Tak peduli apa yang dia pikirkan, aku tetap harus minta maaf dulu.Melihat sikapku yang tulus, Tante Lusi mengangguk pelan dan tak berbicara lagi. Lalu, mulai mengenakan pakaiannya di depanku, seolah-olah tak ada orang di sekitarnya.Setiap gerakannya, setiap sentuhannya membuatku gugup dan jantungku berdebar kencang.Tante Lusi memang wanita cantik, penuh pesona. Gaun tipis ungu, stoking ungu, auranya yang matang dan menggoda benar-benar mengacaukan pikiranku.Aku yakin, kalau dia menggoda seorang pria, tak akan ada yang bisa menolaknya.Entah sudah berapa lama waktu berlalu, akhirnya dia selesai memakai pakaiannya."Aku ke kamar dulu, ya."Ujarnya singkat, lalu berjalan keluar seolah tidak terjadi apa-apa barusan.Aku memandang punggungnya yang menjauh, masih sulit memproses semua yang baru saja terjadiPerasaan menggelora barusan, juga sensasi yang berbeda dari istriku, masih membekas kuat di benakku."Willy oh Willy, bajingan sekali dirimu. Bisa-bisanya ada pikiran seperti itu ke T
Baca selengkapnya