Semua Bab Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan: Bab 121 - Bab 128

128 Bab

BAB 121

Udara pagi masih terasa dingin ketika ketegangan di ruang tengah rumah Egar belum juga mereda. Semua orang seakan berjalan di atas pecahan kaca, takut bergerak, takut bicara. Hanya Ilona yang duduk mematung, memeluk Gana dengan tubuh gemetar, seolah berusaha menyerap kekuatan dari anak kecil itu.Kehadiran Anita, ibunya yang telah lama hilang, terasa seperti sebuah keajaiban—tapi juga sebuah pertanyaan besar. Mengapa sekarang? Di saat semua tuduhan, fitnah, dan aib menyelimuti dirinya, mengapa wanita itu datang seakan siap menghadapi badai bersamanya?Namun jawaban Anita atas hinaan Nyonya Bira justru menggetarkan hati.“Mungkin saja.”Itu saja yang ia katakan, pelan, nyaris berbisik. Tapi tidak ada sedikitpun getar ketakutan dalam suaranya. Ia tak menghiraukan cercaan atau tawa sinis dari Nyonya Bira. Fokusnya hanya satu: Ilona. Anak yang telah ia lahirkan, yang kini duduk di hadapannya.“Egar…” panggil Anita lembut, matanya menatap menantunya dengan tegas tapi penuh harap.Egar meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-16
Baca selengkapnya

BAB 122

Ruangan itu hening, tapi ketegangannya terasa seperti bara api yang perlahan membakar udara. Di tengah suasana tegang itu, Nyonya Bira masih berdiri dengan dada terangkat tinggi, senyuman sinis menghiasi wajahnya.Pandangannya tajam tertuju pada wanita berpenampilan sederhana yang berdiri tak jauh dari Ilona. Wanita itu mengenakan gamis sederhana berwarna pastel, wajahnya pucat namun menyimpan ketenangan yang misterius."Nyonya? Jadi ini mamanya atau majikannya?" tanya Nyonya Bira dengan nada menyindir, matanya melirik ke arah Ilona yang masih belum berkata apa-apa.“Katanya ibu kandungnya, tapi dipanggil Nyonya.”Senyum liciknya mengembang seiring ia melihat ekspresi kikuk Ilona. Dalam hatinya, Nyonya Bira sudah menyimpulkan semuanya—bahwa kehadiran wanita bernama Anita ini bukanlah sesuatu yang diinginkan oleh Ilona. Ia percaya bahwa Anita hanyalah bayang-bayang dari masa lalu yang memalukan, seseorang yang tak seharusnya berdiri di rumah keluarga Bira yang terhormat."Ma, tolong...
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-16
Baca selengkapnya

BAB 123

Ruang tamu yang sebelumnya penuh dengan ketegangan kini terasa jauh lebih sunyi. Setelah semua percakapan meledak dan terbongkar, yang tersisa hanyalah perasaan-perasaan yang belum terucap. Perasaan tak percaya, penyesalan, dan kegundahan menggantung di udara.Jojo, sopir sekaligus asisten pribadi Anita, kembali memasuki ruangan setelah sibuk berbicara di telepon. Dengan nada sopan dan tenang, ia melapor,"Nyonya, penerbangan jam dua siang ini sudah dikonfirmasi."Anita mengangguk pelan. "Oke. Tapi, kamu disini menjaga Ilona."“Tapi, Nyonya—““Kalau begitu, carikan seorang yang bisa dipercaya untuk menjaga Ilona dan Egar disini,” potong Anita secepatnya.Dia tidak bisa meninggalkan Ilona tanpa penjagaan, dia ingin melindungi anaknya. Apalagi, dia tidak bisa mempercayai mertua Ilona.“Baik, Nyonya,” jawab Jojo patuh dan kembali sibuk dengan ponselnya, mencari seorang yang bisa dipercaya untuk menjaga majikan baru mereka, Ilona, Egar dan anak-anak mereka. Karena, Jojo harus selalu menda
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-17
Baca selengkapnya

BAB 124

Tangis Anita masih belum sepenuhnya reda. Pelukan Ilona, panggilan “Mama” yang begitu lama ia nantikan, kini benar-benar ia dengar dengan telinganya sendiri. Bukan dalam mimpi, bukan hanya bayangan kosong penuh harap di malam-malam panjang yang sepi. Hari ini, keajaiban itu nyata.“Terima kasih, Nak,” ucap Anita sambil menghapus air matanya, mencoba tersenyum di tengah guncangan emosinya.Ilona tidak menjawab. Hanya senyuman tipis yang ia berikan, namun di balik senyuman itu ada seribu luka yang perlahan mulai terobati. Di belakang mereka, Egar berdiri memperhatikan. Wajahnya penuh rasa lega, dan matanya pun tak mampu menahan bulir air bening yang akhirnya jatuh perlahan di pipinya.Hubungan yang awalnya penuh keraguan, kini mulai merekat, sedikit demi sedikit.Namun suasana penuh haru itu seketika diusik.“Ya ampun, seperti di sinetron saja,” sindir suara yang sangat dikenali. “Padahal hanya kembali ke ibu kota dan bisa balik lagi ke sini, tapi pelukannya seperti orang yang tidak bak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-17
Baca selengkapnya

BAB 125

Mobil hitam itu semakin menjauh, membawa Anita kembali ke dunia lamanya—dunia penuh gengsi, tanggung jawab besar, dan luka masa lalu yang belum sembuh. Tapi di depan rumah di kota pinggir ini, badai lain sedang meletus dalam diam.Ilona masih berdiri terpaku. Angin siang itu menyibak rambutnya yang dibiarkan tergerai. Di balik matanya yang tenang, pikirannya berkecamuk hebat. Suara Anita—panggilan lembut dan penuh cinta—masih menggema. Tapi juga, bayangan masa kecilnya kembali muncul, ketika ia harus tumbuh tanpa ibu kandung, diasuh oleh orang lain, tanpa tahu siapa dirinya sebenarnya.“Sekarang kau bangga karena ternyata punya ibu yang hebat?” tanya Nyonya Bira tajam, mengoyak lamunan Ilona.Wanita paruh baya itu tampak menatap Ilona dengan tatapan sinis, masih penuh kebencian. Meskipun sudah tahu kalau Ilona memiliki orang tua yang jelas, bahkan lebih kaya dan lebih berpengaruh darinya.Ilona menoleh perlahan, matanya kini dingin dan kosong. “Aku biasa saja, Ma.”“Pastilah, kau itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Baca selengkapnya

BAB 126

Sehari…Dua hari…Tiga hari…Bahkan hingga seminggu penuh, tak ada satu kabar pun datang dari Anita. Rumah milik Egar dan Ilona yang sebelumnya mulai terasa tenang kembali tegang, seperti ada awan hitam yang menggantung di atas atapnya. Setiap denting jam seolah menjadi pengingat bahwa waktu terus berjalan tanpa kejelasan.Nyonya Bira tak tinggal diam. Ia hampir setiap hari datang, wajahnya dipenuhi amarah yang terpendam. Ia bukan sekadar ibu mertua yang cerewet, tetapi wanita yang merasa hidupnya penuh kendali dan kini merasa semuanya mulai goyah.“Kau masih belum dengar apa pun dari dia?” tanyanya tajam begitu melangkah masuk, tanpa basa-basi.Ilona yang tengah menyapu halaman hanya menunduk. Egar keluar dari dapur, mendengar nada tinggi ibunya dan merasa lelah menghadapi sikap yang terus menyudutkan istrinya.“Ma, bukankah sekarang tidak ada lagi berita, tuntutan, ataupun tuduhan kepada Mama. Untuk apa mencari tahu?” tanya Egar dengan nada tegas. “Semua seperti menguap. Harusnya Ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Baca selengkapnya

BAB 127

Sore itu…Angin bertiup lembut. Suara burung berceloteh memantul di antara dedaunan, menambah damai suasana rumah kecil yang mereka tempati.Ilona tengah memakaikan topi kecil pada putrinya, Yumi, yang tak henti-hentinya merengek minta dibelikan permen kapas. Di sisi lain, Egar sedang membantu Gana mengancingkan jaketnya. Mereka berencana pergi ke taman—sekadar menyegarkan pikiran setelah hari-hari berat yang mereka lewati belakangan.Di sudut halaman, motor tua mereka sudah siap. Kendaraan itu telah menemani perjalanan mereka sejak masa-masa sulit, bahkan ketika tak ada siapa pun yang mau meminjamkan pundaknya.“Yumi mau permen kapas yang warna biru!” pekik si kecil ceria sambil melompat-lompat.Ilona tersenyum. “Iya sayang, kita cari yang biru, ya. Tapi jangan rewel di jalan, oke?”Namun, langkah mereka terhenti ketika suara berat dan penuh khawatir menghentikan mereka.“Tuan, Nona. Kalian mau ke mana?” tanya Roy, salah satu pengawal pribadi yang ditugaskan oleh Anita untuk menjaga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-19
Baca selengkapnya

BAB 128

Senja mulai turun, meninggalkan semburat jingga yang perlahan digantikan kelamnya malam. Udara terasa lebih dingin, namun tidak cukup untuk memadamkan kehangatan yang mengalir di dalam mobil itu.Di kursi tengah, Yumi duduk dengan senyum lebar, tangannya menggenggam erat permen kapas berwarna biru kesukaannya. Di sampingnya, Gana tengah menikmati es krim sambil menyandarkan kepalanya ke bahu Ilona. Mobil melaju perlahan, menyusuri jalanan kota dengan tenang, dikemudikan oleh Roy, sang pengawal yang kini mulai terasa seperti bagian dari keluarga mereka.“Senang?” tanya Ilona lembut, menatap Yumi yang sibuk menjilati jajanannya.Yumi mengangguk cepat. “Senang banget! Akhirnya Yumi bisa makan permen kapas.”Ilona tersenyum miris, mengelus kepala anaknya. “Yang penting gak sering-sering.”Perjalanan mereka hari ini memang sempat diwarnai ketegangan saat seorang yang diduga wartawan mencoba mendekat. Untungnya, Roy dan Dion sigap menanganinya. Ilona dan Egar mulai menyadari bahwa kehidupan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status