Semua Bab Birahi Liar istri Setia: Bab 11 - Bab 20

25 Bab

11) Dunia Sempit - 1

Malam turun perlahan, menyelimuti kota dengan lampu-lampu temaram dan udara yang mulai menggidikkan.Gilang baru saja selesai mengantar orderan sore itu saat aplikasi gojek-nya kembali berbunyi. Nama pemesan muncul: Radit. Lokasi penjemputan tidak jauh dari tempat Gilang biasa mangkal, dan tujuan yang tertera hanyalah sebuah titik bernama “Cafe Tujuh Langit”.Tak butuh waktu lama, Gilang sudah tiba di lokasi penjemputan. Seorang pria berperawakan tinggi dengan wajah letih dan sorot mata gelisah berdiri di tepi jalan, mengenakan jaket hitam dan masker. Gilang menghampiri sambil memastikan nama.“Mas Radit ya?”Pria itu mengangguk. “Iya, Bang. Cafe Tujuh Langit, ya.”Gilang mengangguk ramah, memberikan helm cadangannya. Setelah Radit naik ke jok belakang dan mengenakan helm, motor pun melaju membelah jalanan kota yang mulai basah karena gerimis tipis.Selama perjalanan, Radit lebih banyak diam. Gilang tak bertanya apa-apa, sudah terbiasa dengan penumpang tipe seperti ini. Tapi sesampain
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-17
Baca selengkapnya

12) Dunia Sempit - 2

Malam yang berangin, Radit dan Irsad bertemu kembali di sebuah kafe kecil yang tersembunyi di sudut kota. Tempat itu sepi, hanya ada mereka berdua. Radit, dengan raut wajah yang tampak lebih tegang dari biasanya, duduk sambil menggulung lengan bajunya, lalu memandang Irsad yang tampak lebih tenang, meskipun jelas masih ada kebingungan di matanya.Radit menghela napas dalam, lalu berbicara dengan nada yang lebih serius. “Sad, gue udah nggak tahan lagi. Gue udah pikirin semua matang-matang. Gue butuh kepastian, lu udah mikirin apa yang gue omongin waktu itu?”Irsad tersenyum tipis, meski ada keraguan di wajahnya. “Gue masih belum yakin, Dit. Ini bukan hal kecil. Gue tahu lu lagi dalam situasi sulit, tapi permintaan lu... ini berat, Dit.”Radit menatapnya dengan mata penuh harap. "Gue serius, Sad. Gue udah ikhlas. Gue cinta Melia, tapi gue juga nggak bisa biarin keluarga gue terus-terusan menuduh dia yang salah. Gue cuma mau ini terjadi deng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Baca selengkapnya

13) Dunia Sempit - 3

Pagi itu, aroma seduhan kopi dan roti panggang menyambut Radit saat ia melangkah ke meja makan. Melia sudah duduk di sana, menyiapkan sarapan seperti biasa, rutin, rapi, tanpa banyak bicara.Namun yang membuat Radit sedikit heran, istrinya masih mengenakan pakaian santai: kaos longgar dan celana training. Bukan setelan kantor seperti biasanya.Ia meneguk kopi, lalu melirik Melia yang sedang merapikan sendok.“Mel, kamu nggak kerja hari ini?” tanyanya pelan, mencoba terdengar biasa.Melia mengangguk sekali, tanpa menatap langsung. “Aku ambil cuti tiga hari.”Radit membeku sejenak, lalu mencoba tersenyum. “Lagi nggak enak badan?”Melia menarik napas pelan. “Enggak. Cuma pengin ke rumah Ibu aja. Nginep di sana beberapa malam.”Jantung Radit berdetak lebih cepat. Sekilas, kepalanya dipenuhi kemungkinan buruk—Melia pergi, dan tak kembali. Tapi ia mencoba menenangkan diri. Ini bukan saat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Baca selengkapnya

14) Dunia Sempit - 4

Begitu sampai di rumah orang tuanya, Melia tak sanggup lagi menahan air mata. Dia bahkan belum sempat membuka sepatu saat tangisnya pecah. Bu Wiwi, ibunya, yang baru saja keluar dari dapur sambil membawa gelas teh, sontak menjatuhkan gelas itu dan segera berlari memeluk putrinya."Ya Allah, Mel... kenapa lagi, Nak?"Suara Bu Wiwi bergetar. Dia tahu, sangat tahu, kalau anaknya datang dalam keadaan seperti ini, pasti ada luka yang sedang terbuka lagi, dan biasanya, luka itu bernama: Ibu Maria.Melia memeluk ibunya erat, seperti anak kecil yang baru saja dihajar dunia. Tangisnya tak bisa dihentikan. Bahunya terguncang, napasnya tersendat-sendat. Rasa lelah, sakit hati, dan kecewa tumpah ruah bersamaan."Aku capek, Bu... capek banget...""Sssttt... Ibu di sini, sayang. Udah, tenang ya, tenang..."Bu Wiwi mengusap punggung Melia pelan, mengajaknya duduk di sofa sambil tetap memeluknya. Matanya ikut basah, tapi dia mencoba tetap kuat untuk anaknya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-19
Baca selengkapnya

15) Sunia Sempit - 5

Pagi itu Radit terbangun seperti biasa. Matahari mengintip malu-malu dari balik tirai jendela, menyinari sudut kamar yang terasa lebih lengang dari biasanya. Ia mengerjapkan mata, duduk di tepi ranjang, lalu menghela napas pelan. Sunyi. Tak ada aroma kopi buatan Melia, tak ada suara langkah ringan di dapur, tak ada sapaan lembut yang biasanya menyambutnya dengan senyum mengantuk.Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya Melia tak ada di rumah. Sudah beberapa kali istrinya itu mengambil cuti dan menginap di rumah orang tuanya. Kadang, giliran Radit yang bermalam di rumah orang tuanya sendiri. Mereka sudah terbiasa saling memberi ruang. Harusnya ini terasa biasa. Harusnya ia tak merasa aneh.Tapi pagi ini... lain. Ada yang janggal. Ada yang kosong, dan kekosongan itu tak sekadar tentang tempat tidur yang setengah terpakai.Radit menatap langit-langit sejenak, lalu menunduk, meremas jemarinya sendiri. Hatinya tak tenang. Ada bisikan lirih yang terus bergema: Melia tidak sedang berlibur. Ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-19
Baca selengkapnya

16) Dunia Sempit - 6

Baru selesai mandi, Radit langsung melihat pesan masuk dari Irsad.[Bro, kayaknya gue gak bisa bantu. Gue ngerasa ini bisa jadi bumerang, bukan cuma buat rumah tangga gue, tapi juga buat rumah tangga lu.]Radit terpaku. Tangannya menggenggam ponsel tanpa tahu harus membalas apa.Satu-satunya harapan yang sempat ia simpan rapat-rapat kini runtuh begitu saja. Harapan agar Melia, istrinya, bisa segera mengandung—walau lewat jalan yang tak lazim. Ia sepenuhnya paham keputusan Irsad.Memang ide itu gila. Mungkin terlalu nekat.Dan bisa jadi, ini adalah cara Tuhan menunjukkan bahwa keinginannya sudah kelewat batas. Bahwa ia tak seharusnya menjadikan istrinya hanya sebagai "wadah" untuk mencetak keturunan, dengan melibatkan pria lain demi sebuah garis dua.Tak lama kemudian, bel rumah berbunyi.Radit membuka pintu dan langsung tertegun melihat siapa yang datang."Pak Yanto?" ucapnya setengah bingung.Di hadapannya berdiri pria bertubuh kekar, berkaos fit yang membentuk otot-otot lengan yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-19
Baca selengkapnya

17) Dunia Sempit - 7

Malam itu, di sebuah kafe yang agak sepi di pinggiran kota.Lampu-lampu gantung berwarna kuning temaram menambah kesan intim. Di pojokan, dua pria duduk berhadapan: Reza dan Pak Yanto. Mereka menikmati sebatang rokok dan secangkir kopi yang masih mengepul.“Gimana?” tanya Reza pelan, menatap Pak Yanto dengan sudut bibir terangkat.Pak Yanto mengangkat alis. “Si Radit itu masih polos. Waspada, tapi rapuh. Kelihatan banget dia lagi goyah.”Reza tertawa pendek. “Saya yang bocorin soal rumah tangga mereka, loh. Nggak nyangka dia beneran seterpuruk itu.”Pak Yanto tersenyum simpul. “Dan Melia… kelihatannya wanita yang sabar, tapi juga… tersiksa. Kalau lama-lama dibiarkan begini, dia pasti butuh pelarian.”“Dan kita sama-sama tahu,” sambung Reza, mencondongkan tubuhnya, “pelarian bisa berarti... orang ketiga kan.”Pak Yanto menatap tajam, lalu menyenderkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-20
Baca selengkapnya

18) Dunia Sempit - 8

Pagi itu, matahari baru saja naik pelan dari balik perbukitan. Udara sejuk masih menggantung di halaman rumah Reza yang rapi. Burung-burung berkicau riang, dan aroma kopi dari dapur perlahan memenuhi ruang keluarga.Reza muncul dari dalam rumah dengan kemeja biru tua yang disetrika rapi. Sepatunya mengkilap, rambutnya tersisir rapi. Nola menyusul dari belakang dengan senyum manis, mengenakan daster lembut berwarna pastel, rambut dikuncir santai, tapi riasan tipis di wajahnya yang terlihat segar.“Sayang, jangan lupa makan siang, ya. Nanti malam aku masakin ayam kecap kesukaanmu,” ucap Nola sambil membetulkan kerah baju suaminya.Reza tersenyum, mencium kening istrinya lembut. “Istri siapa sih ini? Udah cantik, perhatian, setia pula. Beruntung banget aku.”Nola tersipu, tangannya mencubit lengan Reza pelan. “Ih, Mas ini bisa aja. Hati-hati di jalan, ya…”Reza menuju mobilnya, sementara Nola berdiri di teras
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-20
Baca selengkapnya

19) Dunia Sempit - 9

Pak Yanto tersenyum puas melihat Nola orgasme dengan dahsyatnya. Ia membersihkan cairan yang menyemprot ke wajahnya dengan telapak tangan tuanya. Ia sedikit menjilat cairan yang terasa gurih itu. Pak Yanto lalu naik menindih tubuh lemas Nola. Mulut dan lidahnya kembali menjilati leher, telinga dan payudarra Nola.“Kalau udah ada janinnya, cairan kamu makin enak, Sayang,” bisik Pak Yanto.“Sedotan bapak juga makin kuat dan ajib,” balas Nola manja.Tak butuh waktu lama bagi Nola untuk pulih dari lemasnya. Ia membalas cumbuan Pak Yanto pada mulutnya. Tubuh Nola yang sudah berisi janian muda, benar-benar siap menerima sodokan batang jumbo dan kekar itu. Pak Yanto lalu merentangkan kedua kaki Nola yang kini tergeletak di atas lantai dapur beralaskan karpet kecil.Tangan Pak Yanto membimbing rudalnya memasuki vagina Nola yang makin deg-degan saat kepala rudalnya yang besar mencoba memasuki lubang sempitnya. Pak Yanto mencoba menguak vagi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-20
Baca selengkapnya

20) Dunia Sempit - 10

Ketika Nola baru memluai babak awal bersama Pak Yanto, Reza sudah duduk di kantin kantor. Suasana masih sepi, hanya ada suara sendok beradu pelan di dalam gelas. Radit datang terlambat lima menit, wajahnya lesu.Reza menyambutnya dengan senyum lebar. “Akhirnya datang juga. Duduk, Dit. Gue udah pesenin kopi favorit lu.”Radit duduk tanpa banyak bicara. Hanya anggukan kecil. Reza mencondongkan tubuh ke depan, matanya menyala penuh percaya diri.“Gue ada kabar gembira. Nola positif hamil, dua bulan.”Radit menoleh cepat. “Serius lu?”Reza mengangguk, ekspresinya seperti orang baru memenangkan lotre.“Alhamdulillah banget. Dan lu tahu? Itu terjadi setelah Nola rutin dipijat sama Pak Yanto.”Radit mengerutkan kening, wajahnya sedikit kaku, “Serius lu? Emang Nola suka dipijat sama Pak Yanto?”Reza tertawa kecil. “Iya. Waktu lu curhat soal susah punya anak. Gue sebenarn
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status