Home / Romansa / Istri yang Tak Didambakan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istri yang Tak Didambakan: Chapter 31 - Chapter 40

49 Chapters

31. Peninggalan yang terancam

“Rumah itu sudah terjual dan akan dirobohkan oleh pembeli,” kata Hendra tanpa merasa bersalah sedikit pun.Alya berdiri mematung–kakinya seperti tidak bisa bergerak. Tangannya bergetar. Dadanya sesak. Dia mengangkat wajah, menatap Hendra yang kini duduk dengan santai di sofa, memainkan ponselnya seolah tak ada yang terjadi."Kamu jual rumah orang tuaku tanpa seizinku?" Suaranya bergetar menahan emosi.Hendra mendengus. "Jangan pura-pura lupa ingatan terus, Alya! Rumah itu atas namaku. Aku punya hak penuh untuk menjualnya–nggak perlu izin darimu, paham? Lagipula, buat apa kamu ngotot mempertahankan rumah tua itu? Kita hidup butuh uang, Alya.”Alya mengepalkan tangannya. "Bukan kita, tapi kamu! Aku nggak minta sepeser pun darimu! Aku hanya ingin rumah itu tetap ada! Itu satu-satunya peninggalan orang tuaku!"Hendra mendengus sinis. "Jangan pura-pura suci, Alya. Aku tahu kamu marah karena aku tidak memberimu bagian dari hasil penjualan ini. Kalau butuh uang, bilang saja, jangan pakai ala
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

32. Kembali ke tangan yang tepat

Alex menghembuskan napas panjang seraya menatap ibunya. Sejak awal, dia tidak ingin ikut campur dalam urusan orang lain, apalagi yang menyangkut pertengkaran rumah tangga. Namun, melihat bagaimana Bu Titik begitu menyayangi Alya, dia tidak tega menolak."Kenapa kayak berat banget gitu sih?" Bu Titik tidak yakin saat melihat Alex berulang kali menghembuskan nafas kasar. "Alya itu wanita yang baik. Dia sering nolongin Ibu, bahkan waktu sakit kemarin, dia yang ngerawat Ibu pas kamu lagi sibuk kerja. Masak kamu tega lihat dia kehilangan rumah peninggalan orang tuanya? Hidupnya udah sangat kasihan, Lex."Alex mengusap wajah dengan telapak tangan. Dia teringat bagaimana wajah Alya sembab tadi–berusaha tegar, tapi sorot matanya tidak bisa berbohong. Ya, dia terlihat benar-benar hancur.“Iyaaa … Aku janji bakal bantuin buat cari tahu siapa pembelinya, Bu," kata Alex akhirnya. "Tapi aku nggak janji bisa dapetin rumah itu lagi. Kadang kalau udah berpindah tangan, susah lagi buat nego."“Jangan
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

33. Berhak tau

“Sedang apa kamu di sini? Aku suruh kamu memilih perhiasan, sudah?” tanya Alex yang masih menelpon.“Itu–aku bingung mau pilih yang mana. Aku ‘kan nggak tahu buat siapa juga,” jawab Alya.Lelaki yang memakai setelan baju formal itu menghela napas–mengakhiri panggilan dan mengajak Alya kembali masuk. Saat itulah mereka berpapasan dengan Hendra yang baru saja selesai melakukan pembayaran.Dua lelaki dengan tinggi yang hampir sejajar itu saling pandang, tapi itu tidak berlangsung lama. Alex segera menarik tangan Alya agar tidak terlalu lama membuang waktu."Jadi, buat Bu Titik ‘kan?”“Yaaa,” jawab Alex malas.“Bu Titik suka model yang seperti apa?" tanya Alya, mengabaikan lirikan Hendra yang tak kunjung beranjak dari tempatnya berdiri.Alex melirik Alya sekilas sebelum menelusuri etalase yang berisi cincin, kalung, dan gelang berkilauan. "Nggak tahu. Kamu pilih saja, yang menurutmu bagus."Alya mengernyit. "Kok aku yang pilih? Kamu kan anaknya. Harusnya lebih tahu selera ibumu."Alex men
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

34. Imbas yang fatal

Alex sampai terkejut melihat kemampuan Alya yang lain dari lainnya. Ibaratkan saat ini dia sedang melihat artis bermain peran saja. Semudah itu membalikkan keadaan meski sejatinya sedang tidak baik-baik saja.“Ibu sudah siap mau diperiksa ‘kan?” tanya Alya.“Iya, kata dokter sekitar setengah jam lagi,” jawab Bu Titik.Alya mengangguk seraya tersenyum, tapi nyatanya itu tidak mampu menipu Bu Titik yang tanpa sadar sudah hafal gerak gerik Alya. Wanita yang kini memakai baju pasien itu tersenyum tulus. “Kamu punya Ibu yang bisa diandalkan.”Alya tersenyum kecil–menatap langit-langit agar air matanya tidak jatuh. Dia tidak mungkin membebani Bu Titik terus menerus, apalagi kondisinya saat sedang persiapan untuk periksa bagian kepala.Dan benar saja, tak lama setelah itu datang dua suster ke kamar. Mereka membawa Bu Titik ke ruang MRI untuk melakukan pemeriksaan lebih detail.Alex dan Alya mengikuti di belakang dan hanya bisa menunggu dari luar–melihat dari balik kaca. Dalam diam, Alex mem
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

35. Pertarungan yang sengit

“Kamu–”“Apa?! Kamu yang nggak bisa menuhin semuanya, tapi melimpahkan kesalahan padaku. Apa itu pantas?” Alya menyela. “Coba kamu tanya sama pria-pria di luar sana yang punya istri cantik, mereka kasih nafkah seberapa banyak ke istrinya!”Hendra terdiam mendengar hal itu. Dia memang tidak pernah memberikan nafkah dengan layak sejak maraknya orang menabung dengan membeli emas. Awalnya berpikir untuk masa depan keluarga kecilnya, tapi makin lama malah hilang arah hingga lupa kalau kewajibannya adalah memberikan nafkah yang layak.“Kenapa nggak mau jawab?” Alya kembali bertanya.Hendra menghela napas panjang dan melipat tangan di dada. "Aku nggak suka kamu datang cuma bikin ribut di rumah ini. Ingat–kamu bukan siapa-siapa lagi di sini, Alya."Alya mengepalkan tangan. "Ya, baiklah. Anggaplah aku bukan siapa-siapa, lalu kamu dan Andin yang tinggal seatap tanpa ikatan pernikahan, itu apa namanya? Kumpul kebo?"Rahang Hendra mengatup erat, sementara Andin langsung berdiri dengan wajah memer
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

36. Status baru

Entah rasa cemburu atau apa, yang jelas Hendra tidak bisa menahan diri. Dia gelap mata–menggebrak meja dengan napas memburu. Tak ada kata apa pun yang bisa mewakili sesuatu dalam dirinya.Namun, itu tak berlangsung lama. Dengan senyum sinis, dia menyerahkan foto-foto itu pada Andin."Ini bisa kita pakai buat bikin Naya semakin membenci ibunya," ujar Hendra dengan nada puas.Andin memandangi foto-foto itu dengan senyum licik. "Kalau dia tahu ibunya serumah sama laki-laki lain, pasti dia nggak akan mau ikut Alya lagi. Apalagi kalau kita kasih tahu dengan cara yang tepat.""Kita kasih lihat fotonya pelan-pelan, biar Naya sendiri yang ambil kesimpulan," Hendra menambahkan. "Aku mau Alya kehilangan segalanya, termasuk anaknya."***Hari yang ditunggu pun tiba. Sidang pertama perceraian Alya dan Hendra akhirnya dimulai. Ruang sidang dipenuhi atmosfer yang menegangkan. Alya duduk di kursinya dengan wajah tegang, sementara Hendra di seberangnya terlihat lebih santai, seakan sudah mengantisipa
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

37. Awal yang baru

“Alex, kamu ini kenapa sih?” tegur Bu Titik pelan.“Kenapa apanya? Aku nggak apa-apa, Bu,” jawab Alex santai, tapi sorot matanya tetap tertuju pada Alya. “Hanya saja, seseorang yang dulunya cerewet dan banyak bicara tiba-tiba berubah jadi pendiam, itu agak mengganggu.”Alya tersenyum kecil, tapi senyum itu lebih seperti kepingan kaca yang hampir retak.“Aku baik-baik saja,” ucapnya lirih. “Hanya belum bisa berdamai dengan kenyataan.”“Kamu pikir aku peduli?!”Bu Titik menatap Alex tajam. “Jaga bicaramu, Lex!”Helaan nafas terdengar. Alex benar-benar kesal ketika ibunya selalu membela Alya. Bukan apa-apa, dia hanya tidak suka ketika hal yang salah dibenarkan.Alex bisa ikut menyadari perubahan Alya. Tidak ada lagi senyum tipis di wajah Alya saat menyajikan teh untuk Bu Titik, tidak ada lagi suara lembut yang menjawab setiap sindiran dingin darinya. Alya seperti robot yang hanya bergerak sesuai programnya–seolah tak ada kehidupan normal.“Apa sebenarnya kamu ini hanya bosan mengurusi ib
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

38. Bayangan yang tak kunjung hilang

“Apa maksudmu?!” Alya kesal mendengar ucapan Alex.“Kamu diberi kesempatan menawar harga malah tidak mau!”“Bukankah bisa diperbaharui lagi ke depannya? Lihat saja dulu apakah masakanku benar-benar cocok dengan selera orang-orang atau tidak, baru tentukan seberapa kayak harganya,” kata Alya.Pak Toni tersenyum mendengar ucapan Alya. Sangat jarang ada orang yang rendah hati seperti itu, apalagi untuk urusan bisnis. Biasanya orang akan berlomba-lomba mendapatkan keuntungan besar untuk diri sendiri, tetapi Alya tidak demikian. Entah itu bisa diartikan bo doh atau bukan, yang jelas Pak Toni sangat menyukai karakter Alya.***Hari pertama Alya di restoran baru dimulai dengan perasaan campur aduk. Dia gugup, tapi juga bersemangat. Setidaknya, kini dia memiliki sesuatu untuk dilakukan–sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya dari semua luka yang masih menganga.Alex tidak banyak bicara saat mengantarnya ke restoran. Pria itu hanya memberikan beberapa instruksi singkat tentang apa yang harus
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

39. Penyesalan?

Hendra masih duduk di sudut ruangan restoran, matanya tak lepas dari pemandangan yang membuat dadanya bergejolak. Tangannya menggenggam ponsel dengan erat melihat bagaimana Alya menikmati makan bersama Alex. Mereka berdua terlihat nyaman dan sesekali Alex menyodorkan sesuatu di piringnya kepada Alya—sesuatu yang Hendra bahkan jarang lakukan dulu.Alya tampak berbeda. Meski pakaiannya masih sederhana, ada aura baru yang terpancar dari dirinya. Dia bukan lagi wanita murung yang pernah dia tinggalkan. Ada ketegaran dalam caranya berbicara, ada ketenangan dalam senyumnya.Dia tidak suka melihat Alya seperti itu. Bukankah seharusnya Alya hancur?Tanpa berpikir panjang, Hendra melangkah mendekat, menghentikan langkah seorang pelayan yang hampir menabraknya. Napasnya memburu, amarahnya berkecamuk. Dan saat dia tiba di depan meja mereka, dia tidak bisa menahan diri lagi.“Kamu terlihat menikmati hidup, Alya.” Suara dinginnya membuat Alya terhenti. Garpu yang baru saja akan d
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

40. Rumah tanpa kehangatan

Hendra melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Pikirannya kalut, dadanya terasa sesak. Dia tidak bisa menghapus bayangan Alya dari pikirannya—Alya yang kini terlihat begitu berbeda, begitu bersinar. Dia mengerang frustasi, menepuk setir dengan kasar. “Menyebalkan!” Hendra tidak bisa menerima perubahan Alya yang begitu secepat. Dulu, dia selalu melihat wanita itu dalam kondisi lelah dan kusam, tidak pernah memperhatikan dirinya sendiri. Dia selalu berpikir bahwa Alya akan tetap seperti itu—tetap menjadi wanita yang bisa dia kontrol, wanita yang tidak akan bisa pergi jauh darinya. Tapi sekarang? Sekarang Alya terlihat lebih cantik dari sebelumnya. Lebih hidup. Dan yang paling menyakitkan, itu bukan karena dirinya–tapi karena Alex. Jantungnya berdegup kencang saat nama itu melintas di kepalanya. Tiba-tiba, dia merasa sangat ingin pulang. Dia butuh sesuatu yang bisa mengembalikan semangatnya–butuh sesuatu yang bisa mengingatkannya bahwa dia masih memiliki kendali atas hidupn
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status