Lahat ng Kabanata ng Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta: Kabanata 31 - Kabanata 37

37 Kabanata

Bab 31 Harapan yang Terguncang

Sudah seminggu berlalu sejak Arabella dan Samuel pindah ke rumah keluarga Shevanka.Tak ada lagi suara Arabella yang minta Adelia membuatkan susu hangat, atau tawa kecilnya saat Adelia membacakan buku kehamilan.Di dalam kamar sederhana, Adelia duduk bersimpuh di sisi ranjang. Tangannya mengepal, matanya terpejam, bibirnya lirih melantunkan doa yang tak pernah putus.“Ya Tuhan… lindungilah Bella. Jaga kesehatannya… kuatkan tubuhnya… dan izinkan bayi kecil itu lahir dengan selamat ke dunia ini…” doa dan harapan terus ia panjatkan.Amelia, yang tengah berbaring di tempat tidur, memandangi kakaknya yang masih khusyuk berdoa. Meski tenang, wajah Adelia tampak tegang, seakan dihantui rasa cemas yang tak kunjung reda.“Kak…” panggilnya pelan saat Adelia selesai berdoa. “Kenapa belakangan ini kakak makin sering berdoa? Ada yang bikin kakak cemas, ya?”Adelia menghela napas. “Sejak kemarin aku kepikiran terus sama Bella. Sejak mereka pindah, aku nggak bisa menghubungi dia. Aku sudah kirim pe
last updateHuling Na-update : 2025-04-29
Magbasa pa

Bab 32 Batas Pengorbanan

Pintu ruang tunggu terbuka, Dokter masuk dengan wajah tegang. Semua anggota keluarga yang berkumpul pun berdiri satu per satu, seolah tak perlu aba-aba.Adelia berdiri mematung, sementara Amelia berdiri di sampingnya, menggenggam tangan sang kakak erat-erat."Kita tak bisa menunggu lebih lama lagi. Arabella semakin kritis. Semua yang ada di sini, kami akan lakukan tes darah untuk mencari kecocokan." ucap sang Dokter sambil mengusap keringat di dahinya.Devina dan Rania langsung berdiri, wajah mereka penuh harapan. Tanpa banyak bicara, semua orang digiring ke ruang pemeriksaan.Satu per satu darah mereka diambil. Waktu terasa berjalan lambat. Hingga akhirnya, dokter kembali dengan hasilnya.“Kami menemukan satu donor yang cocok,” kata dokter dengan nada serius.Semua orang menahan napas.Dokter menatap mereka satu per satu, lalu akhirnya berkata, “Amelia.”Adelia membelalak. “Tidak mungkin…”Amelia, yang selama ini hanya menjadi bayangan di antara mereka, menatap dokter dengan tatapan
last updateHuling Na-update : 2025-04-30
Magbasa pa

Bab 33 Kata-kata Perpisahan

Saat memasuki ruang pengambilan darah. Langkah Adelia terasa berat. Di dalam, ia melihat puluhan kantung darah telah disiapkan. Jumlahnya banyak—terlalu banyak dari yang ia kira. Dan semua kantung itu akan diisi oleh darahnya. "Sebanyak ini!" pikirnya getir. Rasa takut menyergap, menjalari ujung jemarinya. Untuk pertama kalinya, Adelia merasa sangat takut, seolah bisa melihat kematiannya sendiri. Tapi ia tak menoleh ke belakang. Tak ada waktu untuk merasa ragu. Adelia duduk setengah berbaring, jarum mulai ditusukkan pada lengannya. Prosedur pun dimulai. Tubuhnya terasa ringan. Napasnya perlahan melambat. Pandangannya mengabur. Rasa kantuk yang tak bisa ditahan menyelimutinya. Dan akhirnya... ia terlelap. ***** Saat membuka mata, Adelia terkejut. Bukan ruangan rumah sakit yang ia lihat, melainkan hamparan taman bunga yang luas dan berwarna-warni. Bunga-bunga bermekaran sejauh mata memandang, aroma lembutnya memenuhi udara, membuat dada terasa hangat dan tenang. Ia menged
last updateHuling Na-update : 2025-04-30
Magbasa pa

Bab 34 Rasa Kehilangan yang Mendalam

"Apa...? Tidak mungkin. Tadi aku lihat dia baik-baik saja. Dia tersenyum... Aku sempat memeluknya, dia masih hangat." batin Adelia terguncang. Suara dokter itu seperti hantaman batu besar. Sekujur tubuh Adelia menegang. Matanya memanas, dan air mata jatuh tanpa bisa ditahan. Dadanya terasa sesak. Ia pikir tadi itu hanya mimpi. Ternyata Arabella benar-benar pamit padanya. "Tidak mungkin..." Tangis Adelia pecah. Darah untuk transfusi masih mengalir, tapi nyawa Arabella telah pergi lebih dulu., Adelia melangkah tergesa-gesa, kakinya nyaris tidak menyentuh lantai rumah sakit. Selang infus di lengannya sudah dilepas perawat, tapi rasa sakit fisik tak sebanding dengan kedukaan yang menghimpit hatinya. Matanya mencari dengan panik, berharap kabar duka yang baru saja ia dengar bukanlah kenyataan. Lorong menuju kamar rawat Arabella terasa semakin panjang. Hingga akhirnya, ia melihat Amelia terduduk di depan pintu kamar, wajahnya basah oleh air mata. Bahu Amelia terguncang, suara isakanny
last updateHuling Na-update : 2025-04-30
Magbasa pa

Bab 35 Hari Pemakaman Arabella

Tiga hari setelah kematian Arabella, hujan deras mengguyur Jakarta, seolah turut merasakan duka mendalam. Di tempat pemakaman, tubuh Arabella telah dimakamkan dengan hormat, sementara bayinya masih terbaring lemah di rumah sakit, jauh dari kehangatan pelukan ibunya.Peti mati yang sebelumnya dihiasi dengan bunga segar kini perlahan diturunkan ke dalam liang lahat. Ketika tanah mulai menutupi peti tersebut, suara isak tangis Samuel memecah kesunyian.Devina meraih lembut meraih bahu putranya. "Samuel," suaranya bergetar, penuh empati. "Aku tahu ini sangat berat. Tetapi kamu harus kuat. Kamu masih punya anak, masih ada hidup yang harus dijalani.""Aku... aku merasa sangat kehilangan. Bella pergi begitu cepat. Aku tak siap." Samuel terus menatap tanah basah di depan makam.Selly, adik perempuan Samuel yang sejak tadi berdiri di belakang, kini melangkah maju. "Kak, kita semua di sini. Aku akan bantu merawat anakmu," katanya, mencoba menghibur kakaknya yang baru kehilangan ibu dari anaknya
last updateHuling Na-update : 2025-05-01
Magbasa pa

Bab 36 Harga Sebuah Ketulusan

“Kami akan memanggil saksi pertama. Saudari Tutik, pelayan rumah tangga keluarga Widyantara. Sudah lama bekerja lebih dari dua puluh tahun,” seru jaksa penuntut, suaranya menggelegar dalam ruang sidang yang dipenuhi tatapan dan bisik-bisik tajam.Tutik, seorang wanita paruh baya, melangkah ke kursi saksi. Wajahnya pucat. Tangannya gemetar saat bersumpah. Sesekali ia melirik ke arah Devina, duduk tegak di bangku belakang dengan tatapan dingin yang seolah menjadi peringatan.“Apakah benar terdakwa, Adelia, rutin menyiapkan makanan untuk almarhumah Arabella?” tanya jaksa.“Benar,” jawab Tutik.“Seberapa sering terdakwa melakukannya?”“Setiap hari. Pagi-pagi dia sudah di dapur. Siang juga masak, malamnya juga.”“Apakah Saudari pernah melihat Adelia memasukkan sesuatu ke dalam makanan atau minuman korban?”Tutik terdiam cukup lama. Devina tiba-tiba terbatuk pelan—cukup keras, seolah sedang memberikan kode rahasia.“Saya... saya pernah lihat... dia menaburkan sesuatu ke jusnya Bu Arabella,”
last updateHuling Na-update : 2025-05-01
Magbasa pa

Bab 37 Adelia Jadi Tahanan

*TENG!! TENG!! TENG!!“Bangun! Apel pagi!”Suara lonceng besi berdentang keras menggema, diikuti teriakan sipir dari lorong yang membangunkan seluruh narapidana, termasuk Adelia.Adelia menggeliat bangun merasakan nyeri di punggungnya karena hanya tidur beralaskan tikar tipis di atas kerangka besi. Setelah melipat selimut dan menurunkan barang-barangnya, termasuk gelas dan mangkuk.Ia melihat Sukma—napi termuda di sel itu—sedang mencuci muka di wastafel berkarat. Rambutnya yang pendek seperti laki-laki, memiliki tato gambar naga dengan warna mencolok di lengan serta lehernya.Sukma menoleh ke arah Adelia dengan mata menyipit, "Apa kamu liat-liat!" bentaknya tajam. Adelia terkejut dan langsung mengalihkan pandangannya, tidak ingin menimbulkan masalah di hari keduanya di penjara.Setelah selesai, Sukma berjalan mendekati Adelia, tatapannya masih terlihat tajam. "Kamu kan baru masuk, ya?" Suaranya masih kasar, tapi sedikit mereda. Adelia mengangguk pelan, berusaha tetap tenang. "Iya, kem
last updateHuling Na-update : 2025-05-01
Magbasa pa
PREV
1234
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status