Home / Romansa / Cinta di Ujung Perpisahan / Chapter 21 - Chapter 27

All Chapters of Cinta di Ujung Perpisahan: Chapter 21 - Chapter 27

27 Chapters

Suami Dadakan

Aditama membeku, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Setelah keduanya terdiam beberapa saat, Aditama malah tertawa. Ia mendekat—sedikit membungkuk menatap wajah Kinara sambil mencolek hidung mancung wanita itu.“Sengaja bilang begitu biar aku menjauh darimu, hmm?”“A–aku nggak bohong. Aku ini istri dari seorang pria, Mas,” tekan Kinara dengan nada sungguh-sungguh.Aditama menelisik wajah Kinara. Ia kecewa karena tidak menemukan kebohongan di mata wanita kecil itu.“Kalau begitu, beri tahu aku siapa pria itu,” ucap Aditama dengan rahang mengeras.Kinara mundur—masih duduk di sofa—saat Aditama semakin dekat. Tatapan lelaki itu begitu tajam, membuat lidahnya kelu.“Tentu saja Mas nggak kenal dia,” bisik Kinara nyaris tak terdengar.“Katakan, Ara!”Dering ponsel Kinara menginterupsi ketegangan. Keduanya serentak melirik ke arah meja tempat ponsel itu tergeletak. Kinara segera mendorong tubuh Aditama dan meraih telepon.“Sebaiknya Mas Adit pergi,” ucapnya menjauh, lalu meneri
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

Sandiwara #1

Kinara ketar-ketir sejak tadi ditatap tajam oleh Aditama.Seperti biasa, lelaki itu kembali duduk berlama-lama di kafe miliknya usai beraktivitas seharian, menyeruput kopi favorit sambil terus mengamati Kinara."Ke mana sih Aji?" gumam Kinara kesal, matanya sesekali melirik layar ponselnya.“Dia nggak bilang, ya?” sahut Ve, santai tanpa mengalihkan pandangan dari tablet desain di tangannya. “Dari kampus dia nyusul Mama dan Papa-nya ke Batu Pahat.”“Hah? Batu Pahat?” suara Kinara meninggi tak percaya.Kesal, Kinara mendesah. Suami macam apa yang pergi tanpa kabar? Tidak bisa diandalkan. Kalau begini rencana Kinara berantakan. Ve menelisik wajah sahabatnya janggal, tapi dia tidak ambil pusing—mengedikkan bahunya dan melanjutkan kegiatannya dengan tab-nya.Menjelang malam, Kinara memutuskan pulang lebih awal. Ia hanya ingin segera sampai di apartemen, membersihkan diri, lalu tidur. Namun niatnya terhenti saat matanya beradu dengan Aditama. Lelaki itu menatapnya menusuk, membuat Kinara men
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

Sandiwara #2

“Nggak usah datang,” ujar Kinara saat berdebat dengan Aji.Aji sangat menyayangkan hal itu. Padahal, ia baru saja mendapatkan ilham untuk judul skripsinya dan ingin berkonsultasi dengan Aditama.Kinara mengatakan bahwa ia akan merekomendasikan kakak lelakinya, Dito, untuk menjadi tempat konsultasi Aji. Dito adalah kakak dari pihak ibu tirinya. Dito yang lebih bisa diandalkan. Sayangnya, Dito memilih untuk tidak terlibat dalam bisnis keluarga. Ia bekerja secara profesional di sebuah perusahaan terkemuka di bidangnya.“Datanglah, paling nggak. Bayangin gimana rasanya kalau kamu ulang tahun tapi nggak ada yang datang. Aku janji, setelah ini aku nggak akan menemuinya lagi kalau itu memang membuatmu nggak nyaman. Tapi, jangan lupa bantu atur komunikasiku dengan Mas Dito,” pinta Aji.Sejujurnya, berat rasanya bagi Kinara untuk kembali bertemu dengan Adit. Namun, akhirnya ia mengangguk setuju. Toh, ini akan menjadi yang terakhir kalinya ia berurusan dengan Adit.Kinara menghubungi Dito. Baru
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

Hari Yang Menyenangkan

Usai adegan peluk-pelukan, Kinara menjauh dari Aditama dan mencari Aji yang ternyata tengah sibuk menyantap hidangan pembuka di hadapannya. Semua makanan telah tersaji rapi di meja prasmanan, tak jauh dari tempat Aji duduk.Kinara melirik Aji dengan kesal. Lelaki itu malah menawarinya makan tanpa rasa bersalah.“Sumpah, malah asik makan,” omel Kinara.“Diambilin tadi sama pelayan, ini hidangan pembuka,” jawab Aji sambil menunjuk menu di depannya.Pandangan Kinara kemudian jatuh pada Aditama yang tengah mendekat.“Kita makan di luar—” ucap Aditama, tapi terpotong.“Di sini saja,” potong Kinara ketus.Aditama tak melanjutkan kalimatnya, hanya mengangguk paham. Ia lalu menarik kursi di samping Aji dan duduk di sana, karena kursi di sebelah Kinara sudah wanita itu tempati tasnya.Aditama meminta pelayan untuk menyajikan makanan di meja mereka. Mata Kinara membulat melihat semua menu yang terhidang—semuanya adalah makanan kesukaannya. Ia juga baru menyadari bahwa bunga-bunga yang menghiasi
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more

Ketahuan

Rindu belum puas dengan penjelasan Aditama. Namun, dari tutur kata putra sulungnya, jelas terlihat bahwa Aditama menginginkan wanita itu.“Jadi, dia gadis yang Mas temui di Singapura waktu itu?” tanya Rindu, mengingat cerita sang anak tiga tahun lalu. “Memangnya tidak ada niatan untuk memperbaiki hubungan dengan Kinara—”“Mas nggak mau bahas dia, Ma.”Rindu tersenyum tipis. Hari itu, ia sengaja memberikan afirmasi positif kepada calon menantunya, karena tahu betul Aditama masih menyimpan kebencian yang dalam terhadap istrinya. Bukan hanya enggan memiliki anak dari Kinara—mendengar namanya saja sudah membuat Aditama muak. Ia tahu, Kinara tak akan pernah diterima. Yang menanti wanita itu hanyalah penolakan. Rindu tdak menyukai Kinara karena keluarga besannya tidak ada yang benar.***“Gantiin gue, Ve,” bujuk Kinara pada Ve yang sedang menikmati camilan yang Aji pegang. Sesekali lelaki itu menyuapi Ve dengan manja.“Nggak bisa, Sayangku, Cintaku. Tugasku numpuk. Tumben banget nggak mau ik
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more

Pria Beristri

“Jadi kalian sudah officialy?” tanya Kinara dan pasangan di hadapannya mengangguk bersamaan. “Dan Ve ini wanita yang kamu maksud waktu itu? Wanita yang ingin kamu perjuangkan?” Kinara bertanya lagi.Ve menoleh, menatap Aji yang mengangguk membenarkan.“Aaa… co cweeeeet,” ujar Ve dengan nada manja, lalu bergelayut di lengan pacar barunya. Kinara mendengus pelan, merasa risih.“Oh ya, aku pinjam dulu pacar barumu ini,” kata Kinara sambil tersenyum nakal, membuat Aji berdehem gugup. “Aku sewa jadi suami dadakan,” lanjutnya, menyesap minuman di tangannya.“Jangan bilang ini untuk mengelabui Mamas-mu, ya?” tanya Ve sambil menyipitkan mata. Kinara hanya mengangguk tenang.Aji menggigit bibir bawahnya, menahan ucapan. Saat bertemu Aditama tadi, dia sudah terlanjur basah dan berakhir jujur bahwa hubungannya dengan Kinara hanyalah sandiwara. Aditama terlihat begitu bahagia mendengarnya. Tapi, ia meminta Aji untuk tetap bersikap seolah tidak tahu apa-apa—seolah kebenaran itu tak pernah diungkapk
last updateLast Updated : 2025-04-15
Read more

Malam dan Hujan

Kinara terpaku. Tatapan mereka bertemu dalam diam, saling mengunci seolah waktu berhenti. Aditama perlahan meraih tangan Kinara, mengecup punggung tangannya dengan penuh kelembutan.“Makan malam denganku, ya?” pintanya lirih.Kinara mengangguk pelan. Wajah polosnya membuat senyum merekah di wajah Aditama. Entahlah, rasanya Kinara seperti terhipnotis. Ia terlalu merindukan sosok Adit.Aditama? Jangan ditanya. Lelaki itu tampak begitu bahagia. Ia menuntun Kinara kembali duduk sebelum melangkah ke dapur. Katanya, malam ini dia yang akan memasak.Kinara tersenyum tipis melihat Aditama yang tampak lihai di dapur. Sesekali lelaki itu menoleh, melempar senyum hangat ke arahnya.Namun pikiran Kinara justru melayang entah ke mana. Ia memikirkan banyak hal—tentang langkah yang harus diambil, tentang perasaannya sendiri. Ia baru tersadar saat merasakan sentuhan lembut di pipinya.“Mikirin apa, hmm?” tanya Aditama lembut.Kinara menggeleng pelan.“Ayo, kita makan,” ajaknya.Ia menatap nasi goreng
last updateLast Updated : 2025-04-17
Read more
PREV
123
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status