All Chapters of MENGEJAR CINTA ISTRI YANG KUABAIKAN : Chapter 21 - Chapter 30

33 Chapters

Bab 21. Nafkah Batin

Al menatap Navya dalam-dalam, menyadari betapa banyak yang belum terselesaikan di antara mereka. Malam ini, dia tahu, adalah saatnya untuk dia membahas tentang nafkah batin yang selama ini belum pernah dia berikan pada istrinya.Dan, tanpa banyak berkata-kata, Al membantu Navya untuk berbaring, dan dia pun ikut berbaring di sampingnya, berhadapan, dan menatap lekat wajah cantik istrinya."Aku bodoh banget selama ini, Nav," ucapnya lirih."Bodoh? Bodoh kenapa, Mas?" tanya Navya yang tak mengerti akan maksud suaminya itu.Al menyingkirkan anak rambut yang sedikit menutupi wajah Navya dengan lembut. "Bodoh karena mengabaikan istri secantik kamu."Perkataan itu berhasil membuat kedua pipi Navya sedikit memerah, jantungnya berdegup kencang. Dia sungguh berhasil membuat istrinya gugup.Al tersenyum melihat Navya yang nampak malu, "Aku baru sadar kalo istri aku cantik banget." "Ih, apa sih, Mas. Masih kalah cantik lah aku dibanding Zoya," sungut Navya mencoba mengalihkan rasa gugupnya."Leb
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

Bab 22. Ancaman Navya

Navya tertegun mendengar kata-kata Al yang baru saja diucapkan dengan penuh ketulusan. Nafkah batin. Sesuatu yang selama ini tak pernah ia bayangkan akan datang dari suaminya yang, meski sudah tiga tahun menikah, belum pernah benar-benar mendekatinya secara emosional, apalagi fisik. Detik-detik berlalu terasa lambat. Navya bisa merasakan jantungnya berdebar lebih kencang, tubuhnya mendadak kaku. Dia tidak siap. Meskipun mereka sudah terikat dalam ikatan pernikahan, perasaannya belum sepenuhnya menyusul status itu. Dia merindukan cinta yang nyata, bukan hanya kewajiban. Dengan hati-hati, Navya menggelengkan kepalanya pelan, membuat Al terdiam menunggu jawabannya. "Maaf, Mas," bisik Navya, suara lembutnya hampir tak terdengar. Dia menatap mata Al, berharap suaminya mengerti perasaannya. "Aku ... aku belum siap." Al mengerutkan kening, jelas merasa bingung. "Kenapa, Nav? Aku nggak mau memaksakan apa pun ke kamu. Kalo memang kamu nggak mau malam ini, aku nggak akan maksa. Tapi ... ken
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

Bab 23. Keributan Di Pagi Hari

Al menarik napas panjang, menyadari bahwa dia harus segera menenangkan Navya sebelum masalah ini semakin memanas."Nav," ujar Al dengan suara lembut, "dengerin aku dulu, ya. Aku ngerti kamu kesel. Tapi aku janji, aku nggak akan biarin Zoya buat bikin kamu merasa terganggu lagi di sini. Aku udah bilang sama dia, ini rumah kita, bukan rumahnya. Kamu nggak perlu khawatir, aku yang akan atur semua. Kamu nggak perlu sampai mikir buat pergi dari rumah ini, oke?"Navya menatap Al, keraguan masih membayang di matanya. "Mas, aku beneran capek sama drama ini. Setiap kali ada masalah sama dia, pasti aku yang kena imbasnya. Dan aku nggak bisa terus-terusan kayak gini."Al mengangguk, menatap Navya dengan penuh kesungguhan. "Aku ngerti. Tapi ini terakhir kalinya, Nav. Aku akan hadapi Zoya sendiri. Kamu nggak perlu ikut campur, biar aku yang beresin. Please, percaya sama aku kali ini."Setelah beberapa saat, Navya menghela napas panjang dan mengangguk kecil. "O
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

Bab 24. Rencana Licik

Al menatap Navya yang masih terlihat tegang dan cemas. Dia tahu pertanyaan Navya soal hak asuh itu bukan tanpa alasan, tapi mereka tak bisa membahasnya sekarang dengan Lexa yang menghentikan langkahnya, dan masih berdiri di sana. Dia mengedipkan matanya pada Navya, memberi isyarat agar berhenti bertanya dulu.Navya memahami maksud Al. "Lexa, Sayang," katanya sambil tersenyum lembut pada gadis kecil itu, "bisa bantu Mama bangunin Abang Axel? Terus kalian mandi dulu, ya. Kan kita mau pergi ke playground seperti yang Mama janjiin tadi malam."Lexa yang tadi masih bingung akhirnya mengangguk dan berlari ke arah tangga. "Oke, Ma!" jawabnya kembali riang.Setelah Lexa naik ke lantai atas, Navya langsung berbalik menghadap Al. “Mas, beneran nggak apa-apa kalo dia beneran nuntut hak asuh? Aku cuma takut ....”Al langsung merangkul Navya, menariknya dalam pelukan yang hangat. Dia mencium puncak kepalanya dengan lembut, mencoba menenangkan kecemasanny
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

Bab 25. Pria Penolong

Al akhirnya menghela napas panjang, merasa terjebak di antara kewajiban dan kenyamanan keluarga kecilnya. Dengan tangan yang sedikit gemetar, dia menjawab panggilan itu. “Halo ... Tante?” Suara Al terdengar berat, seperti sedang bersiap untuk mendengar kabar buruk. Dari seberang telepon, suara Merry terdengar menangis terisak dengan penuh kepura-puraan. “Al ... tolong. Zoya ... dia butuh kamu. Dia ... dia tadi batuk darah banyak banget, Al. Tapi dia nggak mau dibawa ke rumah sakit. Dia bilang, dia mau ... dia mau mati aja, karena katanya kamu udah bahagia sama Navya dan anak-anaknya. Dia merasa udah merusak kebahagiaan kamu. Dia nggak mau merusak kebahagiaan kalian. Dia nyerah sama penyakitnya, Al. Tolong ... tolong datang ke sini sekarang, Al." Al terdiam, menatap Navya yang masih memperhatikan dengan tatapan penuh pertanyaan. "Tante takut sesuatu yang buruk terjadi sama dia. Cuma kamu yang bisa bujuk dia, Al. Tante mohon. Tolong Tante. Setidaknya, lakukan ini demi putri k
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

Bab 26. Teman Lama

Navya merasa tubuhnya lemas dan pusing, seolah dunia di sekitarnya berputar. Tepat saat ia hampir jatuh, sebuah tangan kuat menahan tubuhnya dengan cepat. “Navya?” Suara pria itu terdengar terkejut. Navya, yang masih setengah sadar, perlahan mengangkat pandangannya. Seketika jantungnya berdegup kencang saat melihat wajah yang tak asing baginya—Sean, teman lamanya yang sudah bertahun-tahun tak ditemuinya, sekaligus adik dari Zoya. Raut wajah Sean dipenuhi kekhawatiran. "Sean?" tanya Navya, suara dan tatapannya masih lemah. “Ka-kamu ... kamu ngapain di sini? Bukannya kamu di London?” "Aku harusnya yang tanya, kamu ngapain sendirian, di sini, huh? Mau pingsan pula. Kamu sakit?" Sean bertanya dengan nada prihatin sambil membantu Navya berdiri lebih tegak. Navya menepis tangannya pelan, mencoba menstabilkan dirinya sendiri. “Aku nggak apa-apa, cuma maag aku aja yang lagi kambuh,” jawabnya dengan nada datar, mencoba menyembunyikan kegundahannya. Sean memicingkan mata, jelas tida
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

Bab 27. Kiriman Foto

Navya menunduk, merenung sejenak. Dia merasa ada kebenaran dalam kata-kata Sean, namun untuk membuat keputusan itu butuh keberanian yang belum tentu dia miliki. “Kalo kamu butuh temen ngobrol atau butuh bantuan, kamu tau dimana harus cari aku, Nav. Nomer aku masih yang dulu kok. Aku juga aktif di sosmed. Kamu tinggal DM aku aja kalo emang kamu udah nggak save nomer aku. Jangan ragu buat chat aku kapanpun kamu mau,” ucap Sean dengan penuh ketulusan. Navya menatapnya lagi, kali ini ada secercah harapan di matanya. "Makasih, Sean." "Eh, nggak sadar, ya. Kok kita awet banget ya ngobrol di depan toilet kayak gini. Gimana kalo kita ke kafe atau ke mana gitu yuk buat lanjut ngobrol?" ajak Sean. Navya tersenyum tipis, "Maaf, Sean. Aku mau pulang, mau istirahat. Next time aja, ya." Sean tersenyum dan mengangguk, meskipun sorot matanya terlihat kecewa. "Kalo gitu, aku anter kamu pulang aja, ya? Gimana?" "Nggak usah. Aku udah pesen taksi online kok. Nih drivernya udah chat aku. Aku
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Bab 28. Menghilang

Navya menatap layar ponselnya yang kini penuh dengan air mata. Di situ, ada foto Al yang sedang menatap Zoya dengan tatapan sendu sambil menggenggam erat tangan Zoya. Foto itu dikirim langsung oleh Zoya dengan pesan singkat.Mak Lampir :Inget ini baik-baik, cewek udik! Al cuma akan jadi milik aku. Cinta dia cuma buat aku. Jadi, jangan mimpi kamu bisa dapetin cinta dia!Bohong jika Navya mengatakan dia baik-baik saja. Hatinya benar-benar merasa hancur sekarang. Bukan hanya sekali ini sebenarnya Zoya mengirim foto-foto yang sengaja dikirim Zoya untuk memprovokasinya.Biasanya, yang dia rasakan tidak sesakit ini. Tapi, mengingat betapa Al memohon padanya untuk tidak bercerai, dan segala perlakuan manis, juga perhatian yang Al berikan kepadanya beberapa hari terakhir ini, membuatnya sedikit memiliki harapan bahwa Al bisa mencintainya.Namun, setelah apa yang terjadi hari ini, juga kiriman foto itu, dia hanya bisa tersenyum getir dengan air mata yang enggan untuk berhenti mengalir. "Kamu
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Bab 29. Kamu Di mana?

Al bergegas membawa Axel pulang, tetapi di kepalanya masih berputar soal Navya. Sesampainya di rumah, Axel, yang baru keluar dari mobil, segera bertanya, "Papa, Mama udah pulang belum?" Al menelan ludah, mencoba tetap tenang meskipun hatinya berkecamuk. "Mama masih di panti, Nak. Papa mau jemput Mama sekarang." Axel berhenti sejenak di depan pintu rumah, wajahnya tampak khawatir. "Aku ikut, Pah! Aku mau ikut jemput Mama ke panti!" Al langsung menghentikan langkahnya dan menunduk, meraih bahu Axel dengan lembut, namun suaranya tegas. "Nggak, Axel. Kamu istirahat aja di rumah. Ini sudah malam, kamu harus tidur. Papa bisa jemput Mama sendiri." Axel merajuk, menatap Al dengan mata yang berkaca-kaca. "Tapi, Pah, aku—" "Axel ...." Al memotong dengan nada lebih tegas kali ini, menatap putranya dalam-dalam. "Denger Papa. Kamu tinggal di rumah dan istirahat. Besok pagi, Mama pasti udah di rumah." Axel mengangguk pelan, merasa tak berdaya di hadapan ketegasan Al. Dia selalu takut jik
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Bab 30. Gagal Bertemu

Al melangkah kembali ke mobilnya, merasa semakin tenggelam dalam kebingungan dan kekhawatiran. Sementara hujan telah berhenti, dinginnya malam seolah mencerminkan kehampaan yang dirasakannya. Dia mulai bertanya-tanya, kenapa rasa cemas dan takut ini begitu menguasainya. Apakah ini karena dia sudah mulai mencintai Navya, atau sekadar rasa bersalah yang terus menghantuinya? Ketika dia menyusuri jalan menuju rumah, pikirannya dipenuhi bayangan Navya. Setiap momen yang pernah mereka lalui bersama berputar di benaknya—wajah Navya yang ceria saat selalu menyambutnya pulang, tangannya yang selalu sibuk mempersiapkan segala keperluannya tanpa keluh kesah. Al menghela napas panjang. “Apa aku bener-bener udah mulai cinta sama dia?” tanya Al dalam hati, tanpa mampu menemukan jawabannya yang pasti. Setiap kali dia memikirkan betapa hancurnya Navya saat ini, hatinya terasa semakin tertekan. Namun, dia tidak tahu apakah tekanan itu berasal dari rasa cinta, atau hanya sekadar rasa bersalah atas
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status