Semua Bab Istri yang Kau Anggap Bodoh: Bab 11 - Bab 20

25 Bab

Bab. 11

Telinga Sukma berdenging ketika mendengar suara nyaring ibu mertuanya. Wanita paruh baya itu melangkah masuk ke rumah tanpa permisi, langsung duduk di kursi ruang tamu seolah rumah ini miliknya. Wajahnya yang penuh kerutan tampak masam, pandangannya tajam dan sinis ke arah Sukma."Oh, baru ingat pulang. Dasar wanita nggak benar!" suara ketus itu keluar dari mulut ibu Yudi, membuat Sukma yang duduk di kursi seberang hanya mampu menghela napas panjang.Sukma diam, mencoba menahan emosi yang meluap-luap dalam dadanya. Dia tahu, berdebat dengan ibu Yudi hanya akan memperpanjang masalah. Dia melirik Yudi yang berjalan ke kamar mandi."Seharusnya kamu bersyukur, Sukma. Anakku itu terlalu baik sama kamu. Kalau aku jadi dia, sudah lama kamu aku tinggalkan! Mana ada laki-laki yang mau bertahan sama istri kayak kamu?" lanjut ibu mertuanya, kali ini dengan senyum sinis meremehkan Sukma.Sukma tersenyum tipis, dalam kondisi normal mungkin balasannya akan frontal. Sekarang kondisi badannya sangat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Baca selengkapnya

Bab. 12

Sukma sedang memeriksa pesanan online yang masuk di ponselnya di ruang tamu, ketika suara pintu depan berderit keras tanpa aba-aba. Dia langsung memasang kerudungnya yang tergeletak di kursi lalu menoleh siapa yang datang."Juno?" serunya, adik bungsu Yudi itu masuk tanpa mengetuk, seolah rumah ini miliknya."Hehe, kaget ya, Mbak?" Juno tersenyum lebar, tatapannya menyapu ruangan sebelum mendarat pada Sukma. Ada sesuatu di matanya yang membuat Sukma tidak nyaman, tatapan Juno terlalu berani, terlalu menilai, membuatnya bergidik."Kenapa masuk nggak izin dulu?" Sukma menegur, berusaha tetap tenang meski hatinya sudah ketar-ketir."Ah, ini kan rumah Kakakku sendiri. Apa salahnya?" jawab Juno santai sambil menutup pintu dengan kaki."Mas Yudi nggak ada di rumah, sebaiknya kamu pulang," ucap Sukma tegas. Dia mulai curiga melihat Juno menutup pintu, dia takut akan terjadi fitn4h. Dia berjalan ke arah pintu."Tunggu dulu, Mbak," Juno menghalangi langkah Sukma, dia mendekat dengan langkah pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Baca selengkapnya

Bab. 13

Sejak kejadian hari itu sikap Sukma semakin dingin terhadap Yudi. Dia bicara seperlunya saja. Satu tanya, satu jawab, lalu diam. Rumah yang dulu hangat kini terasa dingin mencekam. Yudi pun tak berniat melunakan hati Sukma. Dia sudah terlalu lelah bekerja seharian di pabrik lalu dari sore hingga tengah malam menjadi pengemudi ojek online. Lelah, sangat lelah, tapi hanya itu satu-satunya cara agar bisa melunasi hutang bank."Sukma, kopiku mana?" Yudi kecewa tidak melihat minuman favoritnya di meja makan. Dia membuka tudung saji, tapi kosong melompong. "Sarapan juga nggak ada, gimana sih?" Sukma mendengar keluhan Yudi, tapi dia acuh tak acuh, malah asyik dengan ponselnya. Kesal melihat reaksi Sukma, Yudi memanggil wanita itu dengan keras. "Sukma, kamu dengar aku tanya apa?""Dengar," jawab Sukma singkat."Mana kopiku? Aku mau berangkat kerja.""Minta sama Ibumu, Mas. Sarapan juga sekalian di sana.""Apa?" Yudi mulai emosi. "Kamu istriku, kenapa malah suruh aku ke rumah Ibu?"Sukma te
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Baca selengkapnya

Bab. 14

"Ck, dikasih tahu malah ngeyel!" Ibu Yudi berdecak dengan raut kesal. Dia duduk bertopang dagu di meja makan. Dia melirik Juno, putra bungsunya yang senyum-senyum melihat ponsel. "Juno, kamu bantu mikir, jangan cengar-cengir aja."Juno melirik ibunya sekilas sementara jarinya masih bergerak di layar ponsel. "Apa sih, Bu? Masalah Mas Yudi itu gampang.""Gampang gimana?" Mata Ibu Yudi menyipit ke arah Juno ingin tahu."Ibu tanya Mbak Rani, dia pasti punya ide." Juno bangkit dari kursi lalu meraih jaketnya."Kamu mau ke mana?" "Biasa, Bu, bisnis."Ibu Yudi berdecak, dia meraih ponsel di atas meja lalu menghubungi Rani."Ada apa, Bu? Aku lagi sibuk." Suara Rani nyaring menjawab panggilan telepon ibunya."Sibuk apa? Memangnya kamu kerja?""Aku mau bikin konten di tok-tok. Ada apa?""Masmu, Yudi!""Ada apa dengan dia?""Kamu ingat anak juragan Marjuki?""Sella? Memangnya dia kenapa? Cerai lagi?""Iya, kok kamu tahu?"Terdengar suara Rani tertawa. "Semua orang juga tahu dia suka kawin-cerai
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Baca selengkapnya

Bab. 15

"Gimana jalan-jalannya Mas?" tanya Sukma melihat sekilas ke arah Yudi masuk ke rumah saat azan Isya berkumandang. "Iya, tadi macet di jalan. Maklum lagi musim liburan." Yudi duduk di sebelah Sukma lalu memberikan kantong kresek yang dia bawa. "Tadi aku beli nasi bebek kesukaanmu? Kamu belum makan kan?"Dahi Sukma berkerut, rautnya terlihat heran. "Kamu sehat kan?" Dia menempelkan punggung tangannya ke dahi Yudi."Sehat? Kenapa sih?"Sukma mengangkat bahu, dia lalu mengendus nasi bebek yang masih di dalam bungkusnya. "Nasinya kamu kasih jampi-jampi, ya?"Yudi sampai menganga mendengar pertanyaan Sukma. "Ya, Allah, sayang! Kamu mikirnya kejauhan!" Yudi berjalan ke dapur lalu kembali lagi membawa satu piring dan sebotol air mineral. "Tadi saat pulang aku lewat depan jualan nasi bebek. Akhir-akhir ini aku perhatiin kamu doyan, mungkin bawaan hamil, ya."Sukma melengos, dia memperhatikan tangan Yudi cekatan membuka bungkus nasi lalu diletakkan di atas piring. Aroma gurih khas nasi bebek
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Baca selengkapnya

Bab. 16

Yudi berdiri di depan pintu gudang yang remang-remang, tangannya memutar kunci gembok. Setelah membujuk Sukma, istrinya memberi izin meski setengah hati. Yudi tak peduli karena dengan menerima pekerjaan yang ditawarkan Sella bisa meringankan bebannya. Dia juga tidak perlu lagi mengojek. Lagipula niatnya murni bekerja bukan aneh-aneh. Gudang beras milik juragan Marjuki itu luas, dengan rak-rak tinggi yang dipenuhi karung beras tertata rapi. Tempat itu sunyi saat malam hari meski terletak di pinggir jalan desa. Yudi menghela napas panjang. Ini hari ke lima dia bekerja. Dia merenggangkan badan mencoba mengusir rasa lelah setelah seharian bekerja di pabrik.Yudi baru saja menutup pintu gudang ketika suara langkah mendekat. Dia menoleh dan mendapati Sella datang dengan membawa kotak makanan. Wanita itu mengenakan kaos ketat dan celana pendek yang bahkan tidak menutupi setengah pah4nya. Bau parfum menusuk hidung Yudi, membuatnya mengerutkan kening."Mas Yudi, aku bawain makanan buat kamu."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Baca selengkapnya

Bab. 17

Napas Yudi memburu menahan godaan Sella. Pria mana yang tidak akan tergoda bila disodori wanita cantik dan seksi setiap malam. Sekuat apa pun iman pasti akan tergoda juga."Mas, kamu nggak perlu mikir lama-lama. Kamu kepala rumah tangga, masak takut sama istri? Kalau Sukma nggak setuju ceraikan saja. Aku lebih bisa membahagiakan kamu."Sella berbisik lirih di telinga Yudi, bahkan bibir wanita itu meny3ntuh daun telinga si pria. "Coba kamu pikir, Mas. Aku anak satu-satunya, otomatis kekayaan Ayah bakal jatuh ke tanganku. Artinya, siapa saja yang jadi suamiku nanti pasti akan beruntung. Banyak lho Mas pria yang mau jadi pendampingku, tapi aku cintanya sama kamu.""Nggak Sel, aku nggak bisa berbuat curang Sukma. Dia istri yang baik. Dia nggak pernah mengecewakanku selama ini. Justru aku yang belum mampu membahgiakan dia."Mendengar Yudi terus memuji Sukma, kesabaran Sella pun terkikis. Dia semakin berani memeluk Yudi erat-erat. Gerakannya begitu tiba-tiba hingga pria itu tidak sempat be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-12
Baca selengkapnya

Bab. 18

Tengah malam Sukma terbangun, dia menatap sisi pembaringan di sebelahnya. Empat hari sejak ibu mertuanya keserempet mobil, Yudi selalu menemani di rumah sakit. Beberapa kali Sukma ingin menjenguk, tapi selalu dilarang suaminya dengan alasan tak mau sang istri tertular penyakit. Alasan yang masuk akal. Akan tetapi, bukan hal itu yang menjadi menyita pikirannya. Sukma meraih ponsel di atas meja di sebelah tempat tid-urnya. Dia melihat lagi foto yang dikirimkan Mirna, tetangga sebelah rumahnya. Di foto itu tampak Yudi sedang duduk berdampingan dengan Sella di bawah pohon lansano yang rindang. Pria itu sedang menikmati makanan yang ada di dalam kotak bekal. Bukan hanya itu, di foto yang lainnya tampak Sella sedang mengulurkan botol minum ke suaminya itu. Tentu saja foto-foto itu menggiring asumsi tak baik ke kepala Sukma. Apakah Yudi mulai bermain api? Inikah alasan pria itu melarangnya ke rumah sakit? Sukma memijit dahinya yang berdenyut. Sejak kehamilannya masuk bulan ketiga rasa mual s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-12
Baca selengkapnya

Bab. 19

"Sa, sayang?" Yudi melepaskan tangan Sella dari lengannya, tetapi wanita itu tak peduli, dia kembali merangkul, malah kepalanya disandarkan ke bahu si pria.Tatapan Sukma menajam, dia mendekat perlahan sembari menahan amukan badai amarah di dada. Siapa yang tidak sakit hati melihat suami dempet-dempetan sama perempuan lain?Apalagi melihat Yudi sibuk melepaskan diri dari pelukan Sella. "Bisa kamu jelaskan maksud perkataan dia tadi, Mas?" Suaranya terdengar datar.Yudi bangkit menghampiri Sukma, melihat raut dingin sang istri membuat Yudi ketar-ketir. Dia takut Sukma mengamuk di ruang perawatan sang ibu."Sayang, ini nggak seperti yang kamu kira. Aku ....""Kamu pikir aku bod0h?" sambar Sukma, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum sinis. "Mataku masih awas untuk melihat apa yang kalian lakukan, telingaku sangat tajam mendengar apa yang wanita itu katakan!" Meski ada bara yang mengunggun di dadanya, tapi Sukma tetap menjaga intonasi suaranya. Dia sangat tahu diri untuk tidak membuat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-12
Baca selengkapnya

Bab. 20

"Lepaskan!" Sukma menepis tangan Juno yang menahan pinggangnya. Dia berdiri menjauh dari lelaki itu.Juno tersenyum miring. "Kenapa sih Mbak, setiap melihatku seperti jijik?"Sukma mendengkus, dia menatap adik iparnya dengan raut tidak suka. "Syukurlah kalau kamu sadar aku jijik sama kamu. Jangan pikir aku udah lupa apa yang kamu lakukan beberapa hari yang lalu di rumahku!"Alih-alih merasa malu, Juno malah tertawa. Dia bertolak pinggang di depan Sukma. "Hallah, Mbak, masalah itu nggak usah dibesar-besarkan. Lagian nggak ada yang percaya kalau aku ngerayu Mbak."Ingin rasanya Sukma menampar wajah adik iparnya yang kurang ajar itu, tapi dia menahan diri. Percuma meladeni manusia tidak tahu malu seperti dia. Sukma memilih menghindar, dia berjalan melewati Juno, tapi langkahnya mati karena lelaki itu menghalangi jalannya."Minggir!" bentak Sukma dengan wajah garang.Juno justru tertawa. Di matanya raut marah Sukma semakin membuat hatinya terpikat. "Mbak sangat cantik kalau marah. Aku he
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status