamu turuti apa kata Gavin, buat dia sampai luluh padamu," papar Mama. Dengan mata yang masih memerah, aku menjawab, "luluh? Mustahil baginya untuk luluh padaku." "Kenapa kamu berpikiran begitu?" "Ma, Mas Gavin itu masih berhubungan dengan mantan istrinya. Bagaimana bisa ia luluh padaku?" "Gak ada salahnya mencoba, Inka." "Kamu coba aja, ya!" bujuk Mama sembari memegang lenganku untuk meyakinkan. Aku terdiam sejenak, tak lama aku kembali berkata, "okey. Aku akan mencoba saran Mama." "Nah, gitu dong!" Setelah itu, tak ada pembicaraan di antara kami lagi. Hingga aku memanggil Mama Sekar. "Ma!" panggilku. Mama melihat ke aku. "Iya, ada apa?" "Malam ini Inka ingin tidur di sini." "Gak bisa gitu, sayang. Kamu sudah menikah, kamu sudah menjadi hak suami kamu. Lagian apa nanti kata Papa kalau kamu nginap di sini," ujar Mama. "Kenapa sih, Mama selalu takut sama Papa?"
Last Updated: 2021-10-22
Chapter: Lima"Ngomong-ngomong kalian sudah pada makan?" tanya Bunda."Ak-" Lagi-lagi ucapanku terpotong. Tapi kali ini bukan Bunda yang memotongnya, melainkan Mas Gavin."Sudah kok, Bunda." Pria itu sangat tega, egois. Ia hanya mengatakan kondisi perutnya, bukan istrinya."Beneran?" Bunda memastikan.Mas Gavin tersenyum ke arah Bunda. Senyum yang tak pernah aku lihat. "Beneran, Bunda.""Bunda, kami langsung pulang, ya!" izin Mas Gavin.Bunda refleks melihat jam yang melingkar di tangannya. "Ini masih jam delapan, cepat sekali kalian pulangnya. Lagian kenapa gak barengan aja sama Bunda dan Ayah?" tanya Bunda."Maaf, Bunda. Sepertinya Gavin tidak mampir ke rumah Bunda. Gavin langsung pulang saja dengan Rain," tutur Mas Gavin."Kalau kalian langsung pulang, bagaimana dengan pakaian Inka?" tanya Bunda."Itu tak masalah, Bunda. Nanti sore Gavin bakal menemani Rain pulang mengambil pakaiannya."Sementara aku yang dari tadi hanya&nbs
Last Updated: 2021-09-12
Chapter: EmpatJam 22:10Aku membuka knop pintu kamar secara perlahan. Ku lihat Mas Gavin sedang tidur pulas dengan membelakangiku.Aku menghela napas lega. Untung saja ia sudah tidur, kalau tidak pasti sudah kena omel lagi."Dari mana?"Aku yang sengaja berjalan dengan perlahan agar Mas Gavin tak mendengar suara derap langkah kakiku, langsung menghentikan langkahku. Tatapanku lurus menatap ke depan. Aku kira Mas Gavin sudah tidur, ternyata belum."Mau mengaduh sama Mama kamu?" Mas Gavin tersenyum sinis. "Dasar bocah!""Dengar ya, Rain! Mungkin sebelum menikah kamu bisa bermanja-manja sama orang tuamu! Tapi sekarang kamu sudah berbeda status! Kamu titipan orang tuamu untukku dan kamu gak boleh bersikap semena-mena denganku!" lanjut Mas Gavin.Aku mengentakkan kakiku, lalu berjalan ke arah sofa. Aku tidur dengan tubuh yang menghadap ke sandaran sofa. Kupingku aku timpah dengan bantalku agar tidak mendengar suara omelan Mas Gavin.Sudah beberap
Last Updated: 2021-09-12
Chapter: TigaSetelah sekian lama aku berpikir, aku menghela napas kesal. Langsung mengetuk pintu itu.Tok! Tok!Walaupun sudah suami istri, setidaknya aku harus sopan pada suami kontrakku.Cklek!Pak Gavin membukakan pintu untukku. Kemudian pria itu melihat jam yang melingkar di tangannya. "Hampir jam sembilan? Kemana aja kamu?" tanyanya galak sembari mengancingkan kemejanya."Habis dari bawah, Pak!" jawabku.Pak Gavin sedikit mendekatkan wajahnya padaku, lalu memasang mimik wajah seolah tak percaya akan apa yang aku katakan barusan. "Oh ya"Aku yang sudah tak tahan akibat wajahnya terlalu dekat dengan mataku, langsung mendorong dada bidangnya secara perlahan. "Aku mau masuk, Pak!"Aku langsung masuk tanpa memedulikan Pak Gavin."Biasanya istri dulu yang mandi baru suami. Ini terpaksa suami dulu yang mandi karena istri kelayapan," protes Pak Gavin di belakangku.Aku memutar bola malas, lalu menoleh ke belakan
Last Updated: 2021-09-12
Chapter: Dua"Ekmm... Sepertinya aku ingin pindah kampus," celetukku tanpa sadar."Buat apa? Lebih baik kamu tetap di kampus itu. Malahan kamu harusnya bahagia karena yang menjadi Dosen di fakultasmu itu Gavin!" sahut Papaku.Aku mengangkat alisku sebelah. "Harusnya bahagia? Kenapa?"Ku dengar Papa mendengus kesal. "Kalau Dosen kamu itu Gavin, otomatis nilai kamu juga bagus!""Maaf, Om!" celetuk Gavin mendadak."Prinsip itu tidak berlaku pada saya. Mahasiswa tetaplah mahasiswa dan istri tetaplah istri!" lanjutnya.Papa menatap pria yang bernama Gavin itu kagum. "Om suka model laki-laki yang seperti kamu! Profesional!""Bolehkah kita berbicara sebentar?" Pria itu menatapku dengan tatapan tajam.Aku yang tak sengaja menatap matanya juga sontak gelagapan. "I-iya bisa, silakan!""Saya maunya berbicara empat mata dengan Anda!" ucap pria itu.Tante Anggun menyenggol lengan anaknya. "Jangan terlalu kasar pada perempuan!" per
Last Updated: 2021-09-12
Chapter: Satu"Pa... Inka gak mau dijodohkan," keluhku dengan menatap Papa ku yang sedang duduk di kursi makan. Di meja makan, kini sangat banyak sekali berbagai makanan. "Dari SMA sudah tiga kali Papa menyuruhmu untuk menikah dengan laki-laki pilihan Papa, tapi kamu menolak dan Papa diam dengan semua itu. Dan sekarang kamu sudah kuliah, kamu mau menolak itu lagi? Tapi maaf, tidak bisa! Keputusan Papa kali ini gak bisa dibantah!" papar Papaku, Gery. "Lagian buat apa sih, Papa menjodohkan aku?" tanyaku heran. Semenjak dari SMA, Papa selalu menyuruhku menikah dengan lelaki pilihannya. "Inka, kamu tahukan Papa sama Mama jarang di rumah? Kami sering di luar negeri. Papa hanya ingin ada yang menjaga kamu di saat kamu kuliah di sini. Setelah kamu lulus, kamu bisa melakukan sesukamu, termasuk bercerai," tutur pria setengah baya yang ada di hadapanku.
Last Updated: 2021-09-12