All Chapters of Pasti Ada yang Mencintaimu: Chapter 11 - Chapter 19

19 Chapters

Bab 11

Keesokan harinya kebetulan adalah akhir pekan.Begitu bangun tidur, Liana langsung menelepon Felix.Felix yang sudah beberapa hari dituntut urusan pekerjaan olehnya, terdengar agak kesal, "Ini akhir pekan. Meskipun ada dokumen yang harus ditandatangani, apa nggak bisa menunggu sampai hari Senin?"Liana langsung bicara ke intinya, "Kamu ada di mana sekarang?"Telepon di seberang sempat hening beberapa saat.Liana tak bisa menahan diri untuk berujar, "Masih mengurus Yoana, ya? Apa hubunganmu dengan Silvia yang sudah bertahun-tahun itu benar-benar nggak berarti apa-apa?""Liana, kamu adalah orang yang cukup dewasa, tapi kenapa sekarang kamu jadi kekanak-kanakan seperti Silvia juga?"Felix melanjutkan, "Hubunganku dengan Silvia baik-baik saja, kamu nggak perlu mengkhawatirkan hal ini."Ketika mendengar itu, Liana tertawa sinis. "Hubungan kalian baik? Apa kamu yakin? Apa kamu tahu sekarang dia ada di mana?"Nada suara Liana membawa amarah, merasakan ketidakadilan untuk Silvia.Selama bertah
Read more

Bab 12

Felix bergegas melangkah masuk ke dalam rumah.Namun, bukannya merasa lega, hati Felix malah makin tidak tenang.Rumah terasa jauh lebih kosong dari biasanya.Terlalu bersih, seperti rumah yang sedang menunggu pemilik barunya.Tak ada sedikit pun jejak kehidupan.Dinding foto yang dulunya paling disukai oleh Silvia, kini tidak tersisa satu foto pun yang berhubungan dengannya.Jantungnya seperti tercabik, seakan ada bagian besar yang dikosongkan secara paksa.Dengan langkah ragu, Felix berjalan ke kamar Silvia. Ruangan itu lebih kosong lagi dari ruang tamu.Bahkan sehelai rambut pun tidak ada.Dengan sisa harapan terakhir, dia membuka lemari pakaian, juga semua laci di kamar dan kamar mandi ....Pada saat itu, Felix tiba-tiba tersadar. Dia telah salah paham terhadap Silvia.Silvia adalah perempuan yang pengertian.Begitu pengertian, bahkan saat pergi pun dia memastikan tidak meninggalkan sedikit pun jejak.Felix berjalan keluar kamar dengan panik. Saat melewati ruang makan, dia akhirnya
Read more

Bab 13

Beberapa hari setelah pulang ke rumah, ibuku hampir tidak pernah beranjak dari sisiku selain saat tidur.Dia menemaniku memastikan setiap detail pernikahan, tak peduli sekecil apa pun itu.Menurut ibuku, pernikahan hanya terjadi sekali seumur hidup, jadi harus benar-benar sesuai dengan keinginanku.Hari itu, pasangan suami istri dari Keluarga Quinn, bersama dengan Steven, datang berkunjung ke rumah.Mereka membawa banyak hadiah mewah.Cecil menyelipkan sepasang gelang hijau ke pergelangan tanganku sambil tersenyum, lalu berkata, "Sekarang, aku hanya berharap kalian segera menikah, supaya kamu bisa membantuku mengurus Steven.""Anak ini makin lama makin nggak memiliki sentuhan manusia sama sekali."Ketika mendengar ini, wajahku mulai memanas. Tanpa sadar aku melirik ke arah Steven.Seperti yang sudah aku duga, dia masih menunjukkan ekspresi acuh tak acuh seperti biasa.Aku menggenggam telapak tanganku, lalu berkata dengan sedikit malu, "Bibi Cecil, Pak Steven ...."Baru saja aku mengata
Read more

Bab 14

"Terserah kamu."Begitu menutup telepon, aku tiba-tiba melihat Steven menyodorkan manisan buah padaku.Ini adalah camilan favoritku waktu SMP.Setiap pulang sekolah, aku selalu membeli satu, memakannya dengan senang hati dalam perjalanan pulang.Selama bertahun-tahun ini, aku berusaha keras menjadi orang dewasa. Hal-hal kekanak-kanakan seperti ini sudah tidak pernah aku beli lagi.Selain itu, tidak pernah ada orang yang membelikannya untukku.Setelah mengucapkan terima kasih, sebelum sempat menggigit manisan buah, aku mendengar Steven mengingatkan, "Manisan ini asam, sementara kamu punya masalah lambung. Makan sedikit saja, itu akan cukup untuk membantu pencernaan."Aku tertegun sesaat, sebelum akhirnya bertanya, "Bagaimana kamu bisa tahu kalau lambungku bermasalah?"Bahkan ibuku baru mengetahuinya kemarin.Steven menjawab dengan acuh tak acuh, "Obat yang kamu minum itu semuanya berisi bahan-bahan untuk menyehatkan lambung."...Aku sedikit terkejut.Saat makan malam tadi, dia terlihat
Read more

Bab 15

Setiap kali Felix melihat satu tangkapan layar, warna merah di wajahnya makin memudar.Setiap tangkapan layar itu, seperti tamparan keras yang tanpa ampun menghantam wajahnya.Dia tidak bisa berkata-kata.Matanya memerah tak wajar.Namun, aku tidak merasakan emosi apa pun. Aku mengulurkan tangan padanya tanpa ekspresi, lalu berkata, "Apa kamu membawa liontinnya? Liana bilang kalau kamu nggak mau memberikannya padanya."Kemudian, aku langsung memotong jalan mundurnya, "Kalau nggak membawanya, kamu kirimkan dengan ekspedisi dari Kota Jawan juga nggak apa-apa.""Silvia ...."Suara Felix terdengar serak, sementara dia menatapku seolah memohon, lalu berujar, "Apa kamu nggak bisa memberiku satu kesempatan lagi? Satu aja.""Felix."Aku berkedip pelan, lalu melanjutkan, "Hanya ada satu kesempatan di antara manusia."Hanya ada satu kesempatan untuk dipercaya sepenuhnya.Begitu kepercayaan itu hancur, meski disatukan kembali, yang tersisa hanya jarak serta kecurigaan.Makin lama, mereka akan mak
Read more

Bab 16

Felix kembali ke Kota Jawan malam itu juga.Hampir seperti melarikan diri.Setiap kata dalam tangkapan layar itu membuatnya tidak bisa mengangkat kepala di depan Silvia.Begitu turun dari pesawat, dia langsung menuju rumah Yoana!Yoana yang baru saja bangun karena suara ribut, melangkah keluar dari kamarnya dengan mata masih mengantuk. Ketika melihat Felix, dia langsung berseri-seri kegirangan.Felix akhirnya memilih dirinya, bukan Silvia.Dia langsung ingin memeluk Felix, tetapi malah dicekik, lalu didorong ke sofa!Rasa sesak yang hampir mematikan langsung membuat Yoana benar-benar sadar.Dia menatap Felix dengan panik, berusaha keras melepaskan diri. "Felix, apa kamu sudah gila? Apa kamu ingin membunuhku?""Siapa yang mengizinkanmu mengirimkan tangkapan layar itu ke Silvia?"Felix menggeram dengan penuh amarah. Tangannya tidak mengendur sama sekali ketika dia menatap Yoana dengan mata yang nyaris meledak. "Sekarang dia salah paham dengan hubungan kita. Apa kamu puas?""Nggak, aku ng
Read more

Bab 17

Yoana tidak bisa memercayai apa yang didengarnya.Yoana berkata, "Dia akan menikah dengan orang lain, tapi kamu masih akan memberinya hadiah semahal ini? Sekarang harga pasaran rumah itu ....""Dia pantas mendapatkannya."Felix hanya mengucapkan tiga kata itu, lalu berjalan keluar.Yoana mengejarnya. "Kamu mau pergi ke mana?""Aku ada janji. Kamu pulang sendiri saja," balas Felix.Yoana terdiam.Dia ditinggalkan begitu saja oleh Felix.Karena tubuhnya masih terasa sakit, Yoana tidak bisa mengejarnya.Akhirnya, dia hanya bisa pulang naik taksi sendiri.Namun, Yoana tidak sebaik Silvia, yang bisa bersabar dan diam. Sebelum jam menunjukkan pukul sembilan, dia sudah menelepon Felix berkali-kali.Felix tidak menjawab.Yoana terus menelepon.Terus mengirim pesan di WhatsApp.Silvia memang mudah dibodohi, tetapi Yoana tidak.Jika pria dibiarkan lepas begitu saja, siapa yang tahu dia akan tidur dengan wanita yang mana.Yoana benar-benar tidak mengerti, apa yang sudah dilakukan Silvia sampai bi
Read more

Bab 18

Jika orang lain, mungkin mereka akan terus menjelekkan Silvia.Namun, Yoana tidak akan melakukannya.Dia terlalu mengenal Felix.Dia hanya ingin terus mengingatkan Felix berulang kali, membuat nama "Silvia" menjadi duri yang makin menusuk ke dalam hatinya.Agar Felix hidup dalam penyesalan seumur hidupnya.Hanya dengan begitu, Felix tidak akan lagi ....Memiliki niat untuk berpindah dari satu wanita ke wanita lain.Jadi, Yoana akhirnya bisa mendapatkan semua yang dia inginkan.Dua hari sebelum pernikahan Silvia, Liana mengajukan cuti, langsung terbang ke Kota Bana.Cuti itu disetujui sendiri oleh Felix.Pria itu menatap surat izin cuti Liana cukup lama.[Menghadiri pernikahan sahabat di luar kota.]Padahal ....Surat cuti itu seharusnya digunakan untuk menghadiri pernikahan Felix dengan Silvia.Namun, sekarang ....Wanita yang telah bersamanya selama enam tahun itu, akan berdiri di samping pria lain besok.Felix menopang tubuhnya dengan bantuan meja, berjalan pelan menuju kantor depart
Read more

Bab 19

Aku langsung menangkap bagian pentingnya. "Kapan acara reuni kampus kalian?""Awal bulan ini. Aku rasa tanggal 6."Aku terdiam.Saat kakekku mengusulkan perjodohanku dengan putra Keluarga Quinn ....Sepertinya itu di tanggal 8.Waktunya terlalu kebetulan.Ketika melihatku melamun, Sharon mengguncang lenganku, lalu bertanya, "Kenapa? Apa yang sedang kamu pikirkan?""Sharon, maksudmu ...."Aku hampir tidak bisa memercayainya. "Steven sudah lama menyukaiku, jadi dia sering menanyakan tentang kabarku padamu?""Kalau nggak? Apa dia sudah gila?" balas Sharon.Aku terdiam lagi.Sepanjang hari, jantungku berdebar kencang.Aku teringat beberapa hari lalu di mobil, saat Steven dengan tenang mengakui kalau dia punya orang yang dia sukai.Emosi di dalam hatiku menjadi makin campur aduk.Kaget, bingung, serta tidak yakin. Namun, ada juga perasaan ... lega.Aku merasa lega bahwa calon suamiku ternyata sangat menyukaiku.Sampai tengah malam, aku masih terbaring di tempat tidur, merasa gelisah hingga
Read more
PREV
12
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status