All Chapters of Putus Cinta Membuatnya Brengsek: Chapter 31 - Chapter 35

35 Chapters

Part 31

Happy ReadingNara berdiri mematung di depan layar. Kata-kata pada subjek email itu seperti petir yang menyambar tenang sore mereka: "C-02. Masih hidup. Lokasi: Eks-Pabrik Farmasi Ananta.”Rehan berdiri di belakangnya, membaca bersama. “C-02… itu pasien yang disebut ‘mati’ tiga minggu lalu, kan?” Nara mengangguk pelan, bibirnya menegang. “Yang disebut overdosis. Tapi aku curiga ada yang janggal dari awal.” “Kalau ini benar… artinya mereka memalsukan kematian pasien,” ujar Rehan, nadanya pelan tapi tegas. “Dan kalau satu pasien bisa dipalsukan, bisa jadi yang lain juga…” Nara memutar kursi, menghadap Rehan. “Kita harus ke sana malam ini. Sebelum jejaknya dihapus lagi.” Rehan ragu sejenak. “Kita nggak tahu siapa yang kirim email ini. Bisa jadi jebakan.” “Aku tahu,” sahut Nara cepat. “Tapi kita juga tahu, kalau kita tunggu—semuanya bisa terlambat.”Rehan menghela napas, lalu mengangguk. “Oke. Tapi kita nggak pergi tanpa persiapan.” ***Malam menjelang cepat. Langit gelap ta
last updateLast Updated : 2025-04-16
Read more

Part 32

Happy ReadingVan medis itu menjauh dari kawasan pabrik dengan kecepatan stabil. Nara duduk bersandar di jok belakang, menatap Fira yang kini terbaring dengan selimut tipis. Wajah gadis itu terlihat jauh lebih tenang, meskipun tubuhnya masih lemah.Rehan duduk di samping sopir, sibuk berbicara lewat saluran komunikasi dengan timnya. Sesekali, ia menoleh ke arah Nara, memastikan semuanya masih terkendali. Setelah satu jam perjalanan dan mereka mencapai lokasi aman, van berhenti di sebuah rumah persembunyian milik salah satu kontak Rehan di pinggiran kota—tempat yang dulu digunakan sebagai tempat aman bagi saksi investigasi.Setelah memastikan Fira aman di kamar belakang, dijaga perawat khusus, Rehan kembali menemui Nara yang berdiri di teras belakang rumah, menatap langit yang mulai berpendar fajar.“Aku tahu kamu belum makan sejak siang,” kata Rehan, mendekat pelan. “Kita butuh tenaga buat lanjut besok. Aku pesen makanan.”Nara menoleh dan mengangkat alis. “Di tengah kekacauan ini kam
last updateLast Updated : 2025-04-17
Read more

Part 33

Happy ReadingRehan menatap Nara dengan pandangan yang tak biasa. Kali ini, tak ada senyum sarkastik, tak ada lelucon sinis yang biasa ia lontarkan saat suasana terlalu tegang. Ia hanya diam, sejenak, sebelum menjawab dengan suara rendah.“Kakakku.”Nara terdiam. Tak hanya karena keterkejutan dari pengakuan itu, tapi karena nada suara Rehan—datar, tapi mengandung luka yang belum sembuh. Ini bukan sekadar tentang operasi rahasia atau kode militer lagi. Ini mulai menyentuh hal personal.“Namanya Damar,” lanjut Rehan. “Dulu dia bagian dari unit pengamanan internal fasilitas riset militer swasta. Tapi dia keluar… atau lebih tepatnya menghilang. Katanya dia tahu sesuatu yang membuatnya jadi target.”Nara menautkan alis. “Kamu yakin dia masih hidup?”Rehan menarik napas panjang. “Kalau dia mati, aku yakin mereka bakal ngumumin. Tapi nggak ada berita, nggak ada jejak. Seolah dia lenyap. Tapi Damar nggak bodoh. Kalau dia masih hidup, dia pasti sembunyi dengan baik.”Nara mengangguk pelan. “Ka
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more

Part 34

Happy ReadingBeberapa hari setelah pertemuan Rehan dengan Damar, suasana di tempat persembunyian mereka berubah. Fira mulai menunjukkan kestabilan, berkat usaha Nara untuk menjaga lingkungannya tetap tenang. Namun Nara tahu, badai yang lebih besar sedang mendekat—dan bukan hanya dari Delta 5-K.Sore itu, Rehan duduk di luar bangunan tua yang mereka gunakan sebagai markas sementara. Ia memandangi langit jingga yang mulai berubah ungu. Nara datang, membawa dua cangkir teh panas. Ia duduk di sampingnya tanpa banyak kata, sebelum akhirnya membuka suara.**“Kamu belum bilang ke Damar soal aku, ya?”**Rehan menghela napas. **“Belum. Dia nggak nanya juga. Tapi cepat atau lambat dia pasti tahu.”****“Bukan cuma dia, Rehan,”** ujar Nara pelan. **“Kita belum bilang siapa pun. Karena kita tahu, begitu mereka tahu… segalanya bisa berubah.”**Rehan menunduk. Cangkir teh di tangannya terasa terlalu panas, tapi tak ia lepaskan.**“Ayahku masih nyalahin keluargamu atas kebangkrutan PT Kaldera, Na. P
last updateLast Updated : 2025-04-19
Read more

Part 35

Happy ReadingLangit mendung ketika Nara sampai di rumah. Suasana rumahnya yang biasanya dingin kini terasa lebih menekan, seperti dinding-dindingnya tahu bahwa ada badai yang akan meledak.Begitu ia membuka pintu, suara langkah cepat terdengar dari ruang tengah.**“Nara?”** suara ibunya muncul duluan, diikuti oleh wajah cemas. Tapi sebelum sempat bertanya, suara berat ayahnya menyusul.**“Masuk ke ruang kerja. Sekarang.”**Nara menelan ludah, meletakkan tasnya, lalu berjalan masuk ke ruangan itu dengan langkah pelan.Pintu ditutup. Sunyi sesaat.Lalu suara ayahnya meledak.**“Kamu pikir kamu bisa main petak umpet dengan kami? Kamu pikir kami nggak tahu kamu ke mana selama ini?”**Nara berdiri diam, menatap lantai.**“Dan sekarang kamu pulang, setelah semua masalah ini muncul—kontrak kita ditahan, saham anjlok, investor panik—dan semua karena *kamu* dekat dengan anak dari keluarga Adikara?!”****“Pak…”****“Diam!”** bentak ayahnya. **“Aku cuma mau satu jawaban. Benar atau tidak, kamu
last updateLast Updated : 2025-04-21
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status