All Chapters of Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri: Chapter 11 - Chapter 20

45 Chapters

Hanya Dimanfaatkan

Reynald itu jahat ... Reynald tidak pernah mencintaimu! Stigma-stigma atau settingan negatif seseorang oleh Mario pada Reynald itu terus memenuhi pikiran Talita. Reputasi Reynald? Nama baik perusahaan? Selama ini tak ada nama Talita di libatkan di dalamnya. "Saya adalah istri dari Presdir Reynald Christopher. Disini ... Saya harapkan kerjasama dan dukungan dari anda sekalian ... Terima kasih." Walaupun dengan terbata-bata, tapi Talita merasa telah sukses laksanakan permintaan Mario, sekaligus awal keberanian baru menunjukkan jati dirinya. Talita memberi anggukan hormat pada Reynald dan Veronica sejenak, baru kemudian membuang muka dan menutuni tangga panggung menuju ke arah pintu samping aula. Talita segera mempercepat langkah, toilet wanita jadi tujuannya selanjutnya. Bukan untuk panggilan alam, atau bahkan memperbaiki penampilan, tapi Talita hanya ingin menangis. "Aku memang istrinya ... Aku nggak salah," gumam Talita menguatkan diri di depan kaca. Sesenggukannya co
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Anak Mario Atau Reynald?

"Come on, Talita." "Selama ini aku cuma anak rumahan. Kuliah ke luar kota aja nggak boleh sama mamaku. Jadi gimana ya? Aku merasa akan sulit adaptasi di sana," jawaban polos Talita. Memang pada akhirnya Talita menyanggupi ajakan Mario mendatangi kampus integrasi Indonesia-New York, tapi hanya sebatas menutupi perasaan sungkan pada Mario. Mario tersenyum, tapi karena tak berminat banyak berikan bujukan untuk Talita, Mario menarik tangan Talita dengan sedikit paksaan. "Ayolah, kita masuk dulu. Kamu dengarkan dulu penjelasan dari mereka, aku yakin pasti tergugah." Mario membukakan pintu ruangan, sehingga Talita bisa melihat tatapan semua orang yang menjadikan mereka berdua perhatian baru. Niatan Talita untuk mengajak Mario ke tempat lain guna membicarakan ucapan Celine soal kehamilannya yang bocor, jadi teralih dengan deretan tulisan berupa pernyataan selamat datang untuk pendaftar baru. "Mario. Apa ini? Ini seminar perkenalan saja, kan?" Kali ini senyum Mario lebih pada kemena
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Kau Runtuhkan Rencana Jahatku

"Anakmu?" "Yes. Celine itu wanita bebas. Aku tahu siapa-siapa mantan-mantan pacarnya. She is hot, dan aku termasuk pria yang dengan gampangnya akan tertarik sama dia." Talita memegang cangkir minumnya dengan kedua tangan, tapi bukan untuk pembawa ke bibirnya. "Kqmu benar. Celine sangat cantik. Sepertinya aku nggak mungkin kayak dia," ucapan meniru pujian pada Celine dan hinaan untuknya dari Reynald kala itu. "Celine is beautiful, but you're gorgeous." Talita sempat membalas tatapan Mario, tapi kemudian memunduk lagi. Senyuman malu-malu sudah terlanjur tak bisa Talita sembunyikan. Getir, kenapa selalu Mario yang sering berikan pujian, dan bukannya suaminya sendiri, Reynald. "Aku cuma biasa-biasa saja. Sama aja kayak cewek kebanyakan. Nggak ada spesialnya. Nggak ada yang bisa aku banggain juga." "That's it!" Alis Talita naik satu. "Kenapa?" "Justru itu kelebihanmu, Talita. Kamu buat beban hidupmu itu bukan beban dalam arti sesungguhnya. Kamu nothing to lose jalani semua.
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Di Usir

Setelah berada di dalam taxi online, Talita merutuki diri sendiri. "Kenapa aku lakukan ini?" penyesalan di ujung jalan, karena mobil yang dia naiki telah sampai di depan rumah yang sebenarnya adalah neraka baginya. "Benar ini rumahnya, kan Mbak?" tanya driver taxi online sambil celingukan melihat ke arah luar, mengira suara Talita tadi sedang mengajaknya bicara. "Takut salah soalnya," lanjutnya. "Be benar, Pak." Talita gelagapan. Menyadari sempat melamun, sehingga tidak segera beranjak. "I iya, terima kasih ya Pak." Talita buka pintu mobil, menutup, tapi tak langsung menuju ke gerbang rumah. Tak beberapa lama, deringan ponselnya terdengar. "Saya sudah di gerbang, Nyonya muda." Suara Sari to the point saat Talita mengangkat panggilan. "Oke, tunggu." Talita mulai melangkah lagi. Gerbang rumah keluarga Christopher telah di buka oleh salah seorang satpam. "Belum ada orang di rumah ya, Mbak?" tanyanya setelah masuk dan di temani Sari, pembantu rumah tangga kepercayaannya. "Bu V
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Hinaan Menusuk Reynald

"Tapi, Nyonya ..." "Halah, nggak ada tapi-tapian. Cepat kemasi barang-barangmu!" Veronica memijit-mijit kening, akibat kerahkan emosi kemarahan. "Baik, Nyonya." Talita pamitan kembali naik tangga dan masuk kamarnya. Di tengah-tengah memasukkan pakaian dan barang-barangnya, bisa Talita dengar suara air shower dari kamar Reynald yang ada di sebelah. Dulu, dia sudah menyiapkan segalanya bahkan sebelum suaminya itu pulang. Sekarang Talita hanya bisa berdiri terpaku menatap dinding pembatas antara kasur dan posisi kamar mandi pribadi Reynald. "Lemarimu nggak berantakan, kan Rey? Apa kamu masih suka ambil baju di bagian paling atas? Terus kalau milih bagian tengah, jadi berantakan semua?" gumam Talita mengingat tiap tugasnya sebagai istri Reynald sebelumnya. Tak terasa air mata ini menetes. Sudah coba di tahan, namun ketegaran hati tak cukup menyudahi. Tiba saat menutup koper, suara pintu dari kamar Reynald terdengar tertutup. Talita sengaja hentikan aktifitas, menunggu derap lan
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Terpaksa Mengaku Salah

Pada malam harinya, Talita susah tidur. Ingin turun menuju dapur, tapi takut bertemu Veronica atau Celine. Baru saja akan meraih ponsel untuk menghubungi Sari, terdengar kegaduhan baru di luar kamar. Talita buru-buru keluar untuk mencari tahu. Salah satu suara di kenalnya sebagai milik pembantu kepercayaannya itu. "Pasti ini bukan pertama kalinya kamu coba mata-matain, kan?!" Celine memegang kedua tangan Sari yang menangis tersedu. "Maaf, Mbak. Saya bukan mau ke kamar Tuan Reynald, tapi ke Nyonya muda." "Halah. Jangan-jangan Talita yang nyuruh kamu ngintipin aku sama Reynald. Ngaku saja kamu!" Celine masih pada kecurigaannya. "Apa itu benar Sari?" Reynald ikut menghakimi. Sari melirik ke arah Talita, ketakutan menyelimuti wajahnya. "Nggak, Tuan. Saya memang mau ke kamar Nyonya muda. Sial bagi Sari, saat baru saja berniat menguping, pintu terbuka secara tiba-tiba. Reynald sebagai pertama memergoki, hingga Celine jadi meradang. "Iya, dia mau ke kamarku karena tadi aku te
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Istri Tak Becus

"Sari tidak akan ku pecat, tapi Talita tetap di sini." Jawaban pengundang getir Talita. Kenapa Reynald masihaaja bersikap tak mau melepaskannya? Bahkan Celine saja tak mengerti dengan jalan pikiran Reynald ini. "No debat. Kembali ke kamar masing-masing!" Kalau Reynald sudah memberi perintah, maka tidak ada yang akan berani membantah. Talita menarik tangan Sari untuk di bawa ke dalam kamarnya segera., sebelum ada reaksi dari Celine dan Reynald. "Mbak Sari. Jangan lakuin itu lagi, ya. Nanti kita berdua dapat masalah lebih besar. Tahu sendiri, Reynald kayak gimana." Talita beri peringatan keras pada pembantu rumah tangga kesayangannya ini. "Nyonya muda. Menurut saya, anda itu terlalu baik. Biarin suami satu atap sama selingkuhan, hamil lagi. Ini hidup nyata, bukannya drama. Kok bisa hatinya sekuat itu?" Sari duduk bersimpuh di hadapan Talita. Tak peduli walau Talita sudah memintanya berdiri, tapi ini juga sebagai bentuk kepeduliannya pada Talita. "Karena ... Entahlah, Mbak."
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Pujian Dari Orang Lain

Pintu kembar gaya eropa rumah Reynald telah terbuka. Dua orang pria berada di ambangnya. Satu orang berumur paruh baya dan berkacamata, pria yang sama datang ke rumah Talita waktu, yaitu Arya. Seorang lagi berumur kisaran 30 tahunan, bermata eksotik, berkacamata dan berpostur tinggi jangkung. Marlo adalah sekretaris baru Wira, namun sudah mendapat kepercayaan lebih. "Tuan Wira. Selamat datang," salam Reynald ramah. Sangat berbeda dengan sikap kesehariannya. Wira membalas salam dan pelukan hangat Reynald, tapi kemudian segera beralih pada Talita dan menyapanya. "Selamat malam, Nyonya. Bagaimana keadaan anda? Sudah lebih baik?" Apa maksudnya?? Pertanyaan pertama yang ada di dalam kepala Talita. "Sa saya? Iya, ba ba baik ... Baik." Talita spontan gelagapan. Selain baru kali ini jadi pendamping Reynald menemui kolega bisnis, tapi keheranan dengan pertanyaan Wira yang masih menyisakan tanya baginya. "Nanti kita bicara lagi ya, Nyonya." Senyuman Wira sebelum mengikuti ajakan Re
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Karena Aku Masih Peduli

"Saya? Tentu saja pernah." Talita tegakkan kepala. Menunggu apakah Wira akan secara sengaja membuka pertemuan serta isi dan maksudnya waktu itu. "Bukankah kemarin sewaktu pertemuan antara perusabaan anda, Nyonya Talita ini juga di sana?" jelas Wira. "Saya memang tidak aktif dalam acara, tempat duduk saya juga di paling belakang, tapi saya memperhatikan setiap detailnya, Pak Reynald." Entah kenapa, ada perasaan lega Talita mendengar jawaban Wira. Belum ingin berspekulasi apapun sampai yakin bahwa dia memanglah orang yang Wira maksudkan. Reynald tak bisa banyak berkomentar. Tahu diri reputasi pria di hadapannya ini. Ada rasa hormat lebih pada Wira di balik kepentingan proyek itu sendiri. "Oh iya, saya lupakan hal itu. Anda pasti tipe pria sangat profesional," jawaban Reynald jadi merasa tak enak juga. "Terima kasih, Pak Reynald. Boleh kita mulai makan sekarang? Saya sudah tak sabar." Wira ingin cairkan suasana. Selama jamuan makan malam tersebut, Wira tak henti-hentinya member
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Kesalahan

Sesuai kesepakatan, hari senin adalah waktu pertemuan kedua, tapi di kantor perusahaan Christopher. Tentu saja Talita di minta wajib hadir oleh Wira sebagai pendamping Reynald. Waktu penunjukkan singkat serta dadakan, membuat Talita hanya mendapatkan ruang sempit bekas gudang arsip. Kelebihannya hanya berada di satu lantai ruangan Reynald. "Baru ini yang bisa saya lakukan. Kalau butuh apa-apa, bisa langsung hubungi saya." Alika menunggu sebentar untuk memastikan Talita tidak temui kendala. Hanya satu meja, kursi, serta dua tumpuk dokumen saja sebagai pemandangan hari pertama Talita. "Nggak apa-apa, Mbak Alika. Aku sudah seneng dapat ruangan kerja begini." "Baiklah. Saya balik dulu ke meja. Pak Reynald sudah menunggu. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi saya saja." "Iya. Tentu saja." Talita tunjukkan raut tenang, walaupun dalam pikiran bergemuruh. Untuk beberapa detik lamanya hanya bisa duduk diam, tak tahu harus melakukan apa. Memendarkan pandangan ke seluruh ruangan yan
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status