Begitu sampai di rumah orang tuanya, Melia tak sanggup lagi menahan air mata. Dia bahkan belum sempat membuka sepatu saat tangisnya pecah. Bu Wiwi, ibunya, yang baru saja keluar dari dapur sambil membawa gelas teh, sontak menjatuhkan gelas itu dan segera berlari memeluk putrinya."Ya Allah, Mel... kenapa lagi, Nak?"Suara Bu Wiwi bergetar. Dia tahu, sangat tahu, kalau anaknya datang dalam keadaan seperti ini, pasti ada luka yang sedang terbuka lagi, dan biasanya, luka itu bernama: Ibu Maria.Melia memeluk ibunya erat, seperti anak kecil yang baru saja dihajar dunia. Tangisnya tak bisa dihentikan. Bahunya terguncang, napasnya tersendat-sendat. Rasa lelah, sakit hati, dan kecewa tumpah ruah bersamaan."Aku capek, Bu... capek banget...""Sssttt... Ibu di sini, sayang. Udah, tenang ya, tenang..."Bu Wiwi mengusap punggung Melia pelan, mengajaknya duduk di sofa sambil tetap memeluknya. Matanya ikut basah, tapi dia mencoba tetap kuat untuk anaknya
Terakhir Diperbarui : 2025-04-19 Baca selengkapnya