Bab 11Aku pikir malam itu akan berakhir dengan tenang setelah telepon dari Damar terputus. Tapi ternyata, gelisah ini tak kunjung pergi. Aku berbalik, memandangi Rafa yang masih lelap dalam pelukanku. Wajahnya damai, polos… belum ternoda oleh kenyataan hidup yang rumit dan menyakitkan.Bagaimana jika suatu hari nanti dia tahu?Bagaimana jika dia menuntut penjelasan? Kenapa ayahnya pergi? Kenapa aku tak pernah menceritakan apa-apa? Kenapa aku sembunyikan kebenaran?Tiba-tiba air mata itu datang lagi, jatuh tanpa bisa dicegah.******Pagi harinya, aku menyimpan semua kekacauan hati itu di balik senyum yang dipaksakan. Rafa harus sekolah. Aku harus bekerja. Dunia tidak berhenti hanya karena hatiku yang sedang berantakan.Tapi saat membuka pintu depan aku langsung tertegun. Di sana ada setangkai bunga rose kesukaanku. Tidak ada kartu ucapan. Hanya setangkai bunga, aku bisa menebak siapa pengirimnya. Damar. Laki-laki tahu betul bunga kesayanganku. Alih-alih bahagia menerima bunga ini, j
Terakhir Diperbarui : 2025-04-10 Baca selengkapnya