Siang itu, matahari menggantung tinggi di langit Nagapolis, memancarkan cahaya menyilaukan yang memantul di lantai batu halaman Paviliun Barat Caraxis. Udara panas menyelimuti setiap sudut bangunan tua yang berdiri kokoh dengan pilar-pilar hitam berhias ukiran kuno. Di sudut halaman, di bawah bayang-bayang tiang tinggi, Helena tergeletak tak berdaya.Darah kering menempel di sisi pelipisnya. Kedua tangan gadis itu buntung, hanya tersisa lengan yang menggigil dalam balutan perban kasar. Kakinya tak bisa digerakkan—remuk, bengkok tak alami seperti patahan dahan setelah badai.Helena mengangkat wajahnya dengan susah payah. Rambut hitamnya acak-acakan, menutupi sebagian wajah pucatnya yang dipenuhi luka dan debu. Suara langkah berat menghentikan gumaman kesakitannya. Sepatu bot hitam menginjak kerikil dengan nada dingin, pelan, dan mengancam.Sosok itu berdiri di hadapannya.Kevin Drakenis.Wajahnya yang dulu pernah ia cintai, kini tampak seperti patung batu—dingin, kejam, tak menyisakan
Last Updated : 2025-04-12 Read more