Home / Rumah Tangga / Madu Suamiku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Madu Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20

32 Chapters

Meminta Restu

"Duduk yuk bu.""Ah ya... Ayo, ndek mana? Ndek kursi teras aja? Apa di sini?""Disini aja buk,"Mereka berdua pun duduk. Zahra mulai mengatur posisi dan mengatur jantungnya yang mulai berdegub tak beraturan."Ibuk?""Iya?""Zahra sudah mengijinkan jika Mas Dimas mau menikah dengan Nisa." ucap Zahra setelah menghela nafas. Bu Sukma kaget, dan mendongak menatap wajah Zahra dengan tatapan yang sulit di artikan. "Tapi ibuk jangan khawatir, Zahra masih tetap jadi menantu ibuk kok.""Nduk?""Njih buk. Insyaallah Zahra mengijinkan atas kemauan Zahra sendiri dan Zahra juga masih mempertahankan pernikahan Zahra dengan Mas Dimas. Demi anak-anak. Demi ibu juga,""Masyaallah, subahanallah, hatimu nduk... Ibuk isin tenan, ibuk malu. Ibuk malu Dimas sudah menyakiti wanita sebaik kamu. Ibuk malu nduk.""Ssst, sampun bu. Ndak apa. Dan Zahra harap, Ibuk juga bisa merestui Mas Dimas ya. Karena restu ibu juga penting. Zahra juga tak mau, karena masalah ini Mas Dimas menjadi durhaka, menjadi berdosa ka
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Sesakit inikah Rasanya ?

"waktu itu Bunda kena serangan jantung waktu mendengar bahwa Nisa telah menjadi Istri kedua dari Dimas.""Astagfirullah," ucap Zahra dan Bu Sukma berbarengan. "Mbak, mohon maaf ya mbak. Semua jadi kacau begini," ucap Zahra merasa tak enak. "Nggak nggak, harusnya kami yang minta maaf mbak. Terutama sama kamu, ya. Sebagai istri Sahnya Dimas," ucap Nina. Zahra mengangguk. "Eum... Sepertinya kalian mending pulang dulu aja gimana? Situasinya masih gini. Timmingnya kurang tepat. Dan kamu Sa, kamu jangan keluar dari rumah ini kalau nggak mau suasana makin kacau."Nisa menghela nafas, "tapi... Ya udahlah" Akhirnya ia setuju dengan apa yang di katakan Nina. Sebab dia sendiri tahu jika Ayahnya marah seperti apa. Dimas juga setuju untuk saat ini. Malam itu juga Dimas kembali membawa keluarganya pulang ke Malang. Sepanjang perjalanan tak ada percakapan di antara mereka. Hanya suara suara kecil dari bibir mungil Rayyan dan Zahwa yang saling bersahu
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Ya, sesakit itu, Mas !

"Bisa nggak Neng? Sini biar Mas aja." ucap Hakim saat melihat Nadia tampak kesusahan memasang lampunya. "Enggak usah. Ini udah bisa kok," ucapnya sembari terus memutar putar bohlam lampunya. "Nah, sudah selesai." ucapnya lalu turun. Zahra tampak berjalan menuju saklar lampu dan mencoba menyalakannya. "Alhamdulillah," Kemudian ia mengambil kembali tangganya mau di bawa turun di kembalikan ke tempatnya. "Sini aja aja yang kembaliin," Ucap Dimas tapi Zahra tak mengindahkan tawaran Dimas. "Bund...""Ah, iya sayang, sebentar."Setelah selesai membenarkan lampu, Zahra menemani anak anak bermain di kolam renang belakang. Dimas masih terus berusaha membersamai Zahra. tapi keberadaan Dimas seolah tak di anggap oleh Zahra. Ntahlah, Hati Zahra sudah terlanjur beku. Mau tahu Wanita yang bertahan hanya demi anak? Zahra lah orangnya. Zahra memang sudah kembali ke rumah tapi tidak dengan jiwanya. Sakit hatinya membuat dia enggan untuk bersuara lebih banyak. Kini ia memang lebih banyak diamnya
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Akad Kedua

"Saya terima Nikahnya Anisa Rahma Dengan mas Kawin Tersebut di bayar tunai!!! ""Sah? " "Sah!!!"Suasana haru bercampur sedih itu terganbar dalam sebuah masjid tempat dimana Dimas dan Nisa melangsungkan akad Nikahnya yang kedua. Kali ini, pernikahan keduanya di hadiri oleh banyak orang yang kenal dengan mereka. Dari keluarga Pihak perempuan maupun pihak laki laki. Termasuk juga Zahra. Ia tampak tegar, menyaksikan sang suami menyebut wanita lain dalam ikrar janji suci itu. Bahkan posisinya sebagai saksi. Bahkan juga dia sendiri yang merangkai Mahar dan seserahan nya untuk istri muda suaminya. Di samping kiri Zahra ada Dinda dan Resti, Sahabat Zahra. di samping kanannya ada Bu Sukma yang tampak mengelus punggung Zahra berkali-kali Menenangkannya. Tak ada sedikitpun air mata yang lolos darinya, bahkan dengan senyuman ia menghantarkan sang suami menikah dengan wanita lain. "Neng... " ucap Dimas saat usai melangsungkan akad keduanya. Entah mengapa kali ini justru malah Dimas yang teras
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Malam yang panjang

Tok tok tokZahra segera meraih hijab dan memasang seadanya, lalu dia lari keluar untuk membukakan pintu. Di depan pintu itu sudah ada pria nya dan seorang wanita bercadar hitam. Siapa lagi kalau bukan madunya. "Neng... Eum... Malam ini dan untuk sementara, kami akan tinggal disini. Ayahnya Nisa tidak mengizinkan kami tinggal di rumahnya lagi,"Zahra masih terdiam. Tapi dia tidak bisa menolak. Yang dia pikirkan bukan mereka berdua ini, tapi janin yang ada di kandungan Nisa. Kasihan kalau ibunya lontang lantung di jalanan. Batin ZahraZahra menggeser tubuhnya. Tanpa bicara, Dimas paham kalau Zahra mengizinkan. Walau kelihatanya berat. "Terimakasih ya Neng. Kamu memang istri dan wanita yang baik. Sholihah. Ini, Nisa biar tidur di kamar tamu saja.""Nggak perlu. Kalian di kamar atas saja. Kamar tamu aku pakai." ucap Zahra sebelum akhirnya meninggalkan mereka. "Oh ya, jangan lupa spreinya di pasang. Ada di dalam lemari. AC nya baru aku benahi tadi siang jadi aman. Bisa pasang seprei ka
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

madu satu atap

ucapnya pada diri sendiri saat menghadapi ke cermin. Lalu ia segera menyudahi ritual mandinya bersamaan dengan air mata yang ia halus dengan kasar. Usai melaksanakan kewajibannya, dia mulai keluar kamar. Mulai hari ini dia harus bisa berdamai dengan kenyataan. "Mbak... ""Astagfirullah,""Eh, maaf mbak. Kaget ya... Maaf maaf. Soalnya kamar mandi atas nggak bisa di pakai," ucap Nisa saat baru keluar dari kamar mandi dapur, ketika Zahra tengah membuat roti bakar. Zahra menoleh ke arah Nisa, melihatnya dari ujung rambut dan ujung kaki, baru pertama kali ini dia melihat Nisa dengan pakaian kimono dan rambut terurai basah. Ah, pantas saja Dimas sulit untuk meninggalkannya. Bodynya saja aduhai dan kulitnya sangat putih, berbeda dengannya yang agak sawo matang. Batin Zahra sembari menggelengkan kepala. "Kenapa mbak?""Oh eng enggak... Nggak apa... ""Kenapa Sa?" ucap Dimas saat keluar kamar mandi. Ternyata Nisa tak sendiri di kamar mandi,
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Ke Rumah Ibu

Belum sempat Dimas melanjutkan ucapannya, Zahra sudah pergi ke kamarnya. Nisa di dapur kebingungan mencari bahan bahan masaknya. Ia juga agak sedikit kesal. Tubuhnya lelah sebenarnya setelah lolos tiga ronde sejak semalam. Tapi juga ia lapar. Beli di luar juga sepertinya tidak mungkin, dia harus berhemat karena suaminya juga sudah berjanji pada istri sahnya untuk menanggalkan hartanya saat menikahinya. Jadi keduanya kini mulai dari nol. Hanya beruntungnya Zahra mau menampung mereka disini, jadi tak perlu pusing lagi membayar uang kontrakan. "Astaga... Dimana sih dia naruh bumbu bumbunya." Ia membuka semua rak dapur tapi tak ada. "Apa aku tanya aja ya," "Ya udah deh tanya aja," Nisa memberanikan diri untuk menemui Zahra di kamarnya. Beberapa kali Nisa mengetuk pintu kamar Zahra, baru Zahra keluar. Sejenak Nisa terkagum melihat penampilan Zahra tanpa Hijab. Rambutnya panjang lurus dan tebal. Kulitnya kuning langsat, tapi mulus tanpa cacat. Wajahnya j
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Mertuaku, bukan mertua kita !

"Oh, ini adik saya, pak.""Loh... Adiknya, tak pikir mbak Zahra ini anak tunggal. Ternyata masih ada adiknya tah,""Hehe, iya saya memang anak tunggal, pak.""Oh, berarti ini adik sepupu tah, atau adik adik an ini, adik ketemu gede, kayak anak saya dulu... Punya temen, dekat banget sudah seperti keluarga, jadi sudah di anggap adik." ucap bapak sopir itu. "Hehe bukan adik sepupuku dan adik adik an juga sih pak, tapi adik madu.""Hah? Gimana maksudnya adik madu?""Iya ini istri kedua suami saya, pak.""Maasyaallah, bisa ya akur begitu mbak. Bagi tips dong. Hahaha,""Bapak kan ndak tahu, bisa aja kan kita lempar lemparan piring kalau di rumah. Atau jambak jambakan kalau di rumah, kan bapak ndak tahu." ucap Zahra sembari tertawa. "Ah, mbak Zahraa itu lo, bisa aja kalau bercanda.""Ya iya to pak, masak iya kita berantemnya di depan umum. Malu maluin. Itu cukup jadi rahasia dapur pak,""Hehe iya iya deh, mbak Zahra."Sepanjang perjalanan isinya bercanda terus dari rumah hingga hampir sam
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Jangan Sentuh Anakku lagi !!!

"Uhuk uhuk.. Ekhem... Gimana gimana Za? Dia tanya gimana caranya biar di sayang sama mertua kamu? Hahahaha, dasar bener bener udah putus itu urat malunya kali ya, bisa bisanya itu lo tanya sama Istri sah nya dong. Halo... Dia itu apa nggak nyadar ya, kehadirannya aja itu sudah tidak di harapkan ya, sama Bu Sukma. Dia aja masuknya dengan cara yang salah, kok minta di sayang. Di rumahmu ada kaca yang gede nggak sih, Za. Coba deh suruh ngaca dia itu. Aku kok gedek ya lama lama." ucap Resti sembari meletakan kembali gelasnya. Kedua wanita itu kini tengah menikmati secangkir Vietnam Coffe di sebuah restoran kecil di pinggir jalan menuju rumahnya. Tadi Zahra memang sengaja meminta turun di sini saat perjalanan pulang dari rumah bu Sukma. sementara anak anak ikut pulang bersama Dara karena posisinya juga sedang tidur."Entah lah, Res. Aku sampai nggak bisa berkata kata.""Terus kamu jawab gimana tadi?""Ya aku katakan aja sebenarnya gimana. Dia pikir aku sama ibuk bisa langsung kayak gini,
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Jangan Sentuh Anakku Lagi ! (2)

Sementara Nisa tampak merinti kesakitan. Tangan kanannya sedang di perban dan tangan kirinya sedang mimilin ujung jilbabnya."Di gigit sama Rayyan!" jawab Dimas dengan nada ketus."Lhoh, kok bisa di gigit Rayyan?Emangnya ada apa? Karena apa?""Tau lah... Emang dasarnya Nakal aja tuh bocah sekarang, Neng. Lha orang kok gigit orang sembarangan memangnya dia drakula! Kebiasaan kamu bela terus sih itu jadinya ngelunjak! Sekarang bisa aja cuma gigit, entah apa lagi besok!? " gerutu Dimas."Astagfirullah!? " Zahra langsung menaruh tasnya dan bergegegas ke kamar atas. di kamar atas ada Zahwa yang masih tidur di ranjangnya dan Rayyan entah kemana."Sayang, Rayyan... Anak Sholih... Kamu dimana nak... Ray... " Zahra terus berjalan memeriksa setiap sudut kamarnya. Tiba tiba ia terdengar suara isak tangis dari dalam lemari. Zahra semakin mendekat lalu duduk di depan pintunya."Ya udah.. Kalau belum mau keluar, Bunda tungguin disini deh,"
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status