Home / Romansa / Mainan Malam Sang Miliarder / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Mainan Malam Sang Miliarder : Chapter 11 - Chapter 20

25 Chapters

Bab 11

Yara menggerutu, menggulung tubuhnya di atas kasur seperti kepompong. "Astaga ..., apa sih yang aku lakuin semalam?" desisnya dengan wajah terkubur di bantal.Pikiran tentang bibir Nathan yang menyentuhnya kembali berputar-putar di kepala. Panas. Dingin. Merinding. Dia mengerang pelan sambil menendang selimut."Kenapa sih dia harus ganteng banget! Kenapa wajahnya bisa sekeren itu, sih?!" gumamnya, berguling ke kanan, lalu ke kiri lagi. "Kenapa juga dia harus inget, ih malu!"Wajah Nathan muncul di kepalanya seperti hologram 3D—dengan senyum tipis dan tatapan dalam yang bikin jantungnya lompat-lompat tak karuan."Aduh ..., kenapa air bisa jatuh dari lehernya semesra itu?! Kan cuma air!" Yara menjerit tanpa suara sambil menampar pipinya sendiri pelan. "Kamu cuma premenstruasi, Yara. Itu cuma hormon. HORMON!" katanya menyakinkan diri sendiri.Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Yara langsung menoleh, dan layar menyala menampilkan satu nama: Nathan.[Nathan: Cepat mandi dan temui aku di ruang t
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more

Bab 12

Lampu kristal yang menggantung di langit-langit ballroom hotel berbintang itu memancarkan kilau elegan yang memantul di gaun-gaun mewah dan jas para tamu undangan. Musik klasik mengalun pelan, menambah kesan megah pesta malam itu. Namun, seketika suasana itu seolah berhenti sejenak ketika seorang wanita melangkah masuk ke dalam ruangan.Dia berdiri tegak, anggun dalam balutan gaun satin berwarna emerald gelap yang membalut tubuh rampingnya sempurna. Rambut panjangnya disanggul rapi dengan beberapa helai dibiarkan tergerai, mempertegas garis rahangnya yang tegas dan elegan. Clara Zhang—nama itu berbisik di antara bibir-bibir sosialita yang hadir."Dia cantik sekali ..., bener-bener perfect ya ....""Designer ternama satu ini memang seperti dewi dari langit.""Tapi sayang, suaminya sering selingkuh ....""Benar, padahal istrinya sangat sempurna, apa yang suaminya itu cari?""Memalukan! Kalian lihat berita terakhir kali? Suaminya menggandeng wanita lain di tempat umum.""Lihat tuh, dia t
last updateLast Updated : 2025-04-19
Read more

Bab 13

Suara perutnya berbunyi keras, hampir seperti dentuman genderang perang. Yara menggerutu pelan, duduk bersedekap di kursi penumpang dengan wajah cemberut."Aku ini kelaparan, tahu nggak? Dari tadi siang cuma diajarin cara duduk, cara jalan, bahkan ..., cara pegang sendok! Aku bukan anak umur lima tahun, Nathan!"Nathan yang sedang menyetir hanya menoleh sekilas lalu kembali fokus ke jalan. Wajahnya seperti biasa, datar, tenang, nyaris tak terganggu oleh ocehan Yara yang seperti radio rusak."Kamu harus belajar, Yara. Siapa tahu dalam waktu dekat kamu akan ikut ke acara penting bersamaku."Yara mendengus. "Acara penting, acara penting! Kamu pikir aku Barbie apa yang bisa didandanin terus dilempar ke pesta elite? Aku ini orang biasa, tahu? Makan nasi kucing aja udah bahagia."Nathan tersenyum kecil, lalu berkata, "bukankah itu tugasmu setelah tanda tangan kontrak waktu itu?" Ucapan Nathan ada benarnya. "Dan orang biasa pun harus tahu cara menjaga diri. Jangan keluar sendirian dari apart
last updateLast Updated : 2025-04-19
Read more

Bab 14

"Perutku udah nggak muat, sumpah .... Tapi masih pengen makan es krim," gerutu Yara sambil mengelus perutnya yang sedikit membuncit."Kalau kamu makan es krim sekarang, nanti malam bisa sakit perut," kata Nathan tenang, sambil membuka pintu mobil untuknya."Aku kuat, Tuan! Tubuh ini terlatih menahan dingin karena hidup udah cukup dingin tanpa kasih sayang," celetuk Yara dengan nada dramatis.Nathan hanya mengangkat alis, lalu menutup pintu. Dalam hati dia mengakui, hidup memang tidak pernah membosankan sejak Yara datang.Mereka berkendara menuju supermarket. Nathan menyetir sambil sesekali melirik ke arah Yara yang terlihat santai menyandarkan kepala di jendela, memandangi lampu-lampu kota. Gadis itu... entah kenapa selalu terlihat lugu dan liar di waktu yang bersamaan.Sampai di supermarket, Nathan menyerahkan keranjang dorong ke tangan Yara."Ambil semua yang kamu suka. Persediaan di apartemenku mulai menipis, dan aku nggak mau kamu kehabisan makanan."Yara berkedip. "Ini ..., seriu
last updateLast Updated : 2025-04-19
Read more

Bab 15

"Dasar nyebelin ..., udah ganteng, kaya, tapi gak punya empati," gerutu Yara sambil menyeret dua kantong besar penuh belanjaan ke dapur.Tangannya penuh, pundaknya pegal, tapi pria bernama Nathan itu malah langsung masuk ke ruang kerja begitu sampai di apartemen.Tidak ada ucapan terima kasih. Tidak ada bantuan membawakan kantong belanja. Bahkan di supermarket tadi, sejak telepon itu masuk, dia jadi dingin seperti kulkas dua pintu."Jadi kayak robot kerjaannya. Eh, tapi cakep sih, sayang aja otaknya sibuk terus," ocehnya lagi sambil mulai mengeluarkan isi kantong.Yara mencuci buah dan sayuran, kemudian menatanya satu per satu ke dalam kulkas besar yang lebih mirip lemari baju sultan—luas, dingin, dan penuh ruang."Ayo wortel, kamu duduk manis ya di rak ketiga. Jangan iri sama brokoli, dia di atas bukan karena sombong, tapi karena bentuknya gede," gumam Yara sambil tertawa kecil.Ia memindahkan daging ke freezer, menaruh beberapa kotak susu dan yogurt ke tempatnya, dan menepuk tangan
last updateLast Updated : 2025-04-19
Read more

Bab 16

Yara mengerjap pelan. Kelopak matanya terasa berat, tapi matanya perlahan membuka. Cahaya pagi menyusup lembut lewat celah gorden, membelai wajahnya. Tubuhnya masih malas bergerak… sampai…"HAH?!"Napasnya tercekat. Detak jantungnya seperti dipompa keras dari dalam dada."N-Nathan?"Tepat di sampingnya, Nathan tertidur pulas. Wajahnya tenang, rambutnya sedikit berantakan, dan kemeja putih yang dikenakannya terbuka beberapa kancing atas. Seolah... seolah dia tidur di sini memang sudah biasa. Tapi tidak! Ini tidak biasa! Ini sangat, sangat tidak biasa!Yara membuka mulutnya, ingin berteriak, ingin panik, tapi suaranya tersangkut di tenggorokan. Otaknya sibuk mencari logika—bagaimana bisa Nathan, si bos beku dengan aura intimidasi dingin ini, tidur di tempat tidurnya? Di sebelahnya?Tangannya yang gemetar menggapai selimut, menutup dada meski ia sadar ia masih memakai kaos oblong longgarnya—tanpa dalaman. Dia menoleh perlahan, mencoba memastikan bahwa dia tidak sedang mimpi.Lalu, Nathan
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

Bab 17

Perjalanan sudah berlangsung satu jam lebih. Jalanan lengang, cuaca cerah, tapi suasana di dalam mobil tidak begitu ramah—setidaknya tidak untuk Yara.Perutnya sudah keroncongan sejak lima belas menit pertama. Dan sekarang, dia benar-benar di ambang histeria."Aku lapar!" gerutunya dengan suara setengah menjerit. "Nathan, kita mau ke mana sih sebenarnya? Sarapan doang kan? Sarapan aja kenapa harus nyetir sejauh ini? Kita mau piknik ke bulan?!"Laki-laki di sampingnya tetap tenang menyetir. Tak bergeming.Yara mendecak kesal, melipat tangan di dada sambil memelototi profil samping wajah Nathan. "Diem aja! Enak banget sih jadi kamu! Gak lapar, gak lelah, cuek kayak batu!""Aku bukan batu," sahut Nathan pelan tanpa mengalihkan pandangan dari jalan.Yara membelalak. "Oh, jadi kamu DENGER?! Terus kenapa dari tadi gak jawab?!"Nathan menghela napas seperti baru saja menghirup aroma sabun cuci. "Karena kamu nyerocos terus. Aku biarkan kamu puas ngomel dulu."Yara memutar bola matanya. "Tuh k
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

Bab 18

Suara air keran bergemericik, berpadu dengan gumaman kesal Yara yang sedang berdiri di depan wastafel dapur. Tangan mungilnya sibuk mencuci tangan, menggosok seolah ingin menghapus jejak sentuhan Nathan yang terasa masih menempel di kulitnya."Dasar pria aneh. Tiba-tiba nyelonong masuk kamar orang, nyelonong ke ranjang, terus... terus menarik ku ke pangkuannya dengan seenaknya! Ih... kurang ajar banget. Mentang-mentang cakep... yah, cakep sih, tapi... tetap aja—menyebalkan!" gerutunya sembari manyun lucu.Dengan pipi mengembung seperti anak kecil yang yang permennya direbut orang lain, Yara tampak serius mencuci tangannya. Berkali-kali dia membilas, lalu menggerutu lagi."Apa-apaan juga tadi, nyuruh nyuapin segala... emangnya dia bayi? Dasar manusia arogan berotak gila!"Suara langkah ringan mendekat, disusul dengan suara ceria, "Wah, pantas aja ya... ternyata kamu memang imut banget, Yara."Yara menoleh cepat, terperanjat. "Eh?! Ka-kak Linda!" katanya dengan wajah yang langsung memer
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

Bab 19

Suara langkah kaki dan tawa ringan mengiringi kehadiran Yara dan Linda ke ruang tengah. Keduanya terlihat akrab, bahu saling bersenggolan, bahkan Yara sudah tidak lagi manyun seperti tadi di dapur—meskipun wajahnya masih agak merah karena malu."Serius ya, kamu itu terlalu jujur," ujar Linda sambil tertawa kecil, menyikut pelan pinggang Yara yang ikut tergelak."Yah, aku cuma... ngomel dikit, itu refleks," sahut Yara cepat, memutar mata. "Ya gimana, tiba-tiba aja disuapin, dipangku... kayak bayi. Padahal aku kan gadis dewasa—ya walau... ya walau nggak tinggi-tinggi amat, tapi tetep aja!"Linda menatapnya gemas. "Dan kamu makin imut kalau ngomel gitu."Yara membuka mulutnya hendak membalas, tapi suara pintu balkon terbuka menarik perhatian mereka. Keno masuk dengan kaos tipis dan rambut acak-acakan karena angin. Tanpa menunggu aba-aba, Linda langsung berlari kecil, mengalungkan tangannya ke leher Keno, lalu menariknya dalam ciuman panas yang tak berusaha mereka sembunyikan.Yara sontak
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

Bab 20

Matahari siang mulai menyengat lembut di halaman villa, tapi hawa hangatnya tak mampu mencairkan kegugupan yang menggantung di dada Yara sejak kejadian tadi pagi.Bahkan saat Keno dengan semangat seperti anak kecil berteriak, "Ayo kita main truth or dare! Gak jadi berenang. Siang-siang begini lebih seru main game!"Nathan, yang sedang bersandar santai di sofa dekat jendela kaca, hanya mendengus malas. Kayak anak TK aja main ginian siang-siang…""Ayolah, Nat! Jangan kaku!" Keno langsung menyeret tangan Nathan, sementara Linda tak mau kalah, menarik tangan Yara yang baru keluar dari dapur membawa sebotol air dingin."A-aku? Aku nggak mau ikut…," Yara berusaha menolak, namun kalah tenaga. Tubuhnya kecil, tak ada apa-apanya dibanding semangat penuh api Linda yang hampir seperti anak kecil minta permen."Jangan banyak protes, sayang. Ini seru!" Linda terkekeh, menggiring Yara ke arah meja bundar di ruang tengah. Di sana sudah ada sebotol wine di tengah, siap diputar.Sepertinya Keno dan Li
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more
PREV
123
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status