All Chapters of Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri: Chapter 31 - Chapter 40

45 Chapters

Pergi! Sebelum Jatuh Cinta Padaku

Talita terhenyak, begitu juga dua orang pendamping mereka. Celine sampai berdiri, lalu berjalan mendekati keduanya. "Sayang. Ayo kita pergi dari sini!" pinta Celine agak memaksa. Awalnya Reynald bimbang. Beberapa pertimbangan di pikirkan. Sadar juga bila bisa saja akan ada kegaduhan bila permintaan Celine ini tidak di turuti. Reynald hela napas panjang, baru kemudian memutuskan. "Baiklah. Kita pergi dari sini." Mendengar jawaban Reynald, Celine tersenyum penuh kemenangan. Tarikan di sambut lingkarkan tangan manja pada Reynald, menjauhkan Reynald dari Talita. Talita terdiam, tapi ujung matanya terpatri pada gerakan Reynald dan Celine menuju ke pintu keluar restoran hotel sampai menghilang. "Bagus, Talita!" puji Mario di sertai tepukan tangan pelan. "Aku perhatikan kamu mulai ada keberanian buat nolak," lanjutnya dengan tatapan bangga. "Yeah, thanks." Talita lantas mengambil tasnya, ingin segera pergi dari tempat tersebut. Tidak mau tersiksa dengan pikiran bodohnya. Suda
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Kau Membutuhkan Dia

Setelah beberapa hari berlalu, Talita mengira sudah selesai segala urusan sisa pertemuan bisnis yang berhubungan dengan Reynald. "Gimanapun juga aku harus berhemat," gumam Talita di depan cermin. Memandang wajahnya sendiri dengan tersenyum, tapi kemudian berangsur memudar setelah mendapati kartu hitam di atas meja belajar sekaligus berfungsi untuk meletakkan kaca. "Nggak, aku bukan orang yang anda cari Pak Wira." Talita lantas memasukkan kartu konsumsi uang level tinggi itu ke dalam laci. "Aku akan berjuang sendiri. Ini mimpiku selama ini." Ya, sesuai obrolan berisi rencana dan mimpinya selama ini, Talita telah teguhkan niat diri untuk memulai hidup dari tantangan kerasnya kota New York. Surat lamaran sebagai pekerja paruh waktu di sebuah cafe dekat apartemennya telah mendapatkan tanggapan. Talita mendapatkan email balasan agar dia menjalani training sekaligus penerimaan sebagai pegawai baru. Hari pertama bekerja setelah pulang studi menjelang malam hari, tentu membuat Talit
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Ini Bukan Warteg!

Sempat terpikir untuk lari menghindar, tapi kenyataannya tidaklah mungkin untuk melakukannya. Ada pikiran terbesit, apakah pria yang di maksudkan oleh Sophie adalah pria tampan berwajah dingin di hadapannya ini? "Apa yang kamu lakukan di sini?" pertanyaan berisi kekecewaan dari Talita. "Justru aku yang seharusnya bertanya padamu. Apa yang sedang kamu lakukan di sini? Apa ini yang kamu sebut pekerjaan?" Talita mengikuti tatapan pria di hadapannya yang tidak lain adalah suaminya sendiri, Reynald, pada barang yang di maksudkan. "Ini? Iya, aku memang bekerja di sini. Lalu kamu?" Talita bertanya tidak kalah sinisnya. "Apa yang kamu lakuin di sini?!" pertanyaan bernada tinggi Talita, sedikit terbawa cara bicara Sophie. "Aku lapar pengen makan. Tidak boleh?!" Reynald melewati Talita, tak hiraukan apa ekspresi wanita yang masih sah jadi istrinya itu sekalipun. "Ariana!" Panggilan Sophie barusan mengalihkan Talita. "Layani dia dulu," perintah Sophie tanpa suara. Sophie kemudian
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

Kamu Kekanak-Kanakan!

"Aku tinggal dulu." Talita berpamitan pada Reynald dengan perasaan tak enak. Kesannya, setelah Mario maka terbitlah pria lain. Talita segera ke dapur lagi untuk selesaikan pekerjaan mencuci piring. Setelah selesai dan berganti pakaian, Talita kembali ke area depan. Helaan napas lega jadi penyambut ketika sudah tak di temuinya Reynald di mejanya semula. "Sweety. Kemarilah." Sophie melambaikan tangan agar Talita mendekat. Setelah wajah sang manager, tentu saja sosok pria berbadan tegap itu jadi perhatian Talita selanjutnya. "Aku kenalkan kau padanya!" pekik Sophie setelah salah seorang karyawan memberi isyarat menggantikannya sebentar di meja kasir. "Iya?" Mungkin sudah tinggal di kota sebesar New York dalam hitungan berminggu-minggu, tapi setiap norma-norma yang sudah mendarah daging berlaku di Indonesia, tentu masih belum bisa Talita tinggalkan. Perasaan gugup dan jaga jarak pada pria baru, menjadi tingkahnya sekarang. "Namanya Levi. Dia berasal dari Texas. Asal kamu tahu, Le
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

Adu Ego

Reynald tertegun sesaat. Talita sudah semakin berani mengutarakan isi hati. "Ma maaf. Mungkin aku no respect." Talita lepaskan jaket dan sepatu, lalu di taruh tempat khusus sebelum masuk ke dalam terlebih dulu. Reynald masih berdiri mematung, kedua tangannya terangkat di pinggang. Tatapannya tertuju pada Talita. dengan kepala manggut-manggut. Semakin yakin kalau mulai saat ini tidak bisa memandang Talita sebagai wanita lemah dengan segala kerapuhannya. "Katakan apa yang pengen kamu bahas sama aku? Surat cerai? Saham? Apa? Bagiku kok sudah beres semua. Kamunya aja mungkin yang problematik, anggap semua itu belum kelar-kelar." Perlahan, Reynald lepas sepatu booth setengahnya untuk di sejajarkan di samping milik Talita. Hal yang baru kini dia lakukan, tanpa gerak pelayanan Talita seperti masih jadi istrinya. "Soal dirimu," jawab Reynald singkat, karena selanjutnya tidak ada penjelasan lebih sampai beberapa detik. Talita mengambil lap kering untuk membasuh air dari sisa mencuc
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

Dia Siuman, Aku Pergi

Bukk!! "Talita!" Pekikan secara bersamaan antara Reynald dan Mario, tapi Reynaldlah yang pertama menjadi penopang tubuh Talita yang tiba-tiba lunglai dan matanya terpejam. "Lu apain Talita?!" gelegar suara tanya Mario. Ada ketidakterimaan darinya pada Reynald. Reynald yang memang memiliki sifat dasar dingin, tak menggubris pertanyaan Mario. Tubuh Talita telah berada dalam gendongannya. Masih memakai sepatu, Reynald terpaksa masuk ke ruang tamu. Di rebahkan Talita di atas sofa, kemudian di goyang-goyangkan seraya ucapkan panggilan. "Talita ... Talita ... Buka matamu," usaha Reynald dalam kepanikan. Wajahnya pucat, menatap gusar pada wajah cantik istrinya ini. "Minggir!" bentak Mario kasar. Sedianya tangan Reynald akan memegang pipi Talita, tapi telah di tangkis Mario. "Lu sudah nggak berhak sama hidup, Talita!" sentaknya serasa kepemilikan atas diri Talita. "Dia istriku." "Bukan lagi!" Mario dorong tubuh Reynald yang berjongkok, sehingga dengan mudah menjatuhkannya di a
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

Apa Kamu Mau Kita Bercinta?

Ke esokan harinya. "Hayo melamun!" Gertakan Mario pada Talita yang termenung menatap kosong layar laptop. "Mikirin apa, sih? Sudah baikan, belum?" "Iya, begitulah." Talita lantas menutup laptop, lalu melipat kedua tangan di atas meja di salah satu meja gazebo. "Maaf, tadi aku langsung jalan ke kampus sendirian. Bangunku kesiangan, jadi ku pikir kamu pasti sudah jalan duluan," penjelasan tak enak hati Talita. Sudah jadi kebiasaan jalan bersamaan, tapi pagi ini ternyata pengecualian. "Pantesan aku gedor-gedor, telpon, kamunya nggak ada respon. But it's oke. Kamu pasti butuh istirahat gara-gara semalam. Apa kamu mau libur kerja part time? Kali aja masih kecapean." Talita gelengkan kepala. "Nggak apa-apa, aku masuk kerja aja. Itu juga buat hiburan, biar nggak keingetan." "Keingetan? Sama siapa? Reynald?" Talita terlambat nyadar. Tak sengaja ungkapkan pikiran, dan sialnya Mario sudah terlanjur menangkap gelagatnya ini. "Eh, ehm ... Itu, nggak begitu ..." "Hayo. Masih kepik
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

Kok Jadi Merasa Kasihan, Ya?

Kau menjauh saat ku butuh. Kini, kamu mendekat saat pilar cintaku runtuh. Talita balik pergelangan kirinya. Jam bergelang silver menunjukkannya pada waktu. "Ini belum juga jam 5, kamu kok sudah datang ke sini?" Terlihat jelas, Talita sedang tidak bersahabat. "Aku sudah lapar," jawaban santai Reynald. "Apa yang harus aku makan kalau jam segini?" Di hadapannya telah tersuguh buku daftar menu, tapi Reynald tak sekalipun menyentuh, alih-alih membukanya. Talita berkacak pinggang. Wajahnya tertekuk, biburnya berkerut. "Kemarin malam-malam kesini, sekarang bahkan belum waktu lazimnya makan malam. Apa tunanganmu itu nggak kasih kamu makan? Atau restoran hotel kalian masih tutup? Urusan bisnis kita sudah selesai, kenapa kamu nggak juga balik ke Indonesia?" Bibir Reynald membuka, tubuhnya tergerak ke belakang seolah terkena imbas pusaran kemarahan Talita tepat di depan wajahnya ini. "Mbak. Aku pelanggan baru cafe ini. Masa cuma pesen makanan aja, pake di kasih bonus bentak-bentak
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

Sakiti Hatiku Agar Bisa Melupakanmu

"Maaf." "Apa?!" tanggap Sophie. Tubuhnya bergeser, mengintip ke tulisan dari secarik kertas dalam genggaman Talita. "Itu artinya apa?" Rasa ingin tahu Sophie. Bagaimana bisa satu kata, tapi bisa membuat Talita termenung lumayan lama. "Sorry. Itu artinya." "Oh, My God!" Sophie takjub. Selagi belum ada pengunjung baru masuk, Sophie bergeser menempel ke Talita. "Manis sekali. Dia juga sepertinya seorang gentleman. Apa hubungan kalian sangat spesial dulunya?" koreknya. Awalnya Talita ragu. Selama ini, yang jadi tumpuan curahan hati adalah Mario. Sejak tinggal di New York dan jauh dari Vani, memang berat buat Talita untuk menyimpan setiap kegalauan seorang diri. Tapi kini, ia berharap Sophie bisa jadi penggantinya. "Dia suamiku ... Sampai sekarang masih suamiku." "What!!" Sophie tutup bibirnya yang ternganga. "Karena itu kamu pernah bilang hubungan kalian berdua rumit?" Sorot simpati Sophie layangkan. "Iya," anggukan Talita. "Dan pria pengantar kamu tadi pagi? Siapa dia?"
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

Berhimpitan Di Dalam Lift

"Itu hakmu." Setelah berikan jawaban, Reynald kembali berjalan. Langkahnya cepat lagi, tapi beberapa langkah berbalik. "Putar balik sana. Aku antar kamu pulang," perintahnya dingin. Keduanya berdiri berhadapan dalam kebekuan. Berikan waktu buat sepasang kekasih yang lewat. Dua sejoli warga New york itu awalnya bergandengan tangan, lalu berpelukan dan kemudian berciuman. Suasana canggung terjadi saat sang pria menyinggung lengan Reynald seraya berujar godaan. "Cium dia juga, Dude. Bawa pulang ke tempat tidurmu, jangan di tengah jalan begini." Reynald salah tingkah, jadi hanya senyum tipis buat jawaban. Setelah sejoli itu berlalu, ia angkat dagu tertuju pada Talita. "Keburu malam. Sudah berani kabur ke New York, masa pulang kerja malam dikit gitu malah takut," sindirnya. "Ngeselin!" Kedua pipi Talita menggelembung. Sepanjang langkah terus picingkan mata. Hatinya berat penuh kedongkolan. Memang sih, baru-baru ini bisa ekspresikan diri di hadapan Reynald, tapi kesannya kok b
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status