Hari Senin pagi, Rani duduk di pojok kantin sambil menyeruput es teh manis. Di depannya, Cinta menatap tajam sambil menyilangkan tangan.“Jadi… kamu beneran ke rumah Pak Ardi lagi?” Cinta membuka percakapan dengan nada penuh kecurigaan.“Iya, Ci. Anak dia nangis terus manggil-manggil aku, masa aku nggak datang?” jawab Rani sambil berusaha terdengar santai.“Jelas dong kamu datang. Tapi, Ran, serius. Lo udah kayak apa, babysitter?” Cinta mendekat, matanya menyipit seolah mendeteksi kebohongan.Rani menghela napas panjang. “Bukan babysitter. Gue cuma bantu nenangin anaknya. Dia tuh lucu, Ci. Namanya Hadi, kalau lo ketemu dia, pasti lo juga nggak tega.”Cinta mengangkat alis. “Hadi ini bocah genius yang udah tahu cara ngegombalin perempuan, ya?”“Gombalin apaan, sih? Anak kecil, Ci!” Rani menjawab sambil menepuk jidatnya sendiri. Tapi dia tahu, Cinta nggak akan berhenti sebelum puas.“Nih, ya. Gue cuma bilang: jangan sampai lo baper, Ran. Bukan soal Pak Ardi doang, tapi gosip kampus. Lo
Terakhir Diperbarui : 2025-01-12 Baca selengkapnya