All Chapters of Married to My Childhood Friend: Chapter 21 - Chapter 30

37 Chapters

21. Game Pelampiasan

"Woah, haaaa! Udah lama banget aku nggak main ini! Wah, woah, bos Gorila gunung datang bawa pasukan! Jangan remehkan kekuatan penyihir Pink, dasar Gorila bau! Akan ku binasakan semua pasukanmu itu, hahaha!" Nayla menekan tombol remote control game heboh di lantai bersandar sofa.Shaka dengan tenang duduk di sebelahnya bermodalkan kacamata. "Kamu nggak akan bisa mengalahkannya dalam sekali serang, loh," saran Shaka yang sudah membasmi banyak monster di area pertempuran. Monster-monster itu mengelilingi bos Gorila dan menyebar ke seluruh hutan demi menyerang dirinya dan Nayla secara terang-terangan maupun diam-diam."Jangan bercanda tau! Serangan bola apiku dimakan?! Pasukan Gorila macam apa itu?!" Nayla mengamuk mengerahkan seluruh kekuatan penyihirnya. Shaka anteng bermain serius tanpa ekspresi. "Pahlawan wanitanya payah," ucap Shaka membakar gejolak kemenangan Nayla. "Haaaaa?! Diam kamu, Elf muka hijau yang pakai baju kulit macan tutul! Dikira cosplay Tarzan, kah?! Kita lagi per
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

22. Baby Purple

"Eee, gimana, dong? Aku nggak punya baju bagus buat kondangan." Satu jam sebelum pergi ke pesta Nayla sibuk membongkar lemari. "Baju selemari begitu apanya yang nggak punya baju?" Shaka menunjuk tumpukan pakaian Nayla. "Itu semua udah lecek kupakai kerja yang buat acara-acara nikahan nggak ada," elak Nayla. "Huft, minggir! Biar aku pilihkan." Shaka menggeser Nayla sengaja. "Ha?! Eh, eh, mau ngapain?! Jangan lihat isi lemari aku! Ada pakaian dalam aku tau!" Nayla menggeser Shaka balik dan langsung menghadang lemarinya yang terbuka lebar dengan kedua tangan terbuka. Shaka menganga, "Maaf aja tapi aku nggak tertarik sama barang pribadimu yang kayak anak SD." Shaka mendorong Nayla lagi sampai geser dua langkah."Apa?! Haaa, nggak sopan banget! Jangan ngehina barang-barang aku, ya. Ini limited edition tau!" Nayla tersungut mengambil salah satu penutup payudara berwarna Pink. Shaka langsung pucat pasi, "Eee, kamu yakin itu bukan punya anak SD? Gambar stroberi?" Nayla ternganga lagi
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

23. Kaki yang Menjaga Kehormatan

"Hahaha, bercanda doang tau bercanda." Nayla mengibaskan tangan. Wajah Shaka terlalu kaku dan menurut Nayla itu lucu. "Aku aja pingsan setelah kamu ijab kabul," lanjutnya. Shaka menelan ludahnya susah payah. Untuk menutupi kegagapannya Shaka mengerutkan kening, "Benar, gimana mau nikah lagi?" Nayla terkekeh, "Kamu kaget, ya?" "Diam!" desis Shaka kesal. Nayla semakin senang menggodanya. Tangan mereka semakin tergenggam erat sampai malam menghipnotis semua orang. Semakin kelam dan semakin dingin pula kekosongan di hati. Nayla menatap Shaka tanpa berkedip setiap kali laki-laki itu menanggapi teman sekantornya. Shaka benar-benar terlihat seperti laki-laki yang bisa diandalkan. Senyum Nayla semakin meningkat, tetapi mengapa hatinya terasa hampa. Apakah karena sosok itu belum dia terima secara utuh dalam hatinya. Padahal tidak ada yang kurang Shaka. Pertanyaan yang sama pun jatuh pada Shaka. Mungkin Nayla juga belum ada di jiwanya. Nyatanya nama Verlin belum bisa lepas sempurna dari
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

24. Bekal Makan Siang Dadakan

Rasa lelah menyelimuti keduanya. Setibanya di rumah tanpa melepas pakaian mereka tidur dengan posisi sembarangan. Lebih kasihan lagi Shaka yang harus masuk kerja pagi-pagi. Setelah mobil Shaka berhasil diperbaiki, laki-laki itu menyuruh Nayla mengambilnya di bengkel karena Shaka sudah di kantor. Dia berangkat naik ojek online. Meskipun tidak memiliki SIM Nayla bisa mengendarai mobil. Namun, dia lupa jika akhir-akhir ini alam sedang marah. Langit terus menangis dan angin terus menerbangkan debu-debu yang tak sempat kering. Jalanan Jakarta menjadi kelabu di pagi hari. Sangat sulit dilihat dari kaca mobil. Akhirnya Nayla menepi dan berteduh di salah satu garasi cuci motor kosong yang sepertinya tidak berpenghuni. Sebentar lagi akan hujan. Benar, tak menunggu waktu lama hujan pun datang dengan derasnya. Cardigan Nayla menjadi agak basah karena angin menerpa hujan sehingga mengenai dirinya. "Aduh, kenapa mesti pagi-pagi, sih? Kenapa nggak nunggu aku sampai rumah dulu?" gerutunya semba
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

25. Panggilan Tersirat Verlin

Rasanya seperti melakukan romansa muda di tahun putih abu-abu. Nayla menggeleng dan fokus mengemudi. Menunggu Shaka pulang dan diam di rumah. Namun, tak disangka Vira datang bersama Gilang mengunjungi rumahnya di jam tiga sore. "Heeehh, yang bener kamu?!" Nayla syok dengar Vira bercerita. "Bodoh! Kalau nggak kenapa kita bisa sampai di sini." Vira asik memakan kacang di toples yang disediakan Nayla. Sudut mata Nayla berkedut. Tidak menduga Shaka meminta nomor Vira dan Gilang secara langsung di tempat kerja waktu dia menghilang hanya gara-gara untuk menanyakan sesuatu jika saja Nayla dalam masalah. "Dasar tidak berperasaan! Suamimu sampai kalang kabut begitu kamu ngilang. Dia khawatir sama kamu, Nay. Sangat, sangat khawatir sampai mukanya pucat kayak ikan mati. Kamu benar-benar tega, ya. Nggak waras tau." Nayla meringis ditunjuk dan dituduh sedemikian rupa. "Eee, aku cuma pulang bentar, kok. Aku juga nggak ngira dia bakal secemas itu." cicit Nayla di akhir kalimat. Gilang mendes
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

26. Kembalikan Shaka Padaku

Pukul enam dini hari. Masih tersisa embun di ujung daun pakis yang tertanam di sisi gedung serbaguna. Jelas belum ada orang yang datang. Hanya beberapa gelintir mereka yang pekerja keras sebagai panitia pelaksana. Sepertinya mereka sudah di sini sejak malam. "Oh? Nayla? Kamu masuk, ya?" tanya seorang laki-laki yang Nayla sendiri tidak tahu namanya. Nayla hanya tahu orang itu berkontribusi sebagai panitia acara. "Ya, cuti di saat kalian sibuk ternyata nggak enak." ringis Nayla pura-pura merasa bersalah. "Hahaha, iya, 'kan? Sayang banget gajinya kalau disia-siakan. Ini masih pagi, kamu duduk aja di situ nunggu yang lain datang. Kalau mau bantu juga nggak apa-apa." orang itu mengangkat beberapa kotak kardus yang terasa berat. "Ahaha, aku bantu, aku bantu." Nayla segera ikut mengangkat kotak yang lain, "Wah, berat banget! Cuma kamu sendirian yang ngangkat?" Otot lengan Nayla serasa lemas seketika. "Semua itu isinya produk serum kita yang baru selesai diproduksi semalam. Habisnya sem
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

27. Ancaman Seorang Profesional

Hawa dingin di sekujur tubuh menyelimuti atmosfer. Vira menutup mulut syok meski sudah menduganya. Handphone yang merekam di tangan sampai bergetar. "Blak-blakan sekali ... inikah nyali cewek cantik super multitalenta? Nayla ... naik darah nggak, ya? Gue jadi deg-degan," gumam Vira di balik bekapannya sendiri. Di luar dugaan, Nayla justru tersenyum miring. Verlin mengerutkan kening merasa diremehkan. "Kenapa kamu tersenyum?" tanya Verlin. Nayla menatap langit biru penuh arti di matanya. "Bagaimana bilangnya, ya? Awan-awan putih di sana pasti lebih mengerti daripada kamu." Jawaban Nayla membuat Verlin berdecak. "Apa maksudmu?" Nayla menoleh, "Kamu ... tidak akan mendapatkan cintanya Shaka meskipun jika kamu berhasil memisahkan kami." Verlin terjingkat bingung, "Omong kosong! Kami pacaran sejak kuliah sampai kamu merebutnya dalam waktu sehari semalam. Gara-gara kamu cinta kami kandas tanpa alasan yang jelas. Gara-gara kamu Shaka jarang menemuiku seolah kamu prioritas utamanya.
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

28. Reka Rekaman Mobil

Matahari menghilang menjelang sore. Acara selesai pukul empat dan Nayla tidak ingin pulang. Di halaman depan gedung dia melamun menikmati redupnya matahari tertelan mendung putih. Angin berhembus kencang sampai daun-daun pakis bergoyang dan menjatuhkan buahnya. Bukan hanya itu, dedaunan kering dari trotoar dan jalan raya berterbangan serabutan tak tahu arah. Di saat tadi siang panas terik, bagaimana bisa sore hari menjadi segelisah ini. Nayla mendesah panjang dan duduk bersandar tiang. Kakinya ditekuk, ujung sepatu pun bisa merasakan betapa dahsyatnya terjangan angin hari ini. "Nggak ada tanda-tanda hujan." Nayla masih mendongak. Dia tidak mencium adanya air di gumpalan awan itu. Handphone di tas sejak tadi berdering, tetapi Nayla abaikan karena semua itu atas nama Shaka. "Hei, aku pulang dulu, ya! Kalian jangan lama-lama juga, bentar lagi gedungnya mau ditutup!" Gilang berteriak sambil berlari keluar dari gedung. "Astaga! Cewek?!" Kaki Gilang mengerem mendadak melihat punggu
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

29. Pacaran

"Nayla!" "Huaaaa!" Nayla terjingkat Shaka memanggilnya lantang di balik pintu mobil saat dirinya melamun duduk bersandar tiang. "S-Shaka?" Nayla segera menegakkan badan. Shaka berlari menghampiri setelah membanting pintu mobil."Dasar keterlaluan! Kenapa teleponku nggak diangkat?! Aku panik tau, nggak?!" Shaka terengah menunjuk Nayla kesal."Aaaa, aku minta maaf. Habisnya aku asik melamun." Nayla menangkupkan tangan sambil terpejam erat. "Ha?! Alasan macam apa itu?!" suara Shaka sampai tercekik. Nayla meringis dan menyuruh Shaka duduk di sebelahnya kemudian memberikan sebotol air mineral sisa dari nasi kotak tadi siang. "Minum dulu, Bos, biar tenang." Shaka meraihnya cepat dan meminum semuanya. "Wah, kamu kayak habis lari maraton." Nayla berkedip dua kali. "Ck, kalau mau berangkat kerja bilang biar aku nggak kelagapan. Kalau kamu hilang gimana?" Shaka meremas botol air itu sampai remuk. "Eee, maaf-maaf, habisnya tadi Urgent banget jadi nggak bisa jelasin secara langsung." d
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

30. Resmi

Untaian ajakan yang terdengar seperti perintah. Nayla berhasil menghentikan waktu beberapa detik pada laki-laki itu."Kamu ... nggak bercanda, 'kan?" Shaka berkedip dua kali. Nayla menggeleng, "Aku serius." Namun, terdengar seperti bercanda. Apalagi gadis itu asik makan padahal pembahasan mereka seekstrim ini. Shaka merengut menatap Nayla dalam dan memalingkan muka. "Nggak mau!" Sontak Nayla terbatuk, melotot, dan menoleh, "Hah?! Kenapa nggak mau?" "Kamu ngomongnya nggak serius! Jangan mempermainkan aku." Sudut bibir Nayla berkedut, "Apanya yang mempermainkan kamu? Aku nahan malunya setengah mati tau!" Shaka menoleh, "Masa?" "Iya, lah! Lagian kita udah nikah juga. Apa salahnya pacaran?!" kesal Nayla. Pipi Shaka memerah tipis, Nayla bisa melihatnya dari tatapan Shaka. "Kenapa kamu tiba-tiba ngajak pacaran?" menunduk melihat telur dadar, "Kamu beneran suka sama aku, ya?" "Hmm, bener banget!" Nayla mengangguk mantap. "Apa?!" Shaka terkejut lagi. "Eerrrr, udah, dong pasang m
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status