All Chapters of Dikira Suami Payah, Ternyata Harta Berlimpah: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Bab 31

Pernyataan Lufi terasa seperti menentang suasana di ruangan itu, membuat atmosfer yang sebelumnya penuh semangat tiba-tiba menjadi kaku. Semua tatapan penuh ketidaksenangan kini tertuju padanya.Marina menjadi yang pertama berbicara. "Lufi, apa maksudmu? Semua orang lagi berusaha keras mengumpulkan uang untuk Hanny. Kakek bahkan rela mengeluarkan semua tabungannya, tapi kamu? Nggak mengeluarkan sepeser pun, malah bicara seenaknya!""Tabungan terakhir?" Lufi mengerutkan kening. Apa Marina sedang secara tidak langsung mendoakan Felix untuk segera meninggal?Marina benar-benar tidak tahu sopan santun. Sebelumnya, ketika Farmasi Hanny belum sukses, keluarga mereka sepenuhnya bergantung pada Felix. Saat itu, setiap kata Felix adalah perintah yang tak terbantahkan."Ucapan Marina memang kasar, tapi ada benarnya," kata Ethan dengan nada kesal. "Lufi, jangan seperti orang yang nggak bisa menerima kenyataan. Kalau kamu nggak punya uang untuk diinvestasikan, tutup mulutmu saja!""Perusahaan Hann
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 32

"Ah ... apa yang kamu lakukan?"Rensia terkejut, wajahnya langsung berubah panik, sambil berusaha melawan. Namun, kekuatannya jelas tidak sebanding dengan Lufi."Aku cuma memenuhi keinginanmu," jawab Lufi santai.Padahal dia sama sekali tidak pernah melakukan apa pun dengannya, tapi Rensia terus mengatakan sebaliknya. Jadi, Lufi memutuskan untuk "mewujudkan" ucapannya."Hentikan! Aku nggak ngomong lagi, oke?" Rensia akhirnya menyerah, terutama karena Lufi kelihatan benar-benar serius. Bahkan celana jeans-nya hampir melorot.Lufi akhirnya melepaskan Rensia, lalu duduk kembali sambil tersenyum tipis.Rensia hanya bisa melotot dan wajahnya memerah. Dalam hati, dia berpikir, "Orang ini, jelas-jelas sudah ngelakuin tapi masih nggak mau ngaku."Setelah merapikan bajunya, dengan wajah yang masih kemerahan, Rensia berkata, "Lufi, kalau kita mau ngelawan Tomy, pertama-tama kita harus selesaikan masalah di dalam keluarga dulu.""Maksudmu ... Winardi?" Lufi menyipitkan matanya, langsung teringat
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 33

"Tapi kamu nggak merasa tindakan ini terlalu berisiko?""Karena aku punya kamu.""Kamu terlalu memandang tinggi aku," jawab Lufi dengan nada datar."Aku selalu percaya pada penilaianku," Rensia menimpali dengan senyum penuh keyakinan.Seharusnya pada momen ini, Lufi langsung setuju untuk membantu. Bagaimanapun, Rensia sudah meninggikan posisinya. Sulit bagi seorang pria untuk menolak hal seperti itu.Namun, Lufi justru berkata dengan tegas, "Aku nggak ikut. Kamu urus sendiri saja."Rensia menggigit bibirnya, kesal. "Kenapa kamu begitu? Bukannya kamu sudah bilang mau bantu aku?""Orang bijak nggak akan cari masalah di tempat berbahaya," jawab Lufi dengan santai."Kalau semuanya selesai, kukasih kamu akar ginseng berusia seribu tahun," Rensia akhirnya mengeluarkan penawaran andalannya.Mata Lufi langsung berbinar. "Oke!"Rensia mendengus kesal, dadanya naik-turun karena emosi. Pria di depannya ini benar-benar tidak pernah bertindak kecuali ada keuntungan.Padahal dia sudah datang sendiri
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 34

"Tolong! Mmhh ...." Hanny baru sempat berteriak sekali sebelum mulutnya langsung ditutup rapat oleh salah satu pria berbaju hitam itu.Pria-pria tersebut jelas bukan orang sembarangan. Gerakan mereka cepat dan terlatih, hanya membutuhkan beberapa detik untuk menyeret Hanny masuk ke mobil setelah turun dari mobilnya."Apa-apaan ini? Lepasin Hanny, atau aku lapor polisi!" Amanda berteriak sambil mencoba mendekat, tetapi salah satu pria berbaju hitam itu mendorongnya hingga terjatuh."Jangan khawatir. Pak Winardi cuma ingin mengundang Bu Hanny sebagai tamu," ujar salah satu pria itu dengan nada dingin. Setelah itu, mereka masuk ke mobil dan langsung pergi meninggalkan Amanda yang kebingungan."Hanny! Hanny!" teriak Amanda panik. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon polisi.Namun, begitu menyebut nama Winardi, suara di telepon langsung terdengar gemetar. "Kami akan mencatat laporan Anda. Silakan tunggu kabar selanjutnya," ujar operator polisi, yang terdengar tidak ingin terlibat
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 35

Tak lama kemudian, gaun Hanny sudah robek, memperlihatkan sepasang kaki panjang yang putih bersih dan memancarkan pesona yang luar biasa.Winardi yang darahnya sudah mendidih, merasakan urat di dahinya mulai menonjol. Saat dia hendak melangkah lebih jauh, suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar."Astaga! Apa pun itu, tunggu sebentar! Nggak tahu kalau aku lagi sibuk?" serunya dengan nada dingin."Tuan Winardi, Nona Rensia sudah setuju untuk datang ke jamuan malam ini," jawab suara dari luar pintu. Suara itu adalah suara Bobby, kepala pelayan yang sangat setia kepadanya."Apa?"Tubuh Winardi langsung menegang dan gerakannya pun terhenti. Api di dalam dirinya seketika padam. Kegagalan di Paviliun Selestial telah membuat posisi Winardi terpojok. Amran sudah mulai mengambil langkah untuk menjatuhkannya.Pilihan yang tersisa baginya hanyalah taruhan terakhir: menyingkirkan Rensia dan mencoba membalikkan keadaan.Seperti kudeta dalam istana, permainan ini penuh dengan intrik. Winardi tahu, si
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 36

George menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia langsung melihat Marina yang tampak cemas berdiri di tepi jalan."George!" Marina langsung menghampirinya."Apa yang terjadi? Di mana Hanny?" tanya George dengan nada panik.Marina menjelaskan semuanya dengan cepat dan menambahkan, "Hanny sudah dibawa pergi sekitar setengah jam yang lalu. Aku nggak tahu gimana kondisinya sekarang. Siapa sebenarnya Tuan Winardi itu?"Tuan Winardi?George yang sering bersosialisasi di kalangan elite Kota Yunan, tentu saja pernah mendengar nama besar Winardi. Dia adalah tokoh penting di Keluarga Hardian, paman kandung Rensia. Namun, George benar-benar bingung kenapa orang sekelas Winardi harus berseteru dengan Hanny."Aku juga nggak paham," gumam George dengan kening berkerut."George, kamu harus cari cara! Hanny nggak boleh kenapa-kenapa," desak Marina dengan nada penuh kekhawatiran.George mengangguk ragu, lalu berkata, "Baik, aku coba telepon dulu."Dia menelepon beberapa orang, tetapi kebanyakan da
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 37

Winardi sempat tercengang. Bukankah biasanya serangan dimulai setelah minum beberapa ronde dan makan beberapa hidangan? Kenapa ini malah baru masuk langsung membalik meja? Lufi ini memang tidak bisa ditebak!"Lufi, maksud kamu apa? Aku ini berniat baik mengundang Rensia untuk makan malam, tapi kamu ...."Winardi belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika Lufi melemparkan sesuatu dengan cepat. Kilatan putih melesat melewati tirai yang tergantung di tengah ruangan."Aaaahhh!"Jeritan menyakitkan terdengar, disusul tubuh seorang pria berbaju hitam yang terjatuh sambil memegang lehernya. Kilatan putih itu ternyata adalah pecahan piring yang tertancap di pembuluh nadi leher pria tersebut sehingga mengalirkan darah segar ke lantai.Klang!Pisau baja yang sebelumnya dipegang pria itu jatuh ke lantai dengan suara nyaring."Paman, jadi ini maksudmu? Mengundangku makan malam sambil menyembunyikan orang-orang bersenjata?" tanya Rensia dengan nada terkejut sambil menunjuk pisau yang tergeletak d
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 38

"Mmhh ... mmhh ...."Keributan dari bawah menggetarkan lantai, membuat Hanny yang berada di lantai atas terkejut. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Mendengar suara langkah kaki dan teriakan pertempuran membuatnya menggigil ketakutan.Dengan sekuat tenaga, dia berhasil membuka ikatan di tangannya. Setelah itu, dia melepas lakban hitam yang menutupi mulutnya dan tali yang membelit kakinya.Hanny berhasil membebaskan diri, tetapi dia tidak berani keluar. Di lantai atas maupun bawah sepertinya penuh dengan orang. Aroma darah sudah mulai tercium hingga ke lantai atas. Satu-satunya tempat yang sepertinya aman adalah kamar ini, ruang tidur yang dia tempati saat ini.Dia menatap sekeliling dengan cemas. Satu-satunya tempat yang mungkin bisa dia gunakan untuk bersembunyi adalah lemari besar di dekat tempat tidur. Meski lemari itu memiliki pintu kaca transparan, dia tetap memutuskan masuk ke dalam dan bersembunyi di balik pakaian yang tergantung di dalamnya.Dia berniat menunggu sampai sem
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 39

Setelah suara tembakan meledak, pasangan pria dan wanita itu memperlihatkan senyuman kejam di wajah mereka. Itu adalah ekspresi khas mereka setiap kali berhasil menghabisi nyawa lawan.Dor dor dor!Enam peluru itu mengenai sasaran dan terdengar suara peluru yang menembus tubuh serta suara percikan darah. Namun detik berikutnya, ekspresi mereka berubah drastis.Pasalnya, peluru itu bukan mengenai Lufi, melainkan Hendra!Tidak ada yang bisa melihat bagaimana Lufi berhasil menangkap Hendra dalam sepersekian detik dan menjadikannya perisai hidup. Namun kenyataannya jelas: Hendra telah tewas.Enam peluru menghantam tubuhnya, membuatnya hanya mampu meronta beberapa kali sebelum akhirnya terkapar di lantai tak bernyawa. Bahkan menjelang ajalnya, matanya tetap terbuka lebar, seolah tak percaya dia mati di tangan rekannya sendiri.Winardi mulai berkeringat deras. Pria di hadapannya ini jelas bukan lawan biasa.Klang!Tanpa jeda, saat semua orang di ruangan itu masih terkejut, Lufi kembali berge
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 40

Brak!Pistol di tangan Rensia terjatuh ke lantai, menghantam ubin yang sudah berwarna merah darah. Dia menatap tubuh Winardi yang tergeletak tak bernyawa. Kedua tangannya menopang lutut, napasnya tersengal-sengal, sementara air mata jatuh berderai-derai dari matanya.Lufi melangkah mendekat, menepuk bahunya, memberinya sandaran.Rensia spontan jatuh dalam pelukannya dan menangis terisak-isak. Namun, dia bukanlah orang biasa. Setelah meluapkan kesedihannya, dia pun kembali tenang.Dia menatap Lufi dengan intens. Pria di depannya ini sudah dua kali membantunya melewati situasi genting dan membalikkan keadaan.Mulai saat ini, Winardi telah berakhir. Seluruh bisnis Keluarga Hardian di Kota Yunan kini berada dalam genggamannya. Tatapan Rensia bersinar penuh semangat dan ambisi.Di luar, pertempuran hampir selesai. Aryan masuk bersama dua anggota pasukan elite keluarga Hardian. Melihat Rensia baik-baik saja, dia akhirnya menghela napas lega.Aryan memandang ke arah ruang tamu yang kini penuh
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status