Home / Pendekar / PEDANG NAGA LANGIT / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of PEDANG NAGA LANGIT: Chapter 81 - Chapter 90

118 Chapters

Bab 81 – Pengkhianatan dari Teman Lama

“Haah… dunia ini… sungguh menyedihkan.” Li Feng berdiri di tengah aula pertemuan kecil di sisi barat istana, tubuhnya masih berlumur debu dan darah dari pertempuran yang belum lama usai. Cahaya remang dari lentera bergoyang ditiup angin malam, memantulkan bayangan samar di dinding yang penuh retakan. Di luar, jeritan dan suara pedang masih terdengar samar—perang saudara belum benar-benar berhenti. Tapi di dalam ruangan ini, yang terasa justru lebih sunyi… lebih dingin… lebih menusuk. "Li Feng…" suara itu pelan, hampir seperti bisikan angin yang menari di antara retakan dinding. Li Feng mendongak. Hatinya mencelos. Napasnya tercekat. "Mie Lin…?" gumamnya tak percaya. Ya, perempuan itu berdiri di hadapannya. Mie Lin. Sahabat kecilnya. Teman sepermainan di Desa Ping An. Orang yang ia kira… telah lama hilang. "Aku tidak menyangka… kita akan bertemu lagi seperti ini," ucapnya pelan, l
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

Bab 82 - Serangan Balasan

Darah masih menetes di ujung sepatu Li Feng saat ia berlari menuruni jalanan berbatu, napasnya terengah dan jubahnya berlumuran debu dan darah. Di belakangnya, Putri Ling'er menggigit bibir, berusaha keras menyamai langkahnya. Bayangan istana yang terbakar perlahan menghilang di balik kabut malam. "Li Feng... tunggu...!" serunya lirih. Li Feng berhenti mendadak. "Maaf... aku... aku terlalu cepat..." Napasnya tidak teratur. Matanya menatap jauh ke arah istana, di mana suara ledakan dan jeritan masih menggema samar. Ia mengepalkan tinjunya. "Jenderal Zhao... keparat itu...!" gumamnya dengan suara serak. Putri Ling'er mendekat. Wajahnya pucat, rambutnya berantakan. Tapi di balik matanya yang cemas, ada api kecil yang menyala. "Kita tidak bisa kembali ke istana. Semua jalan ke sana pasti sudah dijaga. Kita harus cari tempat aman dulu." Li Feng mengangguk pelan, tapi hatinya bergemuruh. Semuanya terjadi begitu cep
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

Bab 83 – Duel Terakhir dengan Jenderal Zhao

Hujan turun deras malam itu. Petir menyambar langit yang gelap seolah menandai murka langit terhadap segala kebusukan yang telah lama berakar di istana. Di tengah pelataran istana yang penuh genangan darah dan tubuh-tubuh tak bernyawa, Li Feng berdiri tegak. Jubah perangnya koyak, tubuhnya penuh luka, namun matanya—ya, matanya—masih menyala dengan bara yang tak kunjung padam. "Zhao!" serunya, napasnya terengah, tapi tegas. "Sudah cukup! Hari ini—kau dan aku… selesai di sini!" Jenderal Zhao berdiri di seberang, rambutnya kusut, jubahnya penuh noda darah, sebagian darah dari para prajuritnya sendiri, sebagian lagi… mungkin dari pengkhianatan yang ia lakukan sendiri. Ia tertawa kecil—dingin dan meremehkan. "Hmph! Bocah desa! Kau pikir karena berhasil lolos dari jebakan dan menyerangku dari belakang, kau sudah layak mengangkat pedang padaku? Kau bukan apa-apa selain bidak kecil yang tersesat dalam permainan besar!" Li Feng menc
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

Bab 84 - Kemenangan yang Pahit

“Ugh—!” Tubuh Jenderal Zhao terhuyung ke belakang. Pedang Naga Langit—bergetar oleh darah dan kutukan yang menyelimuti bilahnya—menancap tepat di dada sang jenderal. Kilatan cahaya hitam menyala sekejap, lalu sirna. Wajah Jenderal Zhao menyeringai kaku, seperti belum bisa menerima kenyataan bahwa ia kalah. Li Feng, terengah-engah, lututnya bergetar hebat. Tubuhnya basah oleh peluh dan darah, sebagian miliknya, sebagian milik musuh. Matanya menatap lawannya yang jatuh perlahan ke tanah. “Haah... Haaah...” napasnya berat. Ia nyaris tak percaya ia menang. Tapi mengapa... mengapa hatinya terasa hampa? “Zhao...!” teriak salah satu prajurit setia sang jenderal, hendak berlari ke depan, namun dihentikan oleh para pengawal istana. “Hentikan...!” suara Kaisar menggema dari kejauhan. Ia menyaksikan duel itu dari balik tirai emas, wajahnya muram, seperti melihat sesuatu yang tak terelakkan. Li Feng menuru
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

Bab 85 – Kaisar Memberi Keputusan Baru

"Li Feng... bangunlah..." Suara itu... lembut namun seperti sembilu yang menusuk ke dalam jiwanya. Li Feng perlahan membuka matanya. Aroma obat dan kayu cendana memenuhi hidungnya. Langit-langit istana kekaisaran melengkung di atasnya, dihiasi lukisan naga dan awan keemasan. Namun tak ada keindahan yang mampu menutupi luka di hatinya. Luka yang baru. Luka yang nyata. Luka karena kehilangan. "Putri Ling’er..." bisiknya, nyaris tak terdengar. Hatinya kembali dihantam gelombang kesedihan. Wajahnya yang cantik, tawa riangnya, semangatnya yang menyala saat di medan perang—semuanya kini hanya tinggal kenangan yang menggantung di benaknya seperti hantu. "Dia menyelamatkan kita semua," suara Panglima Wei terdengar dari dekat. Lelaki tua itu duduk di sisi tempat tidur, mengenakan jubah perang yang lusuh, namun matanya tetap tajam. "Kalau bukan karena dia menahan pasukan pemberontak di sisi barat... kita takkan sempat tiba untuk memb
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more

Bab 86 – Ancaman dari Negeri Seberang

“Apa itu…?” Langit pagi yang biasanya tenang kini ternoda oleh awan kelabu yang menggulung tebal di ufuk timur. Di atas menara pengintai gerbang timur istana, seorang prajurit muda tercekat melihat asap mengepul di kejauhan. Wajahnya pucat. Tangan gemetar saat mengangkat bendera merah tanda bahaya. Tak lama kemudian, suara lonceng darurat menggema di seluruh ibu kota. GONG—! GONG—! GONG—! Jeritan warga, derap kuda, dan teriakan komandan menggema di sepanjang jalan utama. Kekaisaran kembali diguncang. Di dalam ruang pertemuan militer, suasana tegang menyelimuti. Semua pejabat tinggi, jenderal, dan panglima berdiri mematung. Mata mereka tertuju pada satu sosok yang kini duduk di kursi kehormatan, mengenakan jubah perang perak yang baru saja dianugerahkan Kaisar. Li Feng. Namun, di balik matanya yang tajam, tersimpan badai yang belum reda. Luka di dadanya akibat pertarungan dengan Jenderal Zhao masih b
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more

Bab 87 – Perjalanan ke Medan Perang Baru

“Apa... mereka sudah menyeberangi Sungai Jing?” Suara Panglima Wei terdengar berat, menggantung di udara seperti awan gelap sebelum hujan badai. Angin pagi di halaman istana terasa dingin menusuk, seolah menyesap ketegangan dari seluruh penjuru kekaisaran. Li Feng berdiri di sampingnya, mengenakan zirah perang yang baru saja diserahkan oleh istana. “Benar, Panglima. Utusan dari Benteng Liang membawa kabar bahwa pasukan Negeri Barat sudah membakar dua desa perbatasan.” “Celaka! Mereka datang lebih cepat dari yang kita perkirakan!” Deg. Hati Li Feng mencelos. Ia baru saja menyelesaikan pertarungan hidup-mati dengan Jenderal Zhao, luka di dada belum benar-benar sembuh, dan kini... perang lain menanti. Kaisar memandang ke kejauhan dari balkon utama istana. “Li Feng,” ucapnya pelan, tapi penuh tekanan. “Sebagai Jenderal Muda Kekaisaran, aku tugaskan engkau memimpin lima ribu pasukan utama menuju perbatasan barat. Negeri ini tak
last updateLast Updated : 2025-04-13
Read more

Bab 88 – Musuh yang Lebih Kuat

“Langit memerah. Bukan karena senja, tapi darah yang tumpah.” “Hyaaaahh!” Li Feng menerjang ke depan, Pedang Naga Langit menari di tangannya. Debu beterbangan, jeritan prajurit terdengar bersahutan. Di sisi timur dataran terbuka dekat perbatasan, pasukan Kekaisaran bentrok hebat dengan pasukan negeri seberang—Negeri Xirong. “Li Feng! Mereka memukul dari arah kiri!” teriak Letnan Hu dengan napas tersengal. “Bertahan! Jangan biarkan mereka menembus garis pertama!” balas Li Feng sambil menangkis satu tombak yang nyaris menusuk lehernya. Duar! Ledakan dari panah api menghantam kereta suplai. Api menjilat tinggi, membakar tubuh-tubuh tak bernyawa yang belum sempat diangkat. Bau daging terbakar menyusup ke hidung, membuat perut para prajurit mual. “Arghh!” Seorang serdadu muda tumbang tepat di depan Li Feng. “Jenderal... aku... aku ingin pulang...” Li Feng menggertakkan gigin
last updateLast Updated : 2025-04-13
Read more

Bab 89 – Pertarungan di Lautan Api

“Haahh… haahh…!” Napas Li Feng memburu. Bajunya robek, kulitnya hangus di beberapa tempat, dan darah menetes dari sudut bibirnya. Langit di atasnya hitam pekat, bukan karena malam, tapi karena asap yang membumbung tinggi dari benteng kayu yang terbakar hebat. Benteng Pingyuan. Api berkobar ke segala arah. "Gila... ini neraka," desisnya. “Li Feng! Ke kiri!” teriak Putri Ling’er dari balik reruntuhan. Brak! Sebuah balok terbakar jatuh hanya beberapa jengkal dari tempat Li Feng berdiri. Panasnya menyengat kulit, membuat keringatnya mendidih di atas luka-luka terbuka. Dan di tengah kobaran api itu… berdiri sosok tinggi besar, tubuhnya dilapisi baju perang kehitaman, dan tatapannya tajam bagaikan pisau. Jenderal Raksasa dari Negeri Timur: Wei Long. Musuh baru yang bahkan lebih mengerikan dari Jenderal Zhao. "Aku sudah dengar tentangmu, Li F
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more

Bab 90: Sekutu Tak Terduga

"Apa ini… neraka?" gumam Li Feng, suara seraknya tenggelam di antara asap hitam dan nyala api yang masih berkobar.Udara masih berbau daging terbakar. Tanah di bawahnya retak-retak, basah oleh darah dan air hujan yang baru saja reda. Sisa-sisa benteng kayu yang terbakar menjadi puing-puing hitam yang berserakan. Pasukan dari negeri seberang telah dipukul mundur. Tapi harga yang dibayar… ah, terlalu mahal.Li Feng berdiri tertatih di atas reruntuhan menara pengawas, tubuhnya penuh luka. Bajunya robek di banyak tempat, dan di baliknya, kulitnya memar, berdarah, dan kotor. Pedang Naga Langit di tangannya… nyaris tidak bercahaya. Tenaganya hampir habis. Tapi lebih dari itu—jiwanya terkuras."Jenderal Li! Anda tak apa-apa?" seruan seorang prajurit membuatnya menoleh. Suaranya lemah, tapi cukup untuk membuatnya sadar bahwa ia belum sendirian. Masih ada yang selamat. Masih ada yang menggantungkan harapan padanya."Ang… angkat yang terluka! Jangan biarkan
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more
PREV
1
...
789101112
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status