Saat Istri Memilih Pergi
Arum pikir setiap luka pasti meninggalkan darah. Nyatanya, tidak. Luka yang Damar tinggalkan hanya berupa perasaan kalah dan putus asa, lalu menjelma menjadi kebencian yang begitu mendalam.
Kali ini wanita itu tengah duduk di kursi kerjanya dengan setangkup harapan, berharap akan ada secercah harapan untuknya. Ia mulai memainkan jemarinya dilayar keyboard yang sudah lama tidak ia sentuh.
"Rum, selamat ya kamu diterima? filenya sudah jadi belum?" tanya Lestari.
Arum mendongak mencari arah suara. "Iya sebentar lagi ... makasih berkat kamu juga kan."
"Bagaimana pernikahanmu?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Lestari.
Hening.
"Talak tiga."
Lestari melotot kaget. "Apa ... gila. Sudah hentikan isak tangismu itu, terdengar bos bisa dipecat nanti. Lagian dunia juga belum kiamat kan jika kamu tidak bersamanya."
1031.3K DibacaCompleted