All Chapters of Akibat Pulang Kampung Tidak Bawa Mobil: Chapter 11 - Chapter 20

24 Chapters

Siap

Untungnya, Juragan Sarno tidak sadar dan beranjak dari duduknya.Dia bergegas ke rumah belakang danmenyuruh orang untuk mengambil kelapa muda.*****Kami pun menikmati suguhan kelapa muda utuh sambil membicarakan pesananku tadi. Juragan Sarno ternyata orangnya enak diajak bicara, dia mengerti benar tentang perkayuan. Banyak ilmu yang aku dapat dari dia. Kami diajak berkeliling ke gudang penggergajian dan ke kebon belakang yang penuh dengan tumpukan kayu glondongan. "Dek, penampilanmu kok lain? Seperti akan siap tempur," tanya Juragan Sarno lirih, walaupun aku masih mendengar jelas."Ini baju kerja team senior, Kang. Harus diposisi siap di medan seperti ini!" jawab Emak. Kemudian terdengar ceritanya tentang perjalanan ke tambang batu. Bagaimana dia harus loncat sana dan sini. Ceritanya terdengar berlebihan, sih, tetapi membuat Juragan kayu itu terkesima mendengarnya."Makanya, menantu saya melarang memakai baju bagusan. Bukan karena tidak punya, lo, tetapi, takut ada yang naksir!" ucap
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Surat Sakti

Kita tidak bisa menjelaskan atau membungkam orang yang bergosip tentang kita. Apalagi orang sekampung. Lebih baik menutup kedua telinga ini demi kewarasan dan konsentrasi pada rencana berikutnya. Yang paling tepat menjawab kasak-kusuk mereka dengan pembuktian. Itulah yang aku lakukan sekarang. Sambil bekerja, aku memberi benteng orang sekitarku. Emak dan Lek Jangin terlebih dahulu. Mereka aku sibukkan dengan bekerja. Dengan begitu, lambat laun mereka akan mengerti membicarakan orang itu kegiatan yang merugi."Suti, Pak Gimin sudah datang. Itu di depan!" kata Pakde Jangin. "Dia ngajak keponakannya," tambahnya sambil menepuk bahuku. Keponakannya? Aku menyambar tas yang berisi perlengkapan kerjaku dan langsung ke depan. Sudah ada tiga laki-laki menungguku di sana. Pakde Jangin, Pak Gimin dan ... Mas Danang. Dia langsung menyambutku dengan senyuman andalannya.Kenapa dia ada di sini? Atau, yang dimaksud keponakan itu, dia?"Ini Danang keponakan saya. Tadi kebetulan ke rumah dan mau iku
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Ajining Diri

"Ti! Cepet makannya, jangan lelet. Kalau bisnis itu, waktu adalah kesempatan dan itu artinya uang!" teriak Emak dari dalam kamar.  Dia sudah bersiap dari tadi, diajak makan tidak mau. Alasannya, mau jaga makan karena berat badannya sudah bergeser ke kanan. Aku teruskan saja menikmati nasi godeg yang dibelikan Pakde Jangin dari pasar. Gudeg komplit, ada telor yang warna hitam, sambel goreng krecek dan tempe bacem, terasa nikmat. Tidak perduli dengan timbangan, aji mumpungku lagi on. Mumpung ada makanan nikmat, kenapa harus didustakan? Sebelum bertempur harus siapkan tenaga dan amunisi. Jangan sampai lemas apalagi ambruk."Emak beneran tidak makan? Nanti sakit, lo?" tanyaku setelah mendengar langkah kaki Emak ke luar kamar. Pandanganku tidak teralihkan dari makan di depanku, banyak ranjau cabe utuh yang membuatku extra hati-hati. Aku penyuka pedas, tapi pedas banget ya jangan."Tadi sudah nyamil tempe mendoan. Sudah cukup!" jawab Emak. Bau aroma bunga m
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Soko Busono

Tujuan pertama, kami ke Juragan Sarno. Memastikan pesananku bisa dikerjakan dan berapa harganya. Sesampai di sana, langsung disambut Juragan Sarno. Seperti Emak, penampilannya juga berubah drastis. Sebelumnya terlihat nyentrik, sekarang lebih terlihat mau pergi malam mingguan. Dia pakai celana bahan berwarna hitam, berkemeja panjang berwarna biru tua yang di lipat sampai siku. Udengnya juga tidak terlihat, terganti dengan rambut panjang diikat tersisir rapi. Emak yang di sebelahku, sejenak diam terpana dan sadar setelah aku tepuk tangannya."Tumben Kang, tidak memakai baju kebangsaan?" sindir Pakde Jangin."Ini baju spesial untuk menyambut tamu yang spesial," jawabnya dengan melirik Emak di sebelahku, dan mereka bertukar senyuman.Wuaduh!"Monggo-monggo, masuk," ajak Juragan Sarno mengajak kami masuk ke pendopo. Di sana sudah disiapkan kelapa muda dan beberapa camilan. Benar-benar disambut istimewa. Sambutan rancu, untukku sebaga
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Keliru

"Maaf, Mbak Sutiati. Saya keliru. Benar saya tidak tahu," ucap Pak Pangat dengan nada santun dan menundukkan badannya sedikit."Tidak apa-apa, Pak. Panggil saya Suti saja. Saya masih kelihatan imut, ya. Sampai dibilang anak magang. Santai saja," candaku berusaha mencairkan suasana. Kemudian kami berbincang tentang pesananku. Beberapa set kursi, sunbed untuk leyeh-leyeh dan beberapa wall decoration. "Kualitas harus bagus terutama kadar air bambu. Jangan sampai mengandung kutu. Memang nantinya di fumigasi, tetapi kalau sampai sana kutunya keluar, saya akan kena claim," jelasku. "Siap. Saya juga pernah pengalaman seperti itu, Mbak. Ada pemesan yang buru-buru. Sudah saya jelaskan tapi ngenyel. Akhirnya yang saya kawatirkan kejadian.""Iya, Pak. Kadang seperti saya gini juga serba salah. Di sisi lain tamu pengen cepet, tapi kan produksi butuh waktu berproses. Namun, saya lebih menekankan kualitas. lebih baik ditunda pengiriman daripada timbul masalah," ucapku disambut anggukan setuju.W
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Obatnya Emak

"Eh itu anak saya!"Seorang laki-laki berbadan tinggi kurus dengan kulit agak gelap, masuk menghampiri kami dan bersalaman. Berakhir dengan dia menyapa Emak yang sedari tadi duduk."Ada yang bisa saya bantu, Bu?""Oh, saya baik. Yang mau order bukan saya, tetapi dia!" kata Emak sambil mengarahkan wajahnya ke arahku. Dia langsung mengarahkan pandangan kepadaku sambil mengerutkan dahi. Apa sampai segitunya, aku tidak pantas menjadi bos. Begitu besarnya kekuatan penampilan, sampai tampilan santaiku tidak meyakinkan."Iya dengan saya. Sutiati, panggil saja saya Suti!" ucapku sengan mengulurkan tanganku."Ardiyanto. Panggil Ardi. Maaf ya, biasanya yang ke sini sudah tua-tua. Mbak Sutin masih muda, saya pikir asistennya Ibu," ucapnya sambil menyambut uluran tanganku. Dia tersenyum, manis juga."Sudah gek sana bikin nota, Emak tunggu di sini saja!" ucap Emak dengan menyandarkan tubuhnya."Mari Mbk, kita ke kantor," ajaknya.
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Dipanggil

"Ti ...! Suti!" Suara Pakde Jangin terdengar. Entah kenapa pagi-pagi teriak seperti itu. "Ada apa, Pakde?" tanyaku menghampirinya yang baru masuk ke dalam rumah. "Tadi ada utusan dari Kelurahan, kamu dipanggil Pak Lurah pagi ini. Kamu jadi pulang sore, kan?" tanyanya sambil menata nafasnya yang terengah-engah."Iya, sore ini. Memang ada apa, kok saya dipanggil?""Tidak tahu, katanya Pak Lurah ada perlu dengan kamu. Cepetan kamu bersiap dan kita berangkat! Pakde pulang dulu ganti baju," ucap Pakde dan segera pergi meninggalkanku.Sesuai jadwal, sore ini aku kembali ke kota. Sengaja memilih waktu di sore hari dan sampai di tujuan di pagi hari. Perjalanan malam lebih membuatku tidak capai, selain tidak panas, aku juga bisa tidur walaupun dengan posisi sembilan puluh derajat.*"Hlo Mak, mau kemana kok sudah rapi?" tanyaku melihat Emak sudah bersiap dengan tas di lengannya. "Ada panggilan ke Kelurahan, kan?""Yang dipanggilkan aku saja. Kok Emak ikutan?" "Ya harus ikut. Kita kan te
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab. Kepikiran

“Pokok’e masalah orderan di sini, pasrah saja ke Emak. Jangan dipikir. Sekarang kamu waktunya konsentrasi sama suamimu.” “Iya, Emak. Tapi kalau aku kirim pesan atau telpon harus diangkat, ya,” tandasku sambil menatap Emak dan Pakde Jangin bergantian. Bukannya tanpa alasan, sering kali mereka menaruh hape di lemari sedangkan mereka entah kemana. Alasannya biar hape awet dan tetap kelihatan baru. Lah, fungsinya hape apa? Handphone, telpon yang di hand. Telpon yang selalu di tangan. “Iya beres, Ti. Aku akan taruh di kantong celana terus. Suaranya juga aku besarin pol,” jawab Pakde Jangin sembari menunjukkan layar ponsel yang cahayanya saingan dengan silaunya matahari. Gak kebayang kalau dia di tempat umum terus ada nada panggil. Bisa jadi bikin orang ngantuk, terjaga seketika. “Emak juga siap, Ti. Ini akan selalu nyantol kemanapun Emak berada. Nah, kalau pakai ini kan jadi hap
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Tapi

Aku mengerti banget kalau laki-laki itu makhluk visual, yang senang dengan wanita sexy. Walaupun aku tidak berpendidikan tinggi, tapi aku senang membaca buku. Tidak hanya buku hiburan saja, tentang psikologi pun aku lahap. Keinginan Mas Joni akhir-akhir ini yang menurutku nyleneh karena sebelumnya tidak seperti itu. Nah ini yang menjadikan aku kepikiran. Padahal dulu dia jatuh hati kepadaku karena aku yang berpenampilan jujur. Wajahku tidak cantik, tapi justru itu dia memujaku. "Kamu itu cantik alami. Tidak seperti wanita di luar sana yang bermake-up tebal. Aku tidak bisa membayangkan suaminya saat mereka tidur. Kan mereka harus menghapus make-up, melepas bulu mata, bahkan katanya ada yang tanpa alis. Hiii," ungkapnya saat pendekatan dulu. Sekarang tidak lagi seperti dulu. Apa jangan-jangan suamiku itu sudah bosan denganku yang penampilannya apa adanya ini? Di rumah pun pakaianku lebih ke kenyamanan. Kaos oblong lebar dan celana komprang. Jauh dari kata feminim apalagi sexy. Walau
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Kebalikan

Sesapan demi sesapan kopi hitam tanpa gula ini tidak mampu mengusir resahku. Kafein yang biasanya menjadikan isi kepalaku ini bersih, sekarang justru penuh dengan kata jangan-jangan. Kalau dipikir secara jernih, kenapa aku harus kawatir? Selama ini hubunganku dengan Mas Joni suamiku baik-baik saja. Kami saling terbuka dan saling percaya. Tidak ada yang disembunyikan termasuk isi ponsel masing-masing. Aku biasa membuka ponsel Mas Joni yang paswordnya tanggal ulang tahunku. Aman, kok. Namun, beredarnya gosip di kampung kemarin menyadarkan aku kalau kemungkinan bisa saja terjadi. Mereka  bergosip dengan menunjukkan alasan yang bisa dipercayai. Katanya aku diceraikan suami karena belum memberi momongan. "Menikah itu tujuannya mempunyai anak. Kalau tidak bisa, laki-laki ya mencari wanita lain, lah."Ada juga yang menyoal gini, "Suaminya Suti itu putih, gagah, ganteng, necis, dan berpendidikan. Kalau dapet yang lebih ya  wajarlah. Wo
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more
PREV
123
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status