Cinta Dua Sisi
"Mas, aku sangat mencintaimu, tapi aku juga tak ingin melepasnya."
Dita berteriak ketika Mas Arman menyentakkan tangannya melepaskan diri dari cengkraman Dita di lengannya.
"Ak--aku-- Mas, mengertilah."
Aku masih bisa mendengar Dita memelas di balik dinding ini. Sungguh luar biasa wanita itu, batinku.
"Kamu, Gila!" Mas Arman balik meneriaki perempuan yang aku tahu sangat dicintainya itu.
"Aku tahu. Aku gila, Mas. Aku juga tidak memintamu untuk memaafkanku, tapi aku hanya meminta kamu mengerti perasaanku karena awal dari semua kesalahan ini adalah kamu, Mas. Kamu yang membiarkanku untuk jatuh hati pada lelaki lain, saat harusnya aku memilikimu."
Apa maksud Dita? Aku mencoba mendengar dengan seksama dan menempelkan kupingku lebih rapat ke dinding kamar yang menghubungkan kamarku dan Mas Arman.
"Aap--pa?" Suara Mas Arman terdengar parau dan menahan kemarahannya.
Ooh ... Tuhan, perempuan macam apa yang tega menyakiti lelaki baik hati itu. Lelaki yang sanggup mengorbankan seluruh kehidupannya demi membahagiakan wanita-wanita yang dicintainya. Aku mengurut dadaku yang sesak, mungkinkah aku penyebab keretakan hati mereka?
Air mataku menganak sungai di pelupuk mata. Takpernah kubayangkan kehidupan keduanya akan sekacau ini.
101.5K DibacaOngoing