Home / Romansa / Wanita Yang Kau Pilih / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Wanita Yang Kau Pilih: Chapter 151 - Chapter 160

171 Chapters

151. Cinta Tiada Akhir

Pagi sekali mereka bersiap untuk kembali melanjutkan perjalanan yang tertunda, sejak semalam sang mama sudah berkali-kali menghubungi mereka, khawatir karena sampai larut malam tak kunjung pulang, juga tidak memberi kabar sedikit pun. Meski Laksa sedikit mengomel karena sang mama masih saja memperlakukannya seperti anak kecil, tapi tak urung juga dia langsung tersenyum cerah saat melakukan panggilan video dengan sang mama. Perhatian yang sungguh membuat Luna iri, dulu dia juga begitu, sebesar apapun dirinya bundanya tetap menganggapnya anak kecil yang harus selalu beliau perhatikan, agak risih sebenarnya, tapi Luna sadar itu adalah cara para ibu untuk mengungkapkan kasih sayangnya pada anak-anaknya.“Kamu tidak ingin mampir ke mana pun?” tanya Laksa yang sudah bersiap di balik kemudi mobilnya. “Ke mana? Bukankah kita sudah makan pagi?” “Bukan makan pagi maksudku, tapi makanan ringan atau mungkin kamu ingin membeli oleh-oleh untuk orang rumah.” Daerah yang mereka lewati memang ban
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

152. Jimat Keberuntungan

Laksa mengepalkan tangannya dengan geram , dia baru saja mengecek akun media sosial miliknya dan mendapati banyak sekali DM yang masuk ke ponselnya. Dia memang bukan orang yang selalu update di media sosial, dia memiliki media sosial hanya untuk urusan pekerjaan saja, isi media sosialnya pun sangat membosankan, hanya ada nama-nama kolega bisnisnya juga beberapa nama badan amal yang biasa dia kunjungi. Bahkan dia baru berteman dengan akun media sosial Luna sebelum pesta pernikahannya, itu pun karena sang mama yang protes karena akan menimbulkan spekulasi yang lain. Akan tetapi tak pernah sekali pun media sosialnya dibanjiri oleh DM seperti ini, dan itu karena postingan seseorang yang mentag namanya. “Seorang ibu akan selalu merindukan anaknya, meski sang anak tidak menganggapnya.” Dan postingan itu langsung viral, banyak akun yang menanyakan apa hubungan sang ibu dengannya, dan apa maksudnya ini semua. Sungguh sangat licik, ternyata ancaman Laksa yang
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

153. Laki-laki Berbahaya

Seperti hari-hari sebelumnya saat sarapan pagi bersama, Luna akan mengambilkan nasi dan lauk pauk yang diinginkan suaminya setelah itu dia akan melangkah ke meja paling ujung di mana kepala keluarga ini duduk, lalu mengambilkan makanan untuknya juga, dulu sebelum Luna menjadi bagian dari keluarga ini para asisten rumah tangga atau sang mama mertua yang melakukannya. Waktu itu Luna hanya kasih karena sang kepala keluarga yang lumpuh dan duduk di kursi roda itu harus kesulitan mengambil makanan yang diinginkannya. “Terima kasih, Nak.” “Sama-sama, Opa.”Luna lalu kembali ke tempat duduknya dan mengambil makanan untuk dirinya sendiri, suasana makan yang hening tanpa adanya percakapan menjadi hal yang biasa terjadi di sini, berbeda dengan saat dia di rumah ayahnya saat menggunakan waktu makan untuk bercerita satu sama lain. Yah meski makan sambil bicara bukan hal yang baik, tapi itu tak mengubah rasa hangat yang tercipta. “Aku ingin bicara pada semuanya setalah in
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

154. Kamu Masa Depanku

Luna bukan anak orang kaya pekerjaan ayahnya yang hanya seorang guru, tidak memungkinkan keluarganya hidup mewah, apalagi saat dia masih kecil dulu, ayahnya yang hanya seorang guru honorer dengan gaji minim, yang hanya cukup untuk makan mereka saja. Saat tanggal gajian tiba, ibunya membeli ayam atau telur sebagai teman makan nasi, tapi saat tanggal gajian telah lama terlewat mereka harus rela makan nasi garam, tapi Luna tak pernah mengeluh, kedua orang tuanya adalah sosok idolanya, yang tidak pernah berputus asa dalam menjalani kehidupan sulit mereka, sampai ayahnya diangkat menjadi pegawai pemerintah dengan gaji yang sangat lumayan, bahkan mereka bisa membeli rumah sendiri dan sebuah mobil tua yang kadang terbatuk di tengah jalan. Tapi kasih sayang yang diberikan kedua orang tuanya tak pernah luntur untuknya, dan mendapati interaksi Laksa dengan kedua orang tuanya yang bahkan lebih kaku dari pada kepala sekolah galak jaman dia masih sekolah membuatnya sedikit heran
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

155. Nasi Hajatan

"Kok baju yang itu, Sayang?" Luna menoleh ke arah suaminya yang masih memakai handuk di pinggangnya untuk menutupi area pribadinya, hal yang biasa Luna lihat akhir-akhir ini, tidak ada lagi adegan menjerit seperti saat awal mereka menikah dulu, Luna bahkan sudah hapal semua lekuk tubuh Laksa, begitu juga sebaliknya. Luna melangkah menggampiri kemeja warna salem yang dia siapkan untuk Laksa, mengamati sejenak kemeja itu, lalu melihat Laksa. Tidak ada yang salah dengan kemeja ini? "Memangnya kenapa?" tanya Luna tak mengerti, tumben sekali suaminya ini protes, biasanya apa yang Luna siapkan selalu dipakai sang suami tanpa berprotes lagi, hari ini dia memang sengaja memilihkan baju yang bukan biasa Laksa pakai, baju sebegitu banyak sayang banget kalau yang dipakai itu-itu saja. Laksa menghela napas, dia tak mungkin bukan mengatakan kalau baju ini dibelikan Raya, meski menggunakan uangnya, saat mereka jalan-jalan ke Singapura tahun lalu, Luna pasti ngambek dan Laksa tidak mau itu.
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

156. Sayembara

Hari ini sepertinya bukan hari terbaik untuk Luna, sejak pagi dia sudah kesal karena hal-hal kecil yang sangat konyol, entah karena dia tidak menemukan kardigan kesayangannya atau karena bajunya banyak yang tidak muat karena perutnya yang sudah mulai membesar. Puncaknya saat sore tadi dia ikut bersama ayahnya dan tidak mendapatkan nasi hajatan seperti yang dia inginkan, padahal tadi dia sengaja tidak makan supaya bisa makan nasi itu banyak-banyak. “Tidak ada pertunjukan, Lun, dan aku juga tidak sedang ada hajatan? Ada apa? Apa kamu mau menari lagi di acara hajatan? Memangnya suamimu bolehin?” Rentetan pertanyaan Vira yang sangat panjang seperti kereta api itu malah membuat Luna makin pusing. Dia lalu terisak kecil, membuat Vira yang ada di seberang sana dilanda kepanikan. “Luna kamu kenapa? Apa ada masalah dengan suamimu? Kamu di mana sekarang? Biar aku ke sana.” Luna bahkan tak sanggup untuk menjawab pertanyaan Vira, Laksa yang duduk di de
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

157. Langit Merah muda

Laksa sungguh kesal dengan laki-laki itu, apalagi panggilan mereka berdua yang terdengar sangat mesra di telinganya, sebagai suami tentu saja dia cemburu, hatinya tak cukup lapang untuk membiarkan orang lain memberi perhatian pada sang istri. Entah apa hubungan Luna dan Dinosaurus itu. Laksa bukan laki-laki yang pencemburu sebenarnya, dulu bersama Raya dia tak akan ambil pusing saat pacarnya itu makan malam romantis dengan kawan modelnya atau dengan beberapa laki-laki, dia tahu itu pekerjaannya dan dunia, Laksa tak berhak melarang, tapi dengan Luna dia selalu merasa tidak senang jika ada laki-laki yang dekat dengan istrinya itu, meski dengan alasan teman atau semacamnya. Laksa di dera kebimbangan hatinya terasa tak nyaman rasa takut kehilangan membuatnya menempatkan Luna dalam sangkar yang dia buat. Apa ini perasaan yang wajar untuk seorang suami? “Kakak kenapa?” tanya Luna yang ternyata mengikuti Laksa ke dalam kamar. “Kamu makan
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

158. Dia Kembali

Laksa menatap bayangannya di dalam cermin toilet, dia tersenyum sendiri mengingat kekonyolannya tadi bertengkar dengan Luna yang berakhir dengan acara suap-suapan, yang kalau dia ingat ingin bergidik sendiri, bagaimana mungkin dia bisa melakukan hal sekonyol itu bersama Luna, seolah mereka ABG yang sedang jatuh cinta. Benar jatuh cinta? Apakah dia memang sudah jatuh cinta sejatuh itu pada istrinya itu. Laksa memegang dadanya, ada yang berdetak kencang di dalam sana saat mengingat Luna, senyumnya, tingkah manjanya, kekeras kepalaannya, kepolosannya dan juga tingkahnya yang kadang sangat menyebalkan, semua hal yang dulu sangat tidak disukainya dari pacar-pacarnya, kini malah semua berkumpul dalam diri sang istri, dan dia ... menyukainya. Entah sihir apa yang dimiliki Luna, sifat jelek sang istri malah terlihat menggemaskan di matanya. Sekali lagi Laksa membenahi penampilannya, lalu mencuci tangannya dengan air yang mengalir, dilihatnya jam tangan di pergelangan
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

159. Rasa Tertinggal

Laksa langsung melangkah cepat ke dalam cafe, dan mendapati Luna masih duduk ditempat tadi dia meninggalkannya membuat perasaan bersalah Laksa sedikit berkurang, istrinya itu masih di sana, berusaha menghabiskan segelas besar ice cream yang telah separuh mencair. Ah.. Luna dia pasti sangat bosan menunggunya. “Sudah cukup makan ice creamnya kamu bisa sakit perut,” kata Laksa sambil mengambil sendok ice cream yang dimainkan oleh sang istri. “Kak Laksa, kakak baik-baik saja?” tanya Luna penuh dengan kekhawatiran. Seketika rasa bersalah kembali menyerang Laksa dengan hebatnya, membuat laki-laki itu kesulitan bernapas, sang istri tampak sangat khawatir, sedangkan dia dia seenaknya bicara dengan mantan kekasihnya. “Aku baik-baik saja, maaf pasti kamu menungguku lama.” “Syukurlah kalau begitu, aku pikir kakak sakit perut, aku sudah bolak-balik tiga kali ke toilet dan bertanya pada orang yang baru keluar dari sana, tapi dia bilang tak m
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

160. Alarm Bahaya

Sejak saat itu banyak sekali pesan yang masuk dari Raya ke phonsel Laksa, membuat laki-laki itu langsung memblokir nomer Raya, tapi Raya yang memang keras kepala dan tidak mengenal kata tidak, terus saja menghubungi Laksa dengan nomer yang lain. Kata-kata yang sama setiap hari mengawali pagi Laksa, sampai dia bosan dan membiarkannya saja tanpa membalas apa pun. Laksa memandang bayangan Luna yang menghilang ditelan pintu kamar mereka, melakukan tugas biasa yang dia lakukan tiap pagi, membantu mama dan bibi untuk menyiapkan sarapan pagi. Laksa menghela napasnya dengan berat, bahkan dia tak sanggup untuk menceritakannya pada Luna tentang semua ini, bukan karena Laksa ingin menjalin hubungan diam-diam dengan Raya, tapi dia khawatir sang istri dibuat stress karena kelakuan mantan pacarnya itu. Luna bukan tipe orang yang dengan gamblang bisa mengungkapkan isi hatinya pada orang lain, jadi membuat Laksa sulit meraba perasan hati istrinya itu.
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more
PREV
1
...
131415161718
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status