Home / Romansa / Terjerat Cinta Atasan Nakal / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Terjerat Cinta Atasan Nakal : Chapter 11 - Chapter 20

31 Chapters

Mual dan muntah

Sambil tersenyum lega, Joe menghampiri Ibuku yang ditemani perawat pribadinya dan seorang dokter yang mengobservasi kesehatan Ibu pasca kemoterapi. Sang dokter mengingatkan kami bahwa akan ada efek samping yang akan Ibu alami. Mual, muntah, dan kerontokan rambut sudah pasti, Ibuku sudah paham, beliau mengangguk dan berharap yang terbaik baginya. “Bapakmu tahu soal ini, Ran?” Perawat pribadi yang diberikan Joe sudah menyiapkan kantong muntah, dan berjaga-jaga di samping ranjang pasien. Aku pun merasa pertanyaan itu mengurangi nikmat coklat hangat dan pop mie rasa soto yang aku santap di taman rumah sakit bersama Joe yang tidak suka dengan selera makanku. Katanya tidak sehat. “Raka tau, paling-paling Bapak juga tau.” jawabku asal-asalan. Aku belum menghubungi keluarga di kampung, hanya saja surat permohonan cerai itu pasti sudah mengusik Bapak. “Ibu mending jangan banyak pikiran dulu, urusan Bapak pikir belakangan!” ucapku setengah jengkel, kondisi baru sakit malah mikir
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Joe Terkekeh-kekeh

Tanpa menunjukkan keraguan, aku menggeleng lamban. Bukan jijik yang aku rasakan sekarang. Penderitaan itu sudah cukup menjadi takdirnya yang kelam, dan yang mengusikku sekarang, orang tuanya bertanggung jawab atau tidak? “Bagaimana tuan bisa menjalani hari setelah hari mematikan itu?” Joe menyugar rambutnya yang tidak lurus, tidak juga keriting. Dan selepas bukti gairahnya hanya bertahan beberapa menit, dia tampak lesu. “Aku tinggal di luar negeri sampai keadaan membaik.”“Pelakunya dipenjara?” Joe tersenyum masam sambil memegangi pipi kiriku. “Aku bahkan bertanya-tanya, hukuman anak di bawah umur di negara ini bagaimana, Rania.” Aku dapat menarik benang merah penyebab Joe bertindak seperti ini. Jakarta adalah kampung halamannya sekaligus tempatnya mendulang kenangan buruk itu. “Jadi, tuan sudah bertemu mereka?” tanyaku hati-hati. Joe menghela napas, terlihat gamang mencari jawaban yang tepat di tengah samudra duka yang dibagikan kepadaku kini. Apa Joe bisa pulih dari guncanga
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Cemas Kau Dek

Aku berkhayal berapa harga patung air mancur berbentuk ukiran wanita membawa kendi di tengah halaman rumah utama keluarga Ronald Sky. Aku juga mengira-ngira, apa tanamannya yang subur dan makmur itu dipupuk saban Minggu? Di dalam mobil Joe yang berhenti menyala, jantungku berdebar-debar. Aku tidak sanggup menemui keluarga Joe dengan Bapak yang ada di belakangku. Ini bukan karena perbedaan yang jelas, tapi karena persoalan Bapak dan Zainuddin memasuki babak baru. Mereka sepakat untuk membawa perkara ke ring tinju setelah bertemu dengan pengacara Joe, dan aku dapat menyaksikan langsung bahwa Zainuddin kecewa dan terluka. “Tuan.” Joe menunda membuka pintu mobil, dan semakin aku terlihat tidak tenang, semakin lebar senyumnya. “Tarik napas, hembuskan. Begini saja kamu tidak bisa?” Aku menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Aku sudah mandi keringat dingin, telapak tanganku pun basah. Pertemuan pertama ini akan menjadi sesuatu yang menyeramkan dari pada bertemu deng
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Lukis Tubuh Saya!

Semua dimulai dari langkah-langkah kecil yang menopang tujuan besar. Tujuan besar keluarga Sky sudah aku ketahui sebagian, dan detik-detik di mana terpenuhinya sisa dari tujuan besar keluarga Sky akan semakin membuat langkah kecilku terseok-seok. “Mengapa nyonya harus mengunci pintu?” tanyaku cemas, pembicaraan macam apa yang akan kami lakukan nanti. “Nyonya tidak...” Rebbecca meninggalkan ambang pintu seraya mengitariku. “Kamu tidak diizinkan melakukan protes! Kamu sadar, kamu siapa?” “Saya Rania Zaskia Putri, dengan sadar saya siapa.” Aku menarik napas panjang dan menghelanya. “Nyonya, ada yang bisa saya bantu?” Rebbecca mempersilakan aku duduk di kursi ergonomis berwarna putih, serasi dengan perobatan penunjang kerjanya. “Kamu akan membuat kesepakatan dengan orang tua Joe, Rania. Siapkan dirimu.” Aku lekas berkata ayo, aku sudah siap. Tetapi Rebbecca tidak segera mengambil langkah ke meja kerjanya yang penuh oleh tumpukan lembar pekerjaan. Dia justru mengamati sepa
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Kenapa Cepat Sekali

“Kekasihmu menginginkan pameran pribadi dan museum, Joe. Kau sudah tahu?” Joe menurunkan gelasnya ke meja, dalam sekejap saja, aku bisa merasakan napasnya yang bau alkohol. “Kamu memiliki rencana sendiri?” Sorot mata Joe memicing sejenak seolah memilih kalimat yang tepat untuk menuduhku. “Kamu mau apa?” “Tuan...” Rebbecca menatap kami dengan heran. “Apa kalian ingin bertengkar?” Aku tidak tahu kenapa Joe begitu tercengang dengan permintaanku, tetapi aku langsung menatap Rebbecca. “Tuan akan mengetahuinya sebentar lagi.” Rebbecca meminta seluruh anggota keluarganya pergi ke ruang keluarga di lantai dua tanpa mengajakku dan Bapak.Ronald Sky, Shita, Ramon, dan yang belum aku kenali melewatiku sambil geleng-geleng kepala. Diurutkan terakhir, Joe mencium pipiku. Aku tahu itu pertanda aku harus patuh, tidak usah pusing-pusing memikirkan mengapa aku tidak diajak.“Kamu temani Bapak, ini tidak lama!”“Joe, segera ke atas!” Rebbecca menyela dari anak tangga paling atas. Tidak sabar bet
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bertemu jambul pirang

“Apa jatuh cinta menurutmu terlalu buruk?” Joe meletakkan sisa minumannya di lantai.Di tempatku duduk, di balkon kamar Joe, angin malam begitu mesra memelukku, membelai kekusutan yang aku alami. “Menurutku buruk jika berakhir buruk.” Aku menengadah. “Jatuh cinta itu komitmen, sedangkan yang kita lakukan adalah pekerjaan.” Joe tidak terima dengan pernyataanku, sejurus kemudian dia memandangiku. “Jika kita jatuh cinta dalam satu tahun, dan kamu sudah hamil, semua kesepakatan tadi berakhir.”“Bagaimana jika tidak?” “Hubungan kita status palsu, kamu camkan itu baik-baik, Ran!”Aku tersenyum muram, sikapnya seakan-akan menyuruhku tidak perlu jatuh cinta, tidak perlu banyak berharap. Dan bersamanya sekarang, memahami laki-laki yang bukan dari kalanganku rupanya tidak baik untuk kesehatan hatiku. “Kebersamaan adalah hal mahal yang memiliki risiko, tuan. Jatuh cinta itu bonus, tetapi jika tidak sesuai rencana, petualang cinta ini akan menjadi pelajaran berharga bagiku.”Ponsel Joe berde
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Sudah Terlanjur Basah

Aku sontak membuka mata dan menggelinjang hebat, kakiku di gelitik dengan sengaja. “Apa?” seloroh Joe saat aku memandanginya dengan sebal sekaligus heran. Ini kamarnya, ya. Tirai putih sudah terbuka, sinar matahari sudah mencium kamarnya. Tapi kenapa aku bisa di ranjangnya, bukannya semalam? Seketika aku memandangi pakaianku, aku takut dikerjain Joe. Dan sialan, kenapa gaun makan malam itu berubah menjadi setelan olahraga yang kebesaran. “Kamu ketiduran, dan ini sudah jam sembilan pagi.” Joe menjelaskan sambil mendekatiku.“Kenapa kamu kelihatan panik begitu?” Joe memegangi daguku dan menengadahkan kepalaku. “Ada yang salah dengan bajumu?” “Tuan...” ucapku serak, aku tidak ingin membayangkan kejadian semalam, pasti Joe...“Itu hukuman untukmu yang sudah menghabiskan minumku! Bangun, mandi. Kita fitting baju pengantin siang nanti.” Entah kenapa aku merasa Joe agak galak, memangnya aku salah apa sampai dia berlagak seperti atasan sungguhan? Aku pun segera menurunkan kakiku ke lant
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Pernikahan Sederhana

Aku berbaring dan tidak bisa tidur sampai larut malam. Pernikahanku dengan Joe akan terjadi besok pagi di kantor urusan agama daerah sini. Pernikahan rahasia itu dan segala dampak yang akan menjadi benang merah hubungan kami tidak segera pergi dari kepalaku, aku gelisah, sejak pemilihan gaun pengantin kemarin, Joe pergi entah ke mana. Di kamarnya ini aku hanya dapat memandangi fotonya di dinding, memanen tanya, dia ke mana dan dengan siapa. - “Selamat pagi, nona manis.” Seorang pelayan membungkuk di hadapanku, di taman, usai sarapan pagi secara tertekan di meja makan keluarga Ronald Aku, aku meminta izin untuk berleha-leha sejenak di gazebo belakang rumah. “Perias pengantin nona sudah datang, nona manis diperkenankan untuk segera bersiap-siap.” “Apa tuan Joe sudah terlihat batang hidungnya?” ucapku masam. Rasa penasaranku tidak terjawab, pelayan itu menggeleng sambil tersenyum polos. “Bergegaslah, nona. Nyonya Rebbecca sudah menunggu.” Setelah memakai sandal rumahan, aku m
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

Sadrah

Joe langsung meninggalkan rumah setelah memberi kami makanan lezat di restoran ternama bergaya oriental. Dari yang terbaik hari ini, hanyalah arah pulang yang tidak menyenangkan. Aku bertanya-tanya mengapa Joe perlu membuat jarak setelah pernikahan kami? Bukankah ini yang paling dia inginkan? Bercinta denganku? Aku ingin menyangkal banyak hal yang berenang-renang di pikiran, meski aku tidak sanggup. Berbekal pengalaman kemarin, di siang bolong ini, aku mengakui aku kalah. Joe memang tidak selayaknya mempedulikan pernikahan ini. Aku hanya alat, sementara diam-diam aku ingin menjatuhkan diri padanya. “Kamu mending langsung ganti baju, Ran. Gak usah dipikirin itu Pak Joe mau ke mana!” ucap Ibu enteng. Aku mungkin dianggapnya seperti gaun pengantin sederhana ini, putih polos dan ketat. Tetapi aku juga tidak bisa menggampangkan perginya Joe. Harusnya kan kami bisa bersenang-senang selayaknya pengantin baru. Ibu meraih tanganku, “Sudahlah, Ran. Jangan banyak berharap, Pak Joe punya
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

Bersamamu Panas Dalam

“Kamu sudah tumbang sebelum berjuang.” Ucapan itu terdengar samar-samar di telingaku, kendati demikian aku tetap diam sambil mengumpulkan nyawa setelah melalui perjalanan sunyi yang menyebalkan. “Kita sudah sampai, buka matamu!” Aku tidak menjawab, tapi membuka mata. Memandanginya dengan malas di bawah langit sore yang agak mendung. “Kamu sudah kekenyangan, sudah tidur siang, enak sekali hidupmu! Santai terus.” cibirnya sambil melepaskan sabuk pengamanku, senyumnya kemudian terlihat tambah menyebalkan. Joe tambah manis dan tampan di hadapan wajahku yang kuyu ini. “Kamu baru mempersiapkan diri untuk bulan madu kita?” Joe berdehem, aroma permen mint tercium di hidungku. Aku mengulum bibir, nyaris melontarkan ocehan penting, tetapi masih ingat dengan peringatannya sebelum berangkat. Aku diminta diam, menurut. Bahkan selama perjalanan sunyi ke suatu daerah yang lumayan berbeda dari riuh kota Jakarta, dia sibuk memaki-maki seseorang lewat telepon. “Kamu kenapa diam saja
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status