Hari-hari menjelang pentas drama makin mendekat, dan seperti yang sudah diduga, kekacauan masih terus terjadi. Di pagi terakhir sebelum gladi resik, semua anggota tim sibuk ngecek properti, kostum, dan skrip.Rani yang bertugas jadi koordinator udah kayak ibu-ibu di pasar pagi, lari ke sana-sini sambil teriak.“Dika! Mana mikrofon cadangan? Gue nggak lihat ada di tas properti!”Dika, yang lagi nyari di gudang, cuma teriak balik. “Tenang, Ran! Masih gue cari! Tapi kalo nggak nemu, pake kaleng aja!”“DIKA!” Rani hampir melempar clipboard ke arahnya.Cinta muncul dari belakang sambil nyengir lebar. “Santai, Ran. Lo tuh kayak mau perang. Ini cuma drama, bukan misi penyelamatan dunia.”Rani ngelirik tajam. “Cin, kalau gue denger kata ‘santai’ dari mulut lo sekali lagi, gue sumpahin lo lupa dialog di panggung nanti!”Fauzi, yang lagi asyik makan roti di pojok, cuma menambahkan, “Udah, Ran. Jangan terlalu tegang. Nanti lo malah pingsan di panggung duluan.”Rani udah mau marah, tapi ditahan.
Terakhir Diperbarui : 2025-01-04 Baca selengkapnya