All Chapters of Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta: Chapter 21 - Chapter 30

37 Chapters

Bab 21 Salah Paham

Karena kaget, Adelia tanpa sadar memeluk lengan Samuel yang ada di sebelahnya. Tapi karena posisi mereka begitu dekat, Samuel ikut tersentak dan kehilangan keseimbangan.Dalam sekejap, tubuh Samuel terbaring di ranjang… Adelia ikut jatuh tepat di atasnya.Waktu terasa sedang berhenti.Mata mereka saling bertemu. Beberapa detik jadi terasa asing—hanya ada suara detak jantung yang menggema di telinga mereka.Adelia terdiam diatas dada Samuel, napasnya memburu, matanya membulat menatap wajah Suaminya dari jarak dekat.Samuel tak bergerak. Matanya mengunci pada wajah Adelia, yang berada persis diatasnya, jarak mereka hanya beberapa inci, hingga napasnya menyentuh pipi Adelia.“Adel…” bisiknya pelan.“Mas?” lirih Adelia, dirinya seperti terjebak antara kenyataan dan khayalan.Di tengah posisi yang tak biasa, dengan jarak yang sangat dekat hingga nyaris tidak ada ruang di antara mereka. Tiba-tiba, suara berdecit terdengar.*Klik...Pintu kamar terbuka perlahan.Adelia dan Samuel reflek meno
last updateLast Updated : 2025-04-26
Read more

Bab 22 Waktunya Bicara

Pagi mulai menyingsing. Meski matahari belum terbit sepenuhnya, kicauan burung terdengar riang dari balik jendela. Semalaman suntuk Adelia nyaris tak memejamkan mata. Hatinya gelisah, pikirannya terus melayang pada sosok Arabella."Bagaimana jika dia benar-benar membenciku? Apa yang harus aku lakukan...""Kenapa aku bisa terus terjebak begini..." lirihnya. Wajahnya memancarkan kelelahan dan rasa frustrasi yang mendalam.Kesalahpahaman yang terjadi semalam benar-benar mengacaukan hubungan baiknya dengan Arabella. Semalaman ia mencari cara, berharap ada jalan agar Arabella mau mendengarkan penjelasannya."Semoga belum terlambat..." gumamnya penuh harap.Di sampingnya, Amelia masih terlelap. Perlahan, Adelia bangkit dari tempat tidur. Ia merasa haus dan memutuskan untuk keluar kamar.Namun saat membuka pintu, langkahnya seketika terhenti. Matanya membelalak melihat Samuel—suaminya—terbaring di sofa ruang tengah."Mas...? Kenapa dia tidur di sini? Apa semalam Arabella tak mengizinkannya m
last updateLast Updated : 2025-04-26
Read more

Bab 23 Pembelaan

“Kenapa Bella belum juga keluar dari kamarnya? Jangan-jangan dia sakit...” gumam Devina, pura-pura khawatir pada Bella, saat semua anggota keluarga berkumpul di ruang tengah.Di sofa seberang, Selly duduk dengan angkuh sambil memainkan ponselnya. Ia melirik Adelia sekilas, lalu berkomentar dengan suara keras untuk didengar semua orang. "Kayaknya kita semua tahu penyebabnya, deh...”“Ada masalah apa ini?” Jusuf menyipit bingung. Lalu ia menoleh ke arah Samuel, yang duduk diam di ujung sofa.Sejak pagi hingga menjelang waktu makan siang, Arabella terus mengurung dirinya di kamar. Tak ada suara, tak ada langkah kaki—hanya isakan samar yang sesekali terdengar lewat celah pintu. Sepiring sarapan yang disiapkan untuknya masih tersisa utuh di meja, tak tersentuh sedikit pun.“Cukup, Selly!” bentak Samuel, berdiri dari tempat duduknya dengan wajah menegang. “Nggak semua hal perlu kamu komentari, apalagi kalau cuma mau nambah keruh suasana.”Selly mendengus, tak terlihat takut sedikit pun. “Ak
last updateLast Updated : 2025-04-26
Read more

Bab 24 Seperti Sediakala

“Bella… bolehkah aku masuk?”Tak ada jawaban.“Bella, tolong berikan aku sedikit waktu untuk menjelaskan soal kejadian semalam,” pinta Adelia, suaranya setenang embusan napas gugup.Masih hening.“Hanya lima menit saja. Setelah itu, kau boleh menamparku atau memakiku sesuka hatimu,” tambah Adelia, membuat kesepakatan.*Klik...Akhirnya, terdengar suara kunci diputar. Pintu kayu berdecit pelan, dan Arabella muncul dengan wajah datar.Tanpa sepatah kata, ia membuang muka dan berjalan menuju ranjang, lalu duduk di pinggirannya. Adelia masuk dan ikut duduk di sebelah Arabella.Beberapa detik berlalu dalam diam yang canggung, hingga Arabella akhirnya bersuara. “Cepatlah jelaskan, katanya cuma lima menit…”Adelia menarik nafas panjang, mengatasi kegugupannya. “Bella, tidakkah kamu merasa ada yang aneh? Aku dan Mas Samuel... sepertinya dijebak. Apa kamu tidak curiga pada Selly dan Mama Devina yang tiba-tiba bersikap terlalu manis pada aku dan Amelia?”Arabella merengut, matanya bergerak geli
last updateLast Updated : 2025-04-27
Read more

Bab 25 Memaksakan Senyuman

"Arabella hamil! Kalian dengar?! Aku akan punya cucu!!" seru Devina, matanya berbinar penuh kegirangan.Arabella hanya menunduk, malu-malu. "Baru gejalanya, Ma, belum tentu itu benar."Devina mengibas tangan penuh antusias. "Ah, gejala itu sudah pasti tanda kehamilan! Mama ini sudah pengalaman hamil tiga kali! Percayalah, naluri seorang ibu tidak pernah salah."Di sudut ruangan, Adelia hanya diam, menahan sesak di dadanya. Tangannya mengepal di atas pangkuan, seolah mencoba meredam sesuatu yang bergejolak di dalam.Samuel bangkit dari kursinya, lalu menghampiri Arabella. "Besok, kita langsung ke rumah sakit, ya, sayang," katanya sambil memeluk istrinya erat."Selamat, menantuku," ucap Jusuf, matanya berkaca-kaca.Selly ikut berseru, "Selamat, Kak Bella! Akhirnya aku punya keponakan kecil!"Seketika ruang makan itu dipenuhi tawa dan sorak sorai kecil. Suasana yang semula biasa berubah menjadi malam penuh kegembiraan.Di sela kegaduhan itu, Amelia sempat berbisik di telinga Adelia, "Jad
last updateLast Updated : 2025-04-27
Read more

Bab 26 Ketuk Palu

"Ceraikan Adelia!" seru Devina, penuh tuntutan.Beberapa hari setelah liburan di Puncak, suasana di ruang kerja Jusuf terasa tegang. Devina duduk di kursi dekat meja suaminya dengan wajah marah, sementara Samuel berdiri bersandar di dinding, tangannya terlipat di dada. Jusuf duduk di balik meja besar kayu mahoni, menatap tajam istrinya, menanti setiap kata yang keluar dari bibir Devina..Samuel menunduk, menghela napas panjang."Untuk apa kamu pertahankan benalu itu?!" lanjut Devina, suaranya penuh cemoohan.Samuel mengangkat wajahnya, sorot matanya dingin. "Kalau aku menceraikannya, Mama pasti akan mengusir mereka, kan?"Devina tersenyum penuh kemenangan. "Itu sudah pasti. Untuk apa menampung keluarga gembel itu lebih lama?"Brak!Tiba-tiba Jusuf menggebrak meja kerjanya dengan keras, membuat Devina dan Samuel terkejut."Jangan berbicara keterlaluan!" bentak Jusuf, matanya berkilat marah."Adelia dia tetap menantu kita! Selama lebih dari setahun dia sudah menjalani perannya dengan ba
last updateLast Updated : 2025-04-27
Read more

Bab 27 Uang Jajan Adelia

"Kenapa tidur di lantai?" tanya Samuel.Adelia menunduk, malu. "Maaf... saya tidak sadar tadi ketiduran, saat menemani Bella," bisiknya.Mata Samuel menyapu tubuh Adelia yang dibalut piyama lusuh. Seketika ia teringat—selama setahun lebih menikah, ia tidak pernah memberikan uang belanja, bahkan selembar pakaian baru."Kamu... tidak pernah membeli piyama baru?" tanyanya lagi, kali ini suaranya lebih rendah, seolah takut mendengar jawabannya.Adelia tersenyum kecil, senyum yang lebih mirip upaya untuk menyembunyikan luka. "Kalau sudah robek, baru saya beli yang baru di pasar," jawabnya lirih.Sorot mata Samuel semakin tajam. Ia memperhatikan lebih detail piyama lusuh Adelia, kain yang sudah pudar warnanya, bahkan ada sobekan kecil di ujung celana panjang yang dijahit seadanya.Samuel mengernyit. Ia ingat betul Mama—yang selalu mengklaim telah memenuhi semua kebutuhan Adelia. "Bukankah Mama selalu memberikan kamu uang jajan bulanan?" tanyanya, tatapan matanya berubah, tajam, mencari kebe
last updateLast Updated : 2025-04-28
Read more

Bab 28 Menuntut Hak Adelia

Devina mengetukkan kakinya dengan gelisah. "Mama sudah kasih uang bulanan ke dia!" katanya sengit. "Setiap bulan! Kalau dia bilang nggak pernah dapat, itu urusan dia!"Samuel menatap ibunya tajam, nadanya tetap tenang tapi dingin. "Berapa, Ma? Kapan terakhir Mama kasih ke Adelia?"Devina mendekat, matanya menyipit ke arah Adelia yang berdiri gugup di belakang Samuel."Adel! Apa kamu pura-pura lupa?" tanya Devina, suaranya tajam seperti cambuk. "Aku kasih kamu uang bulanan! Tapi kamu pakai buat apa?! Dandan? Belanja barang-barang nggak berguna?! Pantas uang itu habis terus!"Adelia menundukkan kepala, menahan napas. "Iya saya... selalu menerima uang belanja dari Mama, beserta catatan belanjaan," katanya dengan suara pelan."Tutup mulutmu!" bentak Devina, menunjuk ke arah Adelia. "Jangan banyak alasan! Kalau kamu lebih pinter ngatur, mungkin uang itu cukup buat kebutuhan kamu sendiri!"Adelia terdiam, matanya menatap lantai, tak mampu membalas makian mertuanya.Devina mendengus kasar, m
last updateLast Updated : 2025-04-28
Read more

Bab 29 Pertanyaan Pribadi

"Bella, aku… ingin tanya sesuatu, boleh?"Arabella yang sedang hamil 5 bulan, mendongak dengan tatapan lembut kepada Adelia yang sejak tadi menemaninya merajut. "Tentu, ada apa?" jawabnya, dengan senyum yang seolah Berusaha menenangkan Adelia.Adelia menelan ludah sejenak. Wajahnya memerah, dan ia tak berani menatap Arabella. Ia hanya menatap meja, meremas rajutannya kuat. "Aku… aku cuma ingin tahu... bagaimana rasanya, ya, melakukan hal itu dengan Samuel?" tanya Adelia mengeluarkan suara yang hampir tak terdengar,Arabella terdiam sejenak, tangannya berhenti merajut, menatap Adelia dengan berbagai pertanyaan dibenaknya."Kak Adel, tumben kakak ingin tahu?" Arabella berkata sambil tertawa kecil, seolah menggoda, "Kukira kakak nggak akan pernah penasaran dengan hal-hal seperti itu." Arabella melontarkan candaan untuk meredakan ketegangan dihati Adelia.Adelia menundukkan kepala, wajahnya memerah, sementara hatinya berdebar kencang, seperti gadis remaja yang sedang jatuh cinta. "Aku...
last updateLast Updated : 2025-04-28
Read more

Bab 30 Kondisi Arabella Menurun

Sebuah mobil hitam berhenti di depan rumah keluarga Widyantara. Seorang wanita anggun berusia pertengahan lima puluhan keluar dari mobil dengan tatapan tajam dan langkah tegas. Dialah Nyonya Rania, ibu Arabella dan nyonya besar keluarga Shevanka.Devina, ibu mertua Arabella, menyambutnya hangat dengan senyum sopan. "Selamat datang, Nyonya Rania. Kami sudah menunggu," katanya dengan ramah. Di belakang Devina, Samuel berdiri dengan wajah muram."Saya dengar kondisi Arabella memburuk sejak dua minggu lalu. Kenapa tidak ada yang memberi tahu lebih cepat?" tanya Rania dengan nada tidak senang sambil memperhatikan seisi ruangan.Devina dan Samuel mengikuti Rania yang berjalan pelan menaiki tangga menuju lantai atas, wajah Rania tampak tegang dengan ujung syalnya yang terus di remas.Kamar Arabella terletak di ujung lorong dengan pintu sedikit terbuka. Saat mereka masuk, pemandangan di dalam kamar membuat Rania berhenti sejenak.Arabella terbaring lemah di tempat tidur dengan napas cepat, wa
last updateLast Updated : 2025-04-29
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status