Semua Bab Air Mata di Hari Persandingan: Bab 11 - Bab 20

33 Bab

Chapter 11. Di hotel

"Pacar kamu, Mas!" Sungguh, bibir dan hati Aisyah tidaklah bisa diajak untuk saling satu rasa kali ini. Bibirnya tersenyum, tapi hatinya menangis, tangis yang tak ingin dia tampakan di depan siapa pun, terutama wanita yang bergelar pacar gelap suaminya itu. Bram menoleh, tatapannya datar namun tersirat sebuah kekhawatiran di dalamnya. "Hanya ingin mengingatkan, malaikat yang ada di bahu kanan dan kirimu gak pernah libur!" Setelah berucap demikian, Aisyah memilih untuk melanjutkan langkah kakinya seorang diri. Menoleh sekilas , dan rupanya Bram tak memedulikan langkahnya itu. "Aku berdoa, karma itu tidak pernah berlaku untuk dirimu, Mas. Tuhan, tolong panjangkan rasa sabarku agar lebih ikhlas dalam membenarkan jalan suamiku yang keliru melalui tuntunanmu, bukan dengan ego dan amarahku," kata Ais
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Chapter 12. Rencana Soffi

"Kamu?" Soffi memelototkan matanya, wanita itu tetap memaksa untuk duduk di samping Bram, namun, Leo tak tinggal diam. "Apa Anda ingin posisi Anda di kantor digantikan dengan orang lain? Baiklah!" Tut! Panggilan suara di ponsel Leo pun berdering. "Oke!" kata Soffi yang akhirnya harus duduk di samping Leo. Wajah wanita itu tampak tak suka dengan rahang mengejang. Sementara Bram tengah fokus pada layar laptopnya. "Le, coba lihat perubahan data pada bulan lalu!" kata Bram seraya memperlihatkan layar laptopnya kepada Leo yang duduk di sampingnya. "Mas, ponselmu bergetar!" kata Aisyah memberitahu suaminya yang tengah sibuk itu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Chapter 13. Kembali ke desa

Kecewa adalah saat kamu merasa kehilangan, meskipun kamu tidak memilikinya sejak awal. Kata-kata itu sepertinya mampu untuk mewakili perasaan Aisyah saat ini. Dia belum memiliki tubuh ataupun perasaan Bramantyo, namun dia kecewa karena yang dia perjuangan nyatanya malah selalu mengkhianati dirinya lagi dan lagi. Langkah kaki itu melangkah dengan gontai. Hijab dan dress syari berwarna moca yang ia padupadankan dengan sepatu kets berwarna hitam itu semakin membuat langkahnya terasa ringan meskipun masih saja ada yang mengganjal dalam benak dan juga pikirannya. "Sekali lagi, maafkan aku, Mas!" Ia seka bulir bening sebelum akhirnya ia masuk ke dalam angkutan online yang sudah lebih dulu dia pesan saat di dalam hotel tadi, penerbangan malam pun di pilih Aisyah untuk segera tiba di kampung halaman kedua orang tuanya. Sementara itu, di kamar hotelnya. "Aisyah!" Bram langsung masuk ke dalam kamar, namun tak ada siapa pun yang dia temui di sini. Pria itu pun kemudian berjalan men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Chapter 14. Badai

Jangan menggenggam apa yang tidak dapat sesuatu yang btidak dapat kau raih! Benda pipih itu terjatuh bersama tubuh mungil Aisyah. Setiap kali kesedihan itu datang, maka tak ada yang bisa ia cegah pada deraian telaga nelangsa yabg dengan setia selalu ada. Ada di saat suka dan bahagia, meskipun dalam arti dan makna yang berbeda. "Kenapa selalu begini, Mas? Kenapa ketakutanku selalu saja menjadi kenyataan?" Aisyah menangis pilu tanpa suara, dadanya yang sesak itu semakin membuat luka batinnya semakin menganga. Sedangkan pertanyaan demi pertanyaan kedua orang tuanya tadi pun belum bisa ia beri jawabannya, lalu sekarang, muncul kenyataan sebagai jawaban tanpa harus diungkapkan. Lama dia pandangi wajah teduh suaminya tersebut. Ugh! Bramantyo melenguh merenggangkan otot-otot tangannya, menggeliat sebentar lalu beranjak pelan dari tidurnya. "Aisyah!" kata Bram lalu mencari keberadaan istrinya tersebut. "Ya Tuhan, kenapa tidur di lantai sih?" Bramantyo pun turun dari ran
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Chapter 15. Ancaman Soffi

Sementara itu di apartemen, "Soffi!" Cukup satu kali panggilan itu digaungkan oleh Bramantyo, "Apa, Sayangku? Kenapa galak banget sih?" kata Soffi dengan suara yang dibuat-buat agar terdengar seksi di telinga Bramantyo. "Apa maksud kalimat ancaman yang kamu kirimkan ke ponselku, Soff? Kamu tahu, istriku sudah membacanya?" "Lalu? Dia nangis, terus minta cerai? Ya bagus dong, Bram, itu artinya kamu gak usah susah-susah lagi minta izin poligami sama istri udikmu itu, iya, kan? Harusnya kamu itu berterima kasih sama aku, bukan malah marah-marah gak jelas kayak gini!" kata Soffi dengan satu tangannya memukul dada bidang Bram pelan. Bram meraih tangan itu lalu berkata, "Kamu keterlaluan, Soff, aku muak!" Soffi tercengang, bola matanya membulat, hatinya terasa panas dengan mata yang memerah menahan amarah. "Apa kamu bilang? Setelah menolak permintaanku, lalu sekarang kamu bilang muak? Baik, sekarang coba kamu buka laman media sosialmu, Bram!" "Media sosialku? Untuk apa?
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Chapter 16. Pilihan Bram

"Pergi!" "Tapi, Pa?" kata Bram tak mengerti dengan kata yang bermakna pengusiran dari papanya itu. "Pa, jangan begitu, Bram tidak sepenuhnya bersalah dalam hal ini!" Helena ikut angkat bicara kali ini. "Pergi, temui Aisyah!" kata Usman yang membuat tak hanya Bram, namun juga Helena bernafas lega mendengarnya. Tanpa menunggu lama, Bram pun segera bergegas menuju kediaman Aisyah. Beberapa menit kemudian, Bram mematung diam di depan pintu, dia memilih menyembunyikan dirinya di sana. "Jadi, di mana saat ini Nak Bram, Ai? Apa kalian bertengkar?" Umar, ayah Aisyah duduk di samping tubuh putrinya itu. "Apa benar semua itu, Nak, itu benar suamimu?" Tak juga mendapatkan jawaban dari bibir Aisyah, Umar berkali-kali memasatkan pendengaran dan penglihatannya pada layar ponsel Aisyah. "Apa kamu sudah tau sebelum pernikahan itu akhirnya dilaksanakan, Nak?" tanya Umar lagi. Aisyah hanya menangis menanggapi pertanyaan ayahnya. Bibir wanita bertubuh mungil dengan dua lesung
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Chapter 17. Berpisah

"Bram, kembalilah, aku akan tetap menerimamu, meskipun yang akhirnya kau pilih bukanlah diriku, Bramantyo!" Soffi berteriak kencang saat tubuh jangkung itu terus melangkah pergi tanpa menoleh lagi. Bram mantap dengan pilihan hatinya, "Kamulah bidadariku, Aisyah Anidia!" kata Bram sebelum masuk ke dalam kendaraannya. Drett! Ponsel pria itu berdering, "Leo!" ucapnya lirih sebelum menjawab panggilan suara dari asisten pribadinya itu. "Bapak ke kantor gak hari ini?" tanya Leo melalui panggilan suaranya terhadap Bram. "Iya, ini saya lagi di jalan, Le, ada apa?" kata Bram sedikit khawatir. Ucapan demi ucapan Soffi selalu terngiang dan bermain dengan apik di ingatannya. "Ada Tuan Alex di kantor, Pak, beliau ingin segera bertemu dengan Anda," kata Leo memberitahu. "Tuan Alex? ah, iya, katakan saja, saya sebentar lagi tiba di kantor!" Tut! Panggilan pun berakhir, Bram menambah kecepatan kendaraannya. Namun sebelum masuk ke area parkir perusahaan milik papanya ini, Bram
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

Chapter 18. Dijenguk Istri

Bram menoleh saat seseorang menyapa dirinya. Nemun tak ada ekspresi apa pun dari Bramantyo, pria itu bergeming tak berniat menjawab pertanyaan orang tersebut. Hati dan wajah pria itu sungguh amat sukar untuk berpura-pura. Seorang pria dengan jenggot panjang dan rambut gimbalnya yang sudah berwarna putih di semua sisinya datang menghampiri Bramantyo. "Alhamdulillah, akhirnya setelah sekian purnama aku sendirian dalam dinding sel ini, hari ini Tuhan mengabulkan salah satu dari sekian banyak doaku dengan mengirimkan manusia." Ucapan pria itu terjeda saat Bram tiba-tiba menatap tajam padanya. "Ya, manusia, meskipun dia itu tuna wicara atau bisu! Hahaha, bisu seperti dirimu, Anak Muda." Tawa pria itu tampak mengejek. Hal yang membuat darah Bramantyo mendidih mendengarnya. Namun, sulung dari dua bersaudara itu tetap pada posisinya, diam dan tak ingin peduli. "Rupanya selain bisu kamu juga tuli ya? Hahaha!" Lagi, pria itu tertawa terbahak. 'Aku tidak bisu dan juga tuli, Brama
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Chapter 19. Jeruji besi

"Ai!" Aisyah kembali mendongak, mata wanita itu basah dan sembab, ia usap dengan jari tangannya sendiri, lalu berkata, "Ada apa, Mas?" "Jangan menangis lagi, kumohon!" Aisyah mengangguk, ia raba wajah pria yang saat ini semakin membuat besar rasa cinta dan sayang di dalam jiwa dan hatinya, meskipun di tempat yang terhina. "O, ya, kamu sama siapa ke sini?" kata Bram mengalihkan kesedihan istrinya. "Sama Pak Leo, Mas!" jawab Aisyah lalu menoleh ke belakang. "Panggil Mas Leo aja, gak apa-apa kok, Ai. Permintaanku terlalu tidak tahu diri dengan semua kesedihan yang kuberikan untukmu!" "Mau sehina dan seburuk apa pun suamiku, selama permintaannya tidak melanggar norma-norma yang berlaku, maka aku wajib mematuhinya, Mas, kamu suamiku, syurgaku ada di kamu!" kata Aisyah lagi. Ia tahu saat ini kondisi mental suaminya sedang ada di titik terendahnya, maka dari itu, sebisa mungkin Aisyah mencoba untuk mengembalikan kepercayaan suaminya tersebut. Tak mudah memang, di balik s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Chapter 20. Papa!

"Papa, Papa udah sadar? Alhamdulillah ya, Robb!" Aisyah segera menghubungi dokter melalui alat penghubung yang ada di ruangan papanya ini. Beberapa saat kemudian, "Dokter Sindi?" "Sayang!" Dokter Sindi tersenyum, lalu memeluk tubuh istri keponakannya tersebut dengan penuh rasa sayang. "Sabar ya, Cah Ayu, Allah ingin menaikan derajat keluargamu!" kata dokter Sindi dengan satu jari tangan yang mengusap air mata yang mengalir tanpa bisa ia cegah di wajahnya. "MasyaAllah, Dok, semoga ini bisa menjadi penggugur dosa-dosa Aisyah, Dok!" kata Aisyah setelah pelukan itu terlerai. "Beneran gak mau manggil Tante aja?" ucap dokter Sindi berseloroh, memecah kecanggungan yang tercipta. "Iya, Tante!" kata Aisyah menanggapi ucapan dokter Sindi. "Mas Usman!" kata Dokter Sindi, sebelum memeriksa satu persatu organ vital kakak iparnya itu. "Apa yang dirasakan sekarang, Mas?" tanya dokter Sindi setelah selesai memeriksa tubuh Usman. "Emm, emm emm!" Aisyah dan juga dokter Sind
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status