Semua Bab Mas Dosen, I Love You: Bab 21 - Bab 30

42 Bab

Kejutan Tengah Malam

Festival seni udah selesai, tapi bukannya pulang dan istirahat, Tim Pojokan Chaos malah kumpul di taman kampus buat ngobrolin acara tadi. Suasana taman yang udah sepi bikin mereka merasa tempat itu kayak milik sendiri.“Gue nggak nyangka, ya. Acara tadi sukses banget,” kata Cinta sambil ngelurusin kakinya di atas bangku taman.“Tentu aja sukses. Kalo nggak, kan gue rugi ngejagain kalian semua,” timpal Rani sambil nyeruput es teh sisa acara.“Tapi, Ran, lo jujur aja deh,” ujar Dika sambil nyengir. “Lo tuh suka chaos kita atau nggak?”Rani ngelirik Dika dengan mata menyipit. “Dik, gue tuh di ambang waras. Satu-satunya alasan gue nggak ngamuk karena acara ini berhasil.”“Wuih, dalem banget,” ledek Fauzi, yang lagi asik ngemilin snack gratis dari festival.Rina tiba-tiba berdiri sambil mengangkat tangannya kayak orator demo. “Tapi kita nggak boleh lupa kalau ini semua berkat gue yang jadi MC legendaris!”“Rin, jokes ayam lo tadi tuh bikin gue pengen ngubur muka ke tanah,” kata Rani sambil
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-06
Baca selengkapnya

Misi Rahasia

Setelah sukses dengan festival seni, kampus jadi lebih sering menunjuk Tim Pojokan Chaos buat ikut panitia acara-acara lain. Tapi kali ini, mereka nggak cuma dapet tugas biasa. Mereka malah ditunjuk buat jadi panitia sidang terbuka mahasiswa berprestasi, acara super formal yang bikin kepala Rani langsung pusing tujuh keliling.“Kalian yakin kita cocok buat acara beginian?” tanya Rani skeptis pas rapat awal.“Kalo kampus udah tunjuk kita, artinya mereka percaya, Ran,” jawab Cinta sambil ngemilin keripik.“Atau mereka cuma nggak punya pilihan lain,” timpal Fauzi.---Masalah mulai muncul waktu mereka dapet informasi kalau dekorasi acara harus sesuai tema: ‘Elegant and Sophisticated’. Itu artinya nggak boleh ada elemen chaos sama sekali.“Elegant and sophisticated? Itu kan kebalikan kita banget!” Dika langsung protes.“Makanya, gue bilang kali ini kita harus serius,” kata Rani dengan nada tegas.Tapi, di balik niat Rani buat bikin semuanya berjalan lancar, anggota tim lain malah sibuk de
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

Chaos Showdown

Setelah kejadian prank balasan Rani, suasana jadi lebih rame dari biasanya. Semua anggota Tim Pojokan Chaos ngerasa harus bikin strategi buat ngebales Rani lagi, tapi kali ini tanpa ketauan.“Denger, guys,” bisik Dika waktu mereka ngumpul di kantin, “gue udah punya ide buat nge-prank Rani balik. Tapi kita harus kompak.”“Idenya apaan?” tanya Fauzi sambil nyuap nasi gorengnya.“Gini,” Dika ngeluarin catatan kecil dari sakunya. “Rani kan paling takut disuruh ngomong depan banyak orang, kan?”Cinta langsung nyengir. “Bener banget. Gue udah kebayang ekspresi dia.”“Jadi, kita pura-pura bikin acara dadakan dan kasih dia tanggung jawab jadi pembicara utama!” lanjut Dika dengan semangat.Semua setuju, dan mereka langsung mulai bikin rencana.---Hari H tiba, dan Rani sama sekali nggak curiga. Dia lagi asik belajar di perpustakaan waktu Cinta tiba-tiba datang dengan ekspresi panik.“Ran! Darurat!”“Ada apa lagi?” Rani mendongak sambil menahan nafas.“Lo harus bantu kita. Pak Ardi ngadain semi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

Chaos Tanpa Akhir

Beberapa hari setelah kejadian slideshow memalukan itu, Rani akhirnya bisa tenang. Tapi sayangnya, ketenangan itu nggak bertahan lama karena Tim Pojokan Chaos nggak pernah kehabisan ide.Kali ini, mereka lagi nongkrong di kantin, merencanakan sesuatu yang katanya lebih seru.“Jadi, gue dapet info dari Pak Ardi kalau minggu depan ada lomba antar fakultas. Kita ikut, kan?” Dika membuka pembicaraan dengan semangat.“Lomba apaan dulu? Jangan-jangan lomba lari dari tanggung jawab,” sahut Fauzi sambil nyeruput kopi.“Bukan, Zi. Ini lomba kreatifitas! Tim kita harus bikin sesuatu yang nyentrik!” kata Dika.“Gue skeptis sama kata ‘nyentrik’ kalo itu keluar dari mulut lo, Dik,” Rani menimpali dengan nada curiga.“Gini, Ran. Lo harus percaya sama ide gue. Kita bikin drama musikal, tapi isinya parodi dari kehidupan kampus,” Dika menjelaskan sambil menggambar sesuatu di serbet kantin.Cinta langsung ikutan semangat. “Parodi? Wah, gue setuju banget! Kita bisa masukin cerita soal kejadian-kejadian
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

Diskusi

Setelah lomba selesai, Rani pikir hidupnya bakal kembali tenang. Tapi ternyata, ada hal yang nggak bisa dia hindari: evaluasi dari Pak Ardi.“Rani, bisa ke ruang saya sebentar?” Pak Ardi manggil pas dia lagi beres-beres properti di aula.Rani langsung panik. “Eh, Pak? Saya? Kenapa ya, Pak?”“Cuma diskusi sebentar soal kontribusi kamu di tim Chaos kemarin,” jawab Pak Ardi dengan wajah serius.“Wah, Ran. Lo kena sidang,” bisik Dika sambil nahan ketawa.“Kalau gue nggak balik dalam satu jam, laporin polisi,” bisik Rani balik sebelum akhirnya ngikutin Pak Ardi ke ruang dosen.---Di ruang dosen, suasananya canggung banget. Rani duduk di kursi, sementara Pak Ardi duduk di depan meja kerjanya. Beberapa dosen lain juga ada di sana, tapi mereka sibuk dengan urusan masing-masing.“Jadi, gimana menurut kamu tentang penampilan tim kamu kemarin?” tanya Pak Ardi sambil melipat tangan.“Hmm... lumayan seru, sih, Pak. Meskipun saya kayak jadi korban di atas panggung,” jawab Rani sambil senyum canggu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Air Mata Ditangga Kampus

Hari itu kampus terasa lebih ramai dari biasanya. Banyak mahasiswa sibuk mondar-mandir, entah untuk kuliah, kegiatan organisasi, atau sekadar nongkrong di kantin. Tapi di sudut tangga menuju gedung perpustakaan, suasana justru sepi.Rani duduk di salah satu anak tangga, dengan wajah ditutupi kedua tangannya. Bahunya naik turun, jelas banget dia lagi nangis. Bukan nangis heboh, tapi lebih ke yang pelan-pelan dan bikin dada sesak kalau ngelihatnya.Pak Ardi kebetulan lewat di lorong itu. Awalnya dia nggak sadar, tapi begitu melihat sosok Rani yang duduk meringkuk, dia langsung menghentikan langkah.“Rani?” Pak Ardi mendekat dengan hati-hati. “Kamu nggak apa-apa?”Rani langsung mendongak dengan mata yang sembab. Dia panik, buru-buru nyeka air mata pakai ujung lengan jaket. “Eh, Pak... nggak, saya nggak apa-apa kok.”Pak Ardi jongkok di depan Rani, mencoba menyesuaikan tinggi mereka. “Nggak kelihatan kayak ‘nggak apa-apa’. Kalau memang ada yang bikin kamu sedih, kamu bisa cerita, lho.”Ra
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Bimbingan Di Rumah Pak Ardi

Hari Sabtu siang, Rani berdiri canggung di depan pagar rumah Pak Ardi sambil membawa tas penuh buku. Dari luar, rumahnya kelihatan sederhana tapi rapi, dengan tanaman hijau yang tertata di teras. Dia nggak habis pikir kenapa Pak Ardi ngajakin bimbingan di rumah, tapi karena tugas skripsi mulai numpuk, dia nggak punya pilihan. Rani mengetuk pintu pelan. “Assalamualaikum, Pak...” Pintu terbuka, dan muncul seorang bocah laki-laki berusia sekitar lima tahun dengan mata bulat besar. Dia menatap Rani beberapa detik, lalu tiba-tiba berseru, “IBU!!” Rani langsung terkejut. “Hah? Ibu siapa?!” Pak Ardi muncul dari dalam rumah sambil menggendong setumpuk buku. “Hadi! Udah, jangan ganggu tamu Bapak.” Hadi, anak Pak Ardi, cuma nyengir lebar sambil lari masuk ke ruang tamu. Rani masih melongo. “Pak, maaf, tadi anak Bapak manggil saya... apa?” Pak Ardi menghela napas sambil membuka pintu lebar-lebar. “Ah, itu kebiasaan dia. Kalau ngelihat perempuan yang dia suka, langsung dipanggil ibu. M
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Ibu Rani Dan Operasi Dinosaurus

Setelah setengah jam diskusi skripsi dan main bareng Hadi, suasana rumah Pak Ardi jadi lebih santai. Tapi, Hadi masih nggak berhenti manggil Rani dengan sebutan “ibu,” dan ini bikin Rani terus salah tingkah. “Bu Rani, aku mau kasih lihat koleksi dinosaurusku!” seru Hadi tiba-tiba sambil menarik tangan Rani ke arah kamarnya. Rani melirik Pak Ardi minta pertolongan, tapi dosennya itu malah ketawa kecil sambil angkat bahu. “Hati-hati, ya. Kalau Hadi udah mulai cerita soal dinosaurus, kamu nggak akan bisa kabur.” Rani akhirnya pasrah dan masuk ke kamar Hadi. Kamarnya penuh mainan dinosaurus berbagai ukuran, dari yang kecil sampai yang gede banget. Bahkan ada poster T-Rex nempel di tembok. Hadi langsung sibuk mengeluarkan satu persatu mainannya sambil menjelaskan dengan antusias. “Ini T-Rex! Dia raja dinosaurus! Terus ini Triceratops, tanduknya tiga. Ini Velociraptor, dia paling cepet larinya!” Rani mengangguk-angguk sambil sesekali terse
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Tamu Tak Diundang

Minggu siang, Rani lagi asyik di kamar kosnya, mencoba menyelesaikan revisi skripsi sambil ngemil keripik. Baru juga mengetik beberapa kalimat, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Nama di layar membuatnya sedikit panik: Pak Ardi.Rani buru-buru menelan keripik dan menjawab telepon.“Halo, Pak?”“Rani, maaf, ganggu waktu luangmu. Tapi kamu ada waktu hari ini nggak?” suara Pak Ardi terdengar sedikit tergesa.Rani mengerutkan kening. “Hmm, ada sih, Pak. Ada apa, ya?”“Bisa tolong ke rumah saya lagi? Hadi… dia ngotot pengen ketemu kamu. Saya udah bilang kamu sibuk, tapi dia malah nangis. Dia jarang banget kayak gini, makanya saya terpaksa minta tolong kamu.”Rani menghela napas, antara bingung dan nggak tega. “Baik, Pak. Saya siap-siap dulu.”Setengah jam kemudian, Rani udah ada di depan rumah Pak Ardi. Tapi kali ini, suasana rumah terasa beda. Ada suara ribut dari dalam, dan pintu rumah terbuka lebar. Begitu Rani masuk, dia melihat seorang pere
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Ketahuan

Hari Senin pagi, Rani duduk di pojok kantin sambil menyeruput es teh manis. Di depannya, Cinta menatap tajam sambil menyilangkan tangan.“Jadi… kamu beneran ke rumah Pak Ardi lagi?” Cinta membuka percakapan dengan nada penuh kecurigaan.“Iya, Ci. Anak dia nangis terus manggil-manggil aku, masa aku nggak datang?” jawab Rani sambil berusaha terdengar santai.“Jelas dong kamu datang. Tapi, Ran, serius. Lo udah kayak apa, babysitter?” Cinta mendekat, matanya menyipit seolah mendeteksi kebohongan.Rani menghela napas panjang. “Bukan babysitter. Gue cuma bantu nenangin anaknya. Dia tuh lucu, Ci. Namanya Hadi, kalau lo ketemu dia, pasti lo juga nggak tega.”Cinta mengangkat alis. “Hadi ini bocah genius yang udah tahu cara ngegombalin perempuan, ya?”“Gombalin apaan, sih? Anak kecil, Ci!” Rani menjawab sambil menepuk jidatnya sendiri. Tapi dia tahu, Cinta nggak akan berhenti sebelum puas.“Nih, ya. Gue cuma bilang: jangan sampai lo baper, Ran. Bukan soal Pak Ardi doang, tapi gosip kampus. Lo
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status