Semua Bab Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.: Bab 11 - Bab 20

31 Bab

11

Jam menunjukkan pukul dua Malam. Suasana begitu mencekam. Lampu di rumah sudah redup. Di luaran sana terdengar suara burung gagak yang membuat situasi menjadi semakin mencekam saja. Di tambah suasana yang hening. Dan angin malam yang masuk dari sela-sela ventilasi jendela. Tak banyak orang yang tinggal di sekitaran sini. Hampir semua toko-toko yang ada di sini pemilik dan juga pegawai-pegawainya tinggal di rumah mereka masing-masing. Di malam hari tempat keramaian ini sudah seperti kota mati saja. Kendaraan umum pun jarang yang berlalu lalang.Suara langkah kaki itu semakin dekat. Aku dan Ibu Syarah saling berpelukan seraya mendengarkan suara langkah kaki orang misterius itu. Suara langkah kaki itu berhenti tepat di depan rumah."Ma, Hana takut!" bisikku seraya memeluk Ibu angkatku itu. Aku memeluk erat tubuh wanita berusia 60 tahun itu. Badanku panas dingin. Peluh di wajahku mengalir deras. Bajuku basah kuyup sangkin takutnya diri ini."Tenang, ada Mama di sini," bisik Ibu Syarah.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

12

"Alhamdulillah," ucapku di dalam hati. Sekarang aku dan ibu syarah bersembunyi di sebuah lubang."Sandarkan badanmu ke tepi, Nak," pinta Ibu Syarah lagi."Baik, Ma," jawabku seraya menyenderkan tubuhku ke tepi dinding lubang ini. Begitu juga dengan Ibu Syarah, ia ikut menyenderkan tubuhnya.Kami mendengar orang misterius itu terus berusaha membuka pintu rumah ini. Tangannya berkali-kali mengguncang-guncang gagang pintu.Sementara itu, Ibu Syarah kembali menutupi lubang ini dengan sebuah papan triplek, tetapi sebelumnya Ibu Syarah sudah menutupi tubuh kami dengan kain-kain bekas."Sret!" Papan triplek menutupi lubang dengan sempurna."Jangan banyak bergerak dan banyak bersuara!" pinta Ibu Syarah dengan suara berbisik.lubang tempat mesin sanyo ini sangat sempit. Benar-benar pas-pasan untuk tubuh dua orang manusia. Aku yang tengah mengandung empat bulan benar-benar sesak. Aku berharap bayi yang ada di kandungan ku baik-baik saja."Klek!" Terdengar suara pintu terbuka. Dan rumah tiba-t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

13

"Plak!" Sesuatu menghantam kepalaku. Aku mengerang kesakitan. Aku mengira lelaki itu yang menghantam kepalaku. Ternyata serpihan genteng jatuh tepat di kepalaku. Seekor tikus berlalu di atas genteng yang membuat serpihan genteng terjatuh."Au!" erangku. Satu serpihan genteng menghantam kepalaku lagi. "Kamu tidak apa-apa, Nak?" tanya Ibu Syarah."Tidak apa-apa, Ma," jawabku."Rumah ini sudah cukup lama. Sejak dibangun beberapa puluh tahun yang lalu rumah pemberian dari almarhum orang tua kamu ini tidak pernah direnovasi" jelas Ibu Syarah."Kalau diingat-ingat orang tua kamu benar-benar begitu perduli kepada karyawan-karyawannya, terutama karyawan yang sudah mengabdi puluhan tahun," kenang ibu Syarah. Ia tak henti-hentinya berterima kasih kepada kedua orang tuaku."Sepertinya tempat ini sudah tidak aman lagi. Lebih baik kita pergi meninggalkan tempat ini!" usul Ibu Syarah."Benar, Ma, tempat ini benar-benar sudah tidak aman," lanjutku seraya mengusap-usap kepalaku yang masih terasa sak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

14

"Apa itu In vitro fertilization, dok? tanyaku kepada dokter berkacamata ini seraya bangkit dari tidurku. Ia sudah selesai memeriksaku, "baru ini saya mendengar kalimat itu."Dokter yang masih terlihat muda itu memasukkan alat-alat medisnya ke dalam sebuah box. Sambil memberesi alat-alat medisnya ia berkata, "kalau di Indonesia biasa di sebut dengan bayi tabung.""Itu yang saya herankan. Kenapa kamu bisa hamil sedangkan kamu seorang wanita single. Orang-orang yang melakukan program tersebut hanya di peruntukkan untuk pasangan suami isteri saja," terangnya."Apa itu bayi tabung, Pak Dokter?" tanya Ibu Syarah penasaran. Wanita berusia 60 tahun itu sepertinya belum tahu apa itu bayi tabung."Bayi yang dimasukkan ke dalam tabung?" sambungnya lagi."Bukan, Bu," Dokter yang bernama Fahmi ini terkekeh ketika Ibu Syarah mengatakan kalau bayi tabung itu adalah bayi yang dimasukkan ke dalam tabung."Bayi tabung itu sebuah program hamil yang di peruntukan bagi pasangan suami isteri yang susah men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

15

"dokter siapa, dok?" tanyaku lagi. Aku mengorek-ngorek kedua telingaku. Memastikan apakah nama yang aku dengar itu benar."dr.Syarif, Muhamad Syarif!" terang dokter Fahmi."Apa? Muhammad Syarif?" seketika kedua bola mataku membesar. Jantungku berdegup tidak karuan. Nama itu sama persis dengan nama yang ada di secarik kertas yang aku dapatkan dari penjual kacang rebus. Sayangnya, kertas tersebut sudah hancur lebur karena waktu itu aku terjerembab masuk ke dalam sungai."Kenapa?" tanya dokter fahmi penasaran."Itu, dok.""Itu apa?" tanyanya penasaran."A-anu," ucapku dengan suara terbata-bata."Anu apa? Kamu ini buat saya penasaran saja!" protes dokter Fahmi."Itu, beberapa waktu yang lalu ketika saya membeli kacang rebus saya tidak sengaja melihat secarik kertas. Secarik kertas itu seperti kertas printer an bekas dari sebuah rumah sakit, tetapi sayangnya tulisan-tulisannya memudar karena air kacang rebus," tuturku."Di kertas itu aku hanya bisa membaca dua nama sepasang suami isteri.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

16

Sorenya setelah dr.Fahmi selesai bertugas kami langsung pergi ke klinik dr.Syarif. Kata dr.Fahmi klinik mewah tersebut tidak begitu jauh dari rumah sakit ini. Mungkin sekitar 30 menit dengan mengendarai mobil."Sebentar, saya pergi ke bagian administrasi dulu," ucap dr.Fahmi. Ia ingin mengambil berkas-berkas ketika dr.Syarif mengajukan program bayi tabung."Mudah-mudahan bagian administrasinya mau memberikan," ucapnya lagi. Ia tampak begitu was-was. "Untuk meyakinkan pihak administrasi nanti saya akan berbohong," terangnya lagi."Saya akan mengatakan kalau dr.Syarif yang meminta berkas-berkas tersebut," jelasnya. Ia pun pergi meninggalkan kami. Dengan penuh percaya diri ia melangkah menuju ruang administrasi.Sambil menunggu dr.Fahmi mengambil berkas-berkas aku mendownload soft identitasku."Handphone Mama ada kuotanya?" tanyaku kepada Ibu Syarah. Sekarang kami berada di tempat parkir. Kami duduk di bawah pohon rindang. Hari ini banyak sekali orang yang dibawa ke rumah sakit. Baru
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

17

"Sepertinya sampai di sini saja saya bisa membantu kalian," ucap dr. Fahmi seraya berjalan keluar menuju area parkir."Saya tidak mau ikut campur lebih dalam tentang masalah ini, karena bukan ranah saya lagi," terangnya. Lelaki berkaca mata ini menghentikan langkahnya."Iy-iya, Pak dokter, terimakasih banyak Pak dokter sudah mau menolong saya," ucapku.Dokter yang memiliki lesung pipi ini hanya tersenyum simpul kepadaku. Sambil membenahi kaca matanya yang tebal ia berkata, "Sudah tugas setiap manusia saling tolong menolong, apalagi masalah yang rumit seperti ini," serunya."Ngomong-ngomong, tadi saya sudah memberi tahu pihak polisi di mana klinik dr.Syarif. Dan katanya hari ini juga mereka akan menangkap dokter penipu itu. Bukti-buktinya juga sudah saya serahkan kepada mereka," lanjutnya."Pihak polisi tadi meminta kalian untuk menunggu di sini saja. Kalian tidak perlu ikut kesana!" terangnya."Kalau begitu saya pamit ya, Bu, Adik Hana," ucapnya seraya membuka pintu mobilnya, "Polisi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

18

"Jadi, bagaimana, Pak?" tanyaku kepada polisi yang menangani kasusku. Sekarang aku dan Ibu Syarah berada di kantor polisi. Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi.Tadi setelah mereka melakukan apel pagi aku dan Ibu Syarah langsung mendatangi kantor polisi. Dengan berjalan kaki kami menuju kantor polisi. Hotel di mana kami menginap hanya berjarak tiga ratus meter dari kantor polisi."Tadi malam saya sudah berdiskusi panjang dengan anggota saya. Rencananya kami akan mempertemukan si tersangka di sebuah kafe. dr.Syarif juga sudah berkomunikasi dengan orang tersebut. Dan orang tersebut bilang, Oke!" jelas Pak Kapolda.Polisi yang sudah berumur dan berpangkat tinggi ini kemudian duduk di hadapan kami. Sambil merapihkan seragamnya ia berkata, "Ibu dan adik nanti akan ikut dengan kita. Ada empat orang polisi yang juga ikut dengan kita. Untuk jaga-jaga. Yang penting Ibu dan adik mengikuti alur yang sudah kami susun!""Siap, Pak," jawabku. Apapun yang diinstruksikan mereka, aku akan mengikutinya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

19

Kami perlahan mendekati dr. Syarif dan juga orang tersebut. Empat orang polisi berjalan melalui arah depan, sedangkan kami berjalan membelakangi orang yang belum aku tahu siapa itu. Jantungku berdegup kencang. Sebentar lagi aku akan mengetahui siapa aktor di balik ini semua."Selamat sore," sapa salah satu dari empat orang polisi yang sudah berdiri dengan sigap mengelilingi dr. Syarif dan lelaki itu."Iy-- iya selamat sore, ada apa, ya?" jawab lelaki itu sambil menyeruput kopi yang ia pesan. Ia masih terlihat santai."Ad apa, ya," sambung dr. Syarif. Ia pura-pura tidak mengenal keempat polisi tersebut.Aku, Ibu Syarah, dan Pak Kapolda berdiri di belakang lelaki itu. Ia masih tidak sadar kalau ada tiga orang yang berdiri di belakangnya. Suasana di Kafe yang bernama 'Gemerlap Malam' ini masih terlihat sepi. Hanya ada karyawan-karyawan kafe yang tengah sibuk membersihkan kursi dan meja. Ketika kami datang karyawan-karyawan kafe yang tengah bekerja seketika menghentikan aktivitas mereka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

20

"Siapa nama kamu?" tanya seorang Polisi wanita. Sekarang kami sudah berada di kantor polisi. Tepatnya di ruangan interogasi. Bang Arkan dan dr. Syarif duduk berdampingan. Mereka dihadapkan dengan seseorang yang wajahnya begitu angker.Bang Arkan sekarang memakai baju orange dan rambutnya juga telah ditebas habis sama seperti dr. Syarif. Mereka berdua sudah seperti dua pelakon animasi asal Malaysia yang begitu digandrungi masyarakat Indonesia. Upin dan Ipin."Arkan, Bu," jawab Bang Arkan. Ia tak berani melihat orang yang tengah menginterogasinya."Nama panjang?" tanya wanita paruh baya itu lagi dengan ketus seraya memainkan jari jemarinya di atas papan keyboard. Matanya terfokus ke layar laptop dihadapannya."Arkan bin Abdullah?" jawab Bang Arkan lagi. Ia masih tak berani melihat wajah orang yang tengah menginterogasinya."Kenapa kamu menunduk? Takut sama saya?" ketus polisi wanita yang memakai hijab itu.Perlahan Bang Arkan menengadahkan wajahnya. Kemudian ia berkata dengan suara ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status