Home / Fantasi / Pewaris Yang Tersembunyi / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pewaris Yang Tersembunyi: Chapter 11 - Chapter 20

36 Chapters

Bab 11

Langkah Azlan terhenti di tengah jalan desa yang mulai lengang. Malam telah mencapai puncaknya, dan hanya suara angin yang berdesir di antara pepohonan. Peta di genggamannya terasa semakin berat, seolah membawa beban rahasia yang belum ia pahami sepenuhnya.Ia menatap titik yang ditunjukkan Kazir. Sebuah lokasi di ujung perbatasan wilayah yang selama ini tak pernah ia datangi."Tempat itu menyimpan jawaban tentang siapa dirimu," kata Kazir sebelumnya.Tapi bagaimana jika yang ia temukan nanti justru lebih banyak pertanyaan?Azlan menghela napas dan kembali melangkah. Saat itulah ia menyadari sesuatu. Sejak keluar dari kedai teh, ia merasa ada sepasang mata yang terus mengawasinya. Bukan hanya sekadar tatapan penasaran penduduk desa, melainkan tatapan yang lebih tajam—seperti seorang pemburu mengawasi mangsanya.Tanpa menunjukkan kecurigaan, ia tetap berjalan lurus menuju penginapan kecil di ujung jalan. Tapi sesaat sebelum ia membuka pintu, bayangan seseorang melintas cepat di belakan
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 12

Langit malam masih dihiasi bintang-bintang yang berpendar redup, namun angin malam mulai membawa hawa yang berbeda—hawa pembunuhan. Azlan sudah merasakannya sejak ia meninggalkan penginapan, sebuah firasat tajam yang tidak bisa ia abaikan.Langkahnya terhenti di sebuah jalan setapak yang sepi. Hutan di sekitarnya terasa terlalu sunyi, seakan semua makhluk hidup memilih diam."Keluar," ucap Azlan pelan, namun tegas.Sejenak, tidak ada jawaban.Kemudian, dari balik pepohonan, lima sosok berjas hitam muncul. Mereka tidak terlihat seperti orang biasa. Cara mereka berdiri, cara mereka mengatur napas, semuanya menunjukkan bahwa mereka adalah petarung berpengalaman.Pemimpin mereka, seorang pria bertopeng separuh, melangkah maju. "Kami tidak menyangka kau akan menyadari keberadaan kami secepat ini."Azlan menyilangkan tangan di dada. "Terlalu banyak kesalahan kecil yang kalian buat. Jejak di tanah terlalu rapi, napas kalian terlalu terkendali. Itu ciri khas orang yang terlatih."Pria itu ter
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 13

Pintu kayu tua itu berderit saat mereka melangkah masuk. Ruangan di baliknya redup, diterangi hanya oleh beberapa lentera minyak yang bergantung di dinding batu. Aroma kayu terbakar dan teh herbal memenuhi udara.Di tengah ruangan, seorang pria berambut abu-abu duduk di kursi kayu, menatap Kirana dan Azlan dengan tatapan tajam."Kau membawa tamu," katanya dengan suara serak.Kirana mengangguk. "Dia butuh informasi."Pria itu—Yashir—menyipitkan mata ke arah Azlan. "Dan siapa kau?"Azlan tidak langsung menjawab. Ia menatap pria itu, mencoba menilai apakah orang ini bisa dipercaya. Kirana tampaknya mempercayainya, tetapi Azlan tahu lebih baik daripada langsung percaya pada orang asing."Azlan," jawabnya akhirnya.Yashir mengangguk pelan. "Aku pernah mendengar nama itu. Ada rumor yang mengatakan bahwa seorang pemuda dengan kemampuan luar biasa muncul di beberapa tempat. Kau yang menyembuhkan putra saudagar kaya itu, bukan?"Azlan tetap diam.Yashir tertawa kecil. "Kau tidak perlu menjawab
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 14

Azlan melangkah keluar dari bangunan tua itu dengan napas panjang. Udara malam menyelimutinya dengan hawa dingin, tetapi pikirannya lebih kacau daripada suhu yang menusuk kulit. Kata-kata Yashir terus terngiang di benaknya. Ke tempat di mana semuanya dimulai. Kirana berdiri di sampingnya, menggenggam belati yang masih berlumuran darah. Ia menatap Azlan dengan ekspresi serius. "Kita harus bergerak sekarang. Kalau mereka sudah tahu keberadaan kita, tidak butuh waktu lama sampai yang lain datang." Yashir keluar dari dalam ruangan, merapatkan mantel hitamnya. "Kita akan pergi ke utara. Ada tempat tersembunyi di balik pegunungan. Di sanalah gurumu terakhir kali terlihat sebelum menghilang." Azlan mengangguk, matanya menyipit penuh tekad. "Kalau memang di sana ada jawaban, kita tidak bisa membuang waktu lagi." Tanpa membuang waktu, mereka bertiga bergerak cepat melewati gang-gang gelap, menghindari jalan utama yang bisa membuat mereka lebih mudah ditemukan. Namun, langkah mereka baru b
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 15

Azlan berdiri di atas atap sebuah gedung tua yang menghadap ke pusat kota. Angin malam yang dingin menyibak jubahnya, membawa aroma hujan yang baru saja reda. Matanya tajam menelusuri jalanan di bawahnya, mengamati pergerakan orang-orang yang tak menyadari bahwa di atas mereka, seorang lelaki tengah memperhatikan dengan cermat. Tangan kanannya menggenggam sesuatu—selembar surat yang ia temukan di dalam kamar penginapannya sore tadi. Surat itu ditulis dengan huruf yang tampak familiar, namun tidak bertanda nama pengirim. "Jangan mencari lebih jauh. Jika kau ingin jawaban, datanglah ke pelabuhan tua saat bulan berada di titik tertinggi." Azlan tidak bodoh. Ini bisa jadi jebakan. Tapi setelah semua yang ia alami, ia tidak bisa mengabaikan petunjuk sekecil apa pun. Terlalu banyak misteri yang mengelilinginya sejak ia meninggalkan pelatihan. Terlalu banyak orang yang berusaha menghalanginya, seolah keberadaannya sendiri adalah ancaman bagi sesuatu yang lebih besar. Ia melipat surat it
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 16

Azlan masih berdiri di pelabuhan tua itu, membiarkan angin malam membelai wajahnya. Gulungan kertas yang tadi diberikan pria misterius itu kini berada dalam genggamannya. Jemarinya menggenggam erat seolah takut kehilangan sesuatu yang begitu penting. Pikirannya berkecamuk. Seseorang dari masa lalu, yang mengetahui tentang keluarganya, tiba-tiba muncul dan memberikan petunjuk yang selama ini ia cari. Tapi apakah ia bisa mempercayai orang itu? Ia mengambil napas dalam. Tidak ada gunanya berlama-lama di sini. Ia harus kembali, memikirkan langkah berikutnya. Dengan satu gerakan cepat, Azlan melompat ke atap gudang tua di dekatnya, lalu berlari melintasi bangunan-bangunan kosong yang menghadap ke laut. Ia ingin segera kembali ke tempatnya menginap, menyusun strategi sebelum membuat keputusan besar. Namun, firasat buruk tiba-tiba menyelinap di hatinya. Langkahnya berhenti di puncak sebuah bangunan. Matanya menyapu area sekeliling. Tidak ada yang aneh—sejauh ini. Tapi nalurinya
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 17

Angin malam masih berhembus saat Azlan melangkah meninggalkan medan pertarungan. Langkahnya mantap, tetapi pikirannya dipenuhi banyak pertanyaan. Siapa pria bertopeng itu? Mengapa ia mengincarku? Dan yang lebih penting—apa hubungannya dengan masa lalu keluargaku? Ia mengepalkan tangannya. Pertarungan tadi menunjukkan bahwa dirinya masih menjadi sasaran. Ini bukan kebetulan. Seseorang tidak mengirim lima pembunuh hanya untuk menguji kekuatan lawan secara acak. Tidak. Ada sesuatu yang mereka cari darinya. Sesuatu yang mungkin berkaitan dengan identitasnya yang sebenarnya. Azlan menepi ke sebuah gang kecil yang gelap. Ia bersandar ke dinding bata yang dingin, menarik napas dalam-dalam. Tubuhnya masih terasa hangat oleh adrenalin, tapi ia tahu bahwa ia tidak bisa terus begini. Ia butuh jawaban. Dan satu-satunya orang yang bisa memberikannya adalah gurunya. Tanpa ragu, ia mulai berjalan menuju tempat di mana gurunya tinggal. Langkahnya cepat, hampir berlari. Ia tidak peduli deng
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 18

Langkah Azlan mantap saat ia meninggalkan rumah gurunya. Malam masih menyelimuti kota, tetapi pikirannya dipenuhi dengan cahaya—cahaya kebenaran yang perlahan mulai terungkap. Di tangannya, gulungan peta itu terasa lebih berat daripada seharusnya. Ia belum tahu sepenuhnya apa yang menantinya di Lembah Kegelapan, tetapi satu hal pasti—di sanalah jawaban atas siapa dirinya yang sebenarnya berada. Namun, sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, sebuah suara menghentikannya. "Tuan muda… hendak pergi ke mana di malam seperti ini?" Azlan menoleh dengan cepat. Dari bayangan gang sempit, seorang pria tua muncul. Jubahnya lusuh, rambut dan jenggotnya berantakan, dan bola matanya yang redup seperti menyimpan rahasia yang sudah terlalu lama disimpan. Azlan mengernyit. Ia tidak mengenali pria itu, tetapi ada sesuatu yang terasa aneh. "Aku bukan tuan muda siapa pun," jawabnya, suaranya tetap waspada. "Aku hanya seorang pejalan malam." Pria itu tersenyum samar. "Pejalan malam yang memegang gu
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 19

Langkah kaki Azlan terhenti. Dunia di sekelilingnya masih berupa reruntuhan istana yang berlumuran darah, seperti sebuah ingatan yang dipaksa hidup kembali. Pria tinggi di hadapannya mengangkat pedang besar, mata penuh amarah tertuju padanya. "Kau tidak pantas mewarisi apa pun!" Tanpa peringatan, pria itu menyerang. Pedang besarnya melesat turun dengan kekuatan yang cukup untuk membelah batu. Azlan melompat ke belakang, menghindari serangan itu hanya dalam hitungan detik. Tanah tempatnya berdiri terbelah dua, meninggalkan celah dalam yang mengerikan. "Ini bukan kenyataan," pikir Azlan. "Ini adalah ingatan. Tapi kenapa aku bisa merasakannya begitu nyata?" Pria bertudung yang tadi muncul di Lembah Kegelapan masih berdiri di samping, mengamati pertarungan ini seolah ia hanya penonton. Azlan tak punya waktu untuk bertanya. Pria tinggi itu menyerang lagi, kali ini lebih cepat. Azlan menghunus pedangnya dan menangkis. Dentingan logam bergema, percikan api berhamburan saat kedua bil
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 20

Azlan berdiri di tengah hutan berkabut, menatap pria bertudung di hadapannya. Udara terasa semakin berat, seolah alam pun menunggu keputusannya."Aku akan mengungkap kebenaran."Kata-kata itu meluncur dari bibirnya dengan keyakinan penuh.Pria bertudung itu tersenyum tipis. "Bagus. Tapi ingat, jalan yang kau pilih bukanlah jalan yang mudah."Azlan tidak mundur. "Aku tidak peduli seberapa sulitnya. Jika ini tentang keluargaku, aku tidak akan tinggal diam."Pria itu mengangguk. "Kalau begitu, ada sesuatu yang harus kau ketahui terlebih dahulu."Ia melangkah maju, dan kabut di sekitar mereka mulai berputar dengan sendirinya. Pemandangan di depan mereka berubah.Azlan kini berdiri di depan sebuah gerbang besar yang terbuat dari batu hitam. Di atas gerbang itu, terukir simbol kuno yang tampak begitu familiar baginya."Ini… lambang yang sama dengan yang ada di liontin ibuku," gumamnya.Pria bertudung menjelaskan, "Gerbang ini mengarah ke tempat yang telah lama tersembunyi dari dunia. Di dal
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status