Home / Romansa / Cinta Si Kembar / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Cinta Si Kembar : Chapter 11 - Chapter 20

66 Chapters

Meminta Maaf

“Mas Reno, antar sampai disini saja!”Maya berkata setelah mobil Reno sampai gerbang rumah sakit.“Ada apa? Apa kamu tidak ingin mengajakku masuk dan memperkenalkan aku pada ibumu?” dengus Reno sedikit kesal secara tidak langsung dia diusir oleh Maya—istri kontraknya.“Aku hanya menjenguk sebentar, Mas. Bukannya Mas Reno bilang, aku harus menyelesaikan urusan pekerjaanku. “Maya berkata sedikit ragu, menarik wajahnya perlahan, dia tidak ingin membuat Reno marah padanya atau memberikan laki-laki itu kesempatan untik menjamah tubuhnya.Hari ini sudah terasa cukup melelahkan bagi Maya. Dia meski belum terbiasa pun harus bersikap seperti wanita murahan kalau dihadapan Reno.“Hah, baiklah. Aku lepaskan kali ini. Cepat selesaikan pekerjaannya dan aku ingin hari ini kau keluar dari pekerjaanmu, mengerti?”Maya mengangguk cepat dan tidak ingin membahas apapun lagi.“Dan kalau bisa, jangan sampai menunggu dua bulan untuk memutuskan pacarmu itu. Aku tidak suka istriku berdekatan dengan laki-lak
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Mengundurkan Diri

Pintu ruangan Bram dibuka, Maya mendengar dia bersiul memasuki ruangan."Ya ampun, Maya, bikin kaget saja. Aku pikir siapa? Ehm, kamu gak apa-apa kan sayang? Kok kamu gada kabar dari kemarin?"Jelas Maya melihat kepura-puraan Bram. Dia masih tidak mengira akan mendapatkan hal seperti tadi. Maya bahkan sudah menunggu Bram lebih dari setengah jam di ruangannya.Bram mencoba mendekati Maya, namun Maya menghindar. Baginya sudah cukup tontonan tadi menjawab semua. Dia ternyata salah menilai, dia pikir Bram laki-laki baik dan sempurna. Dia akan tulus pada Maya. Ternyata semua salah."Tapi, aku gak lihat kamu menelpon atau mengirimkan pesan padaku, Mas? Benarkah kamu mencari aku?"Maya memicingkan matanya, dia ingin mendengar jawaban dari laki-laki yang selama dua tahun ini dia cintai."Ah, soal itu, emmm, aku sibuk. Aku ... kamu pasti tahu kan, ini sudah mau akhir bulan dan harus melakukan stok barang," jelas sekali di telinga Maya, Bram sedang mencari alasan."Sibuk? Stok barang? Maksud ka
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Sudah Putus

"Maya, tunggu. Jangan pergi!” Bram mengejar Maya, tepat saat Maya akan turun dia berpapasan dengan Lita. Wajah Lita terlihat berseri dan Maya jelas melihat dileher Lita, bekas tanda merah itu terlihat jelas.Bram mendadak kikuk. Jika dihadapkan dengan posisinya, dia akan merasa bingung. Dia menginginkan Maya menjadi istri karena kedua orang tuanya menyukai Maya. Sedih dengan Lita, kebutuhan biologis Bram tanpa diminta pun Lita akan selalu memberikannya sinyal.Padahal jika Bram berpikir jernih, cepat atau lambat nanti pun dia akan bisa merasakan dan mendapatkan semua dari Maya. Tapi, yang namanya kucing garong, mana dia menolak meski dikasih tulang ikan.Maya hanya sesaat saja bertatapan, lalu menghindari tatapannya. Bergegas turun dan Bram masih mengejarnya."Maya, tunggu! Kita bicara baik baik dulu. Tolong, jangan pergi, Maya!"Bram berhasil meraih tangan Maya, diluar toko Maya dicegah pergi oleh Bram. Tapi, sedetik kemudian Maya terkejut saat melihat seorang pria yang sedang meloto
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Maafkan Aku

“Huhuhu, jangan sentuh aku, Rama, lepaskan aku, huhuhu!” Maya terus berontak dan menjerit. Rama sedang berusaha menenangkan Maya dalam pelukan. Memeluk Maya dan mengusap rambutnya.“Tenang dulu, dengarkan aku, tenang Maya. Tolong dengarkan aku dulu!” Maya terus memukuli dada Rama. Menangis sekencangnya. Saat ini hatinya seperti terbakar. Panas dan terasa menyakitkan.“Tega kamu, Rama. Kenapa kamu lakukan itu denganku. Apa salahku, kenapa kamu tega melakukan ini padaku. Aku ini istri kakakmu, Rama. Tega kamu!”Maya tidak ingin mendengar penjelasan apapun dari Rama. Disentuh oleh Reno saja, Maya sudah merasa seperti wanita murahan. Belum lagi permintaan Reno yang aneh-aneh agar dia bisa mengeksplor diri jika sedang bercinta dengan Reno. Kini, dia, tubuhnya malah digagahi oleh adik ipar yang berwajah sama dengan suami kontraknya.Maya masih belum mengetahui perbedaan keduanya. Masih terlalu identik. Suara, wajah, bentuk tubuh, semuanya terlihat mirip dengan Reno, suami kontraknya.“Tolo
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Menjadi Santapan

Untuk pertama kalinya Rama berada di lingkungan yang tidak biasa. Dia yang sering menjalin hubungan dengan kolega atau wanita-wanita kelas atas, pemandangan di depan matanya bukan adalah hal baru.Gang sempit yang hanya bisa di masuki oleh satu motor. Kiri kanan penuh dengan rumah padat penduduk. Benar-benar pemandangan langka dimatanya.Hah, yang benar saja? Reno? Apa dia benar-benar sudah gila. Darimana dia menemukan gadis sepertinya? Dia bukan dari wanita kalangan elite, bahkan penampilannya memang tidak mirip dari keluarga berada, tapi aku tidak menyangka kalau dia akan tinggal di tempat kumuh seperti ini. Bahkan kamar pelayan di rumah saja tinggal dikamar yang lebih baik.Dukk!“Aw!”Maya menoleh saat Rama memegangi dahinya sambil menyerinyit. Dia baru saja membuka pintu dan gadis itu tidak perduli, mengabaikan dan masuk. Saat dia ingin menutup pintu, jelas pintunya ditahan oleh Rama.“Apa ada manusia tinggal disini. Sudah kotor, bau, jelek dan apa ini, kau benar-benar tinggal
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bukan Wanita Murahan

"Ya sudah, pulanglah. Aku mohon. Aku mau istirahat," sepertinya tidak ada penolakan lagi dari Rama."Tunggu sampai makanan datang dan kau menyelesaikan makanmu, oke? Lalu benar kau tidak mau pulang ke rumah?"Maya sedikit menarik sudut bibirnya kecut. Kata pulang yang dimaksud seperti mengingatkan dirinya untuk kembali ke sarang serigala kelaparan. Bukan lapar dengan kata sesungguhnya, tapi lapar pada kehangatan di ranjang panas.Rasa lelah menolak dua saudara kembar ini pun sudah tidak berguna. Maya lebih baik diam dan menurut agar semua cepat selesai."Aku akan mengatur tempat tinggalmu. Aku tidak suka melihat kamu tinggal ditempat seperti ini, mengerti?"Hah, sudah seenaknya sendiri melakukan apapun dengan tubuhku. Dia memang sama saja dengan yang satunya. Tidak ada bedanya. Benar-benar kembar identik. Selalu sesuka hati. Tapi, bagaimana aku menandainya, aku tidak akan mungkin terus bersikap seperti tadi kan? Pasah? Itu bukan keinginanku, tapi kalau sudah berurusan dengan uang, ah
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Dimana Istriku

"Tuan, pesanan Anda." Salah satu pengawal memberikan satu pepar bag berukuran lumayan besar."Umm." Setelah menerima anggukan, dia pergi."Kemari My Bee," Maya tetap tidak beraksi, meskipun air liurnya terasa di tenggorokan saat dia mencium aroma yang semerbak dari paper bag itu."Come on, kemarilah, babe, my bee, ayolah, hummm. Atau kau menginginkannya lagi?" desak Rama, melihat tidak ada reaksi dari Maya."Jangan harap!" delik Maya spontan membuat segurat senyuman di sudut bibir Rama."Aku letakan disini. Aku akan pulang. Soal yang terjadi di hotel dan barusan aku akan menyimpan dan merindukan lagi, sayang. Aku harap kamu cepat kembali ke rumah. Aku menantikan kepulanganmu. Aku berjanji, saat kamu pulang, aku akan berusaha menahannya, ya meskipun aku tidak yakin, oke?"Maya memberikan tatapan frustasi. Jujur dibandingkan dengan Reno, cara bicara Rama lebih baik dan lembut, setidaknya itu yang dirasakan Maya."Oke. Diammu aku anggap sebagai tanda persetujuan dari kamu. Aku hanya berh
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Lepaskan Aku

"Awwww!!" Jerit Maya, dia merasakan sakit sekaligus kaget saat rambutnya dijambak oleh Reno."Berani sekali kau tidak pulang dan tidak memberikanku kabar? Apa kau lupa dengan perjanjian kita. Kau harus memberiku kabar kemanapun, kalau tidak jangan salahkan aku memberikan hukuman!"Cengkraman di rambut Maya membuat gadis itu menengadah ke belakang. Kepalanya terasa nyeri dan berdenyit tak karuan."Ma-maaf, Mas, ponselku mati. Aku, itu, argghh!" jeritnya lagi kerena Reno mencengkram rambutnya semakin kuat."Alasan!""Sumpah, Mas!""Bohong!""Aw, aghh, aku tidak berbohong, Mas. Mas cek saja, argghh!"Reno menghempaskan cengkraman tangannya dan melihat kamar kecil milik Maya. Dilihatnya ponsel Maya tergantung pada plastik dan terhubung dengan aliran kabel listrik yang menandakan memang masih dalam pengisian daya."Kenapa tidak pulang, hah? Kalau aku tidak mendapatkan alamatmu, apa kau akan tetap disini? Hah!"Maya tak menghiraukan ucapan Reno, gadis itu sedang memeriksa lututnya yang lece
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Cobalah

"Jangan banyak bergerak. Duduk baik-baik. Bersikaplah seperti istri yang baik. Menurut pada suami, tidak usah macam-macam!" Reno sedang mengoceh saat menurunkan tubuh Maya di sofa ruang tamu.Tidak ada jawaban dari Maya. Gadis itu bungkam. "Kau bisu?" dengus Reno kesal. Saat dia kembali dengan kotak P3K."Apa pedulimu?""Jelas aku peduli, kalau tidak ada suara yang keluar dari mulutmu. Itu tidak akan asik," gadis itu tahu kemana arah pembicaraan mereka."Dasar mesum. Tidak adakah waktu, tidak memikirkan hal itu!""Akan ada. Pasti, tapi...." Maya menarik wajahnya menatap suami kontraknya. Dia sedang membersihkan luka dengan alkohol dan mengoleskan salap di lutut Maya yang lecet."Kenapa menatapku? Apa ada yang salah dengan ucapanku?" Maya menggelang pelan."Aku tidak akan kasar dan berpikiran mesum lagi kalau kau sudah menurut padaku, mengerti?"Kini tak ada reaksi apapun dari gadis itu. Maya kembali terdiam."Tuan, sarapannya sudah siap," seorang pelayan datang memberi tahu."Umm." Re
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Ancaman

"Ini apa, Mas?" Reno meletakkan satu buah kunci ke tangan istri kontraknya."Ini milikmu!" Gadis itu menakutkan alisnya bersamaan. Masih belum memahami dengan kunci pemberian suami kontraknya. Maya membenarkan posisi rebahan menjadi bersandar di ujung ranjang. Lalu gadis itu membekap mulutnya. "Mas!""Umm, apa coba?" Reno penasaran apa yang akan dikatakan istri kontraknya. "Mas benar-benar sudah menghancurkan rumah kontrakanku, Mas. Mas tega deh, aku kan sudah bilang, itu rumah orang!" dengus gadis itu sedikit kesal karena diberikan kunci. "Apa itu terlihat kunci rumah kontrakanmu?" Kembali gadis itu melihat kembali. Satu buah kunci berwarna silver di tangannya tidak mirip dengan kunci kontraknya. "Ah, bu-bukan. Ini kunci apa, Mas? Dan, bagaimana dengan rumah kontrakanku? Apa kamu benar-benar menghancurkannya?" Wajah gadis itu yang kini penasaran menanti jawaban. "Tidak sayang, aku tidak menghancurkan. Aku meminta Markus mencarikan satu apartemen untukmu, tepatnya membelinya. Ak
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more
PREV
1234567
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status