Semua Bab Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan: Bab 11 - Bab 20

31 Bab

Part 10 B

Lelaki itu, dari mana tahu keberadaanku?Mas Angga hendak menarik tanganku, tetapi Mas Hanan sigap menghadang.“Aku tidak tahu siapa Anda, tetapi alangkah buruknya perangai Anda, memukul seorang wainta.” Dengan tegas Mas Hanan melindungiku.“Minggir jangan ikut campur! Dia istriku. Siapa kamu? Ah, jangan-jangan, kamu sudah menikah lagi ya, Safira? Pernikahan haram karena kamu masih menjadi istri sahku. Kenapa kamu menikah lagi, Safira? Apa karena kamu gatal, hah?” teriak Mas Angga.“Jaga bicaranya, Mas! Duduklah dan bicarakan baik-baik. Aku bukan suami Mbak Safira.”“Lalu siapa? Kamu datang untuk memuaskan nafsunya?” bentak Mas Angga.“Saya CV yang akan mengerjakan rumah Mbak Safira. Anda siapa? Datang-datang berteriak dan memukul seorang wanita?”Ah, Mas Hanan, bahkan di saat pria di hadapannya berkata kasar, ia masih bersikap lembut. Semakin membuat hati ini tertarik.“Saya suami dia. Mau apa kamu? Sekarang juga, hentikan pembangunan apapun di sini! Kalau tidak ingin saya tuntut kare
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

Part 11 A

Part 11“Katanya mau buat kamar lagi, kenapa belum juga beli bahan bangunan? Ibu nanti bilang sama tukang kalau sudah siap semuanya,” tanya Ibu seusai shalat Isya.“Entah, Bu, aku rasanya tidak bersemangat lagi. Kapan-kapan saja, Bu,” jawabku sambil masuk kamar.“Bagaimana, Safira, kamu siap apa tidak untuk bercerai dari Angga? Kalau sudah siap, Ibu kabari paman kamu.”“Aku belum memikirkan itu, Bu, aku sedang tidak enak badan.”“Kasihan Nayma, dia butuh sosok ayah. Bila memang kamu masih mencintai Angga, bolehlah bicarakan hal ini bagaimana baiknya, apa dia mau merubah sifat kasarnya. Kalau Ibu sejujurnya sudah tidak ingin kamu kembali sama dia. Tapi apa kamu mau seperti ini terus? Buat keputusan, Safira! Agar status kamu jelas.”Aku abai akan ucapan Ibu, memilih menutup pintu rapat dan menelungkupkan tubuh di atas kasur. Dari dulu, hati ini sulit untuk jatuh cinta. Sekalinya jatuh cinta, susah untuk berpaling. Itu sebabnya meski Mas Angga sangat kasar, dulu masih bertahan sebagai ist
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Part 11 B

Ini lho yang buat snack buat acara kita tiap minggunya. Pak Hanan penasaran sama orangnya, ternyata sudah kebal. Dunia benar-benar sempit,” sahut Mbak Salamah.“Ah, iya kah, Mbak? Wah, kalau ada acara, saya bisa snack di Mbak Safira, ya? Istri saya juga doyan ngemil.”Sakit hati ini mendengar ia menyebut istrinya. Aku tersenyum tipis dan menunduk.“Mbak Safira ini, dia sebenarnya sudah pisah lama dari suaminya, tetapi belum cerai, barangkali Pak Hanan punya kenalan yang siap taaruf, Pak. Mbak Safira ini baik sekali orangnya. Pemalu dan pekerja keras, sayangnya trauma sekali dengan pernikahannya dahulu. Suaminya kasar dan suka menyiksa. Ah, maaf, Mbak Safira, saya terlalu banyak bicara.” Mbak Salamah memegang lenganku dan memperlihatkan wajah penuh penyesalan.“Nggak apa-apa, Mbak Salamah. Itu memang benar kok.” Aku melirik Mas Hanan, berharap ada ekspresi wajah kasihan yang ditunjukkan.“Sabar, hidup itu memang penuh ujian,” ucap Mas Hanan sambil tersenyum.Senyum itu menambah tampan d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Part 12 A

Part 12Hari-hari berlalu seperti biasanya dan Mas Hanan tidak pernah lagi mengikuti kajian. Apa dia tahu kalau aku menaruh rasa dan sengaja menghindar?Entahlah ....Ibu tidak pernah lagi membahas perceraianku dengan Mas Angga. Aku tetap berkomitmen akan menyelesaikan hubunganku dengan Mas Angga bila sudah menemukan sosok penggantinya.Siang itu cuaca mendung. Nayma ada kegiatan kemah pramuka di sekolah. Ibu ada job memasak di tempat orang hajatan. Karena merasa kesepian, aku iseng jalan-jalan naik motor ke sebuah tempat yang pemandangannya bagus. Masih sekitar kotaku tinggal.Rintik-rintik hujan mulai turun dan baru sadar jika tidak ada jas hujan yang kubawa. Naas, ternyata ada proyek pelebaran jalan yang mengakibatkan jalanan licin. Motorku tergelincir dan terjatuh. Jalan sepi hanya ada sepasang suami istri yang lewat dan menolong. Si istri lalu menghentikan satu mobil yang kebetulan lewat. Aku terkapar tak bisa bangun meski masih bisa mendengar. Beberapa anggota tubuh terasa perih.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Part 12 B

Posisi rumahku memang jauh dari rumah lain dan berada di dekat tikungan, jadi tidak ada tetangga yang membantu.“Aku tidak akan membiarkan kamu dimiliki orang lain, Safira! Toh kamu belum mau bercerai dari aku, bukan?”Sebuah tendangan kembali mendarat di tubuhku yang sudah terkapar.“Kalau masih mau melakukan kekerasan, saya akan panggil polisi. Perbuatan Anda sudah saya rekam,” ucap Mas Hanan tenang.“Kamu jangan ikut campur!” Mas Angga mengacungkan jari telunjuk tepat di depan wajah Mas Hanan.“Jelas saya ikut campur. Ada wanita lemah yang terancam keselamatannya. Jadi, pergi atau saya panggil polisi?”“Aku akan datang lagi nanti malam, Safira!” Mas Angga yang kesal berlalu pergi.Aku menangis tersedu-sedu. Mas Hanan memintaku membuka pintu rumah. Ia lalu membuatkan segelas teh hangat, nasi dan menyuruhku minum obat. Ah, beginikah rasanya diperlakukan sebagai ratu dalam rumah tangga?“Terima kasih, Mas sudah menolongku.”“Aku teringat adik perempuanku. Aku membayangkan jika dia ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

Part 13 A

Part 13“Mas Hanan, benarkah ini kamu, Mas? Mas, aku dimana? Dan lelaki jahat itu, dia kemana?” Setelah benar-benar sadar, aku bertanya kembali.“Jangan bertanya dulu, lebih baik kamu istirahat, yang penting kamu sudah berada di tempat yang aman sekarang dan suami kamu, dia tidak akan kesini lagi.”Aku menangis dan hendak memeluk Mas Hanan karena merasa butuh sandaran.“Jangan, Safira! Aku bukan muhrim kamu. Tunggu sebentar! Aku akan panggil Mbak Salamah. Dia ada di luar.”Ucapan Mas Hanan membuatku malu. Ya Allah, aku ingin menjadi yang halal untuknya. Agar bisa berlindung di balik punggungnya yang kekar. Sungguh ya Allah, aku rela jika ditkadirkan menjadi selir, asal lelaki yang menjadi suamiku adalah Mas Hanan.“Mbak Safira sudah bangun? Ya Allah, untung saja kami datang tepat waktu sehingga Mbak Safira bisa diselamatkan.” Mbak Salamah datang sambil mengusap kepalaku lembut.“Mbak Salamah ikut ke rumahku?”“Iya, Mbak. Pak Hanan menelpon Abi dan mengajak kerumah kamu. Pintu depan ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

Part 13 B

“Tetapi dia sudah beristri. Mbak Safira akan dijadikan istri kedua,” kata Mbak Salamah lagi. “Tak mengapa, Mbak Safira, berpoligami tidak dilarang dalam agama kita. Terlebih jika janda yang akan dinikahi adalah Mbak Safira yang sangat butuh perlindungan dari seorang lelaki. Dia mapan, tampan, dan juga, ah tidak bisa diungkapkan lagi pokokknya. Sepertinya Mbak Safira mau. Tapi, orang itu tidak ingin kami beritahu identitasnya sebelum Mbak Safira cerai secara resmi. Pokokknya kami sangat mendukung.”“Mbak, aku tidak harus menjawab hari ini bukan? Aku bisa menolaknya, atau paling tidak aku akan memikirkan hal ini dan bertanya pada keluargaku lebih dulu.”“Kalau bisa ya hari ini, kalau mau berpikir lagi, takutnya orang itu berubah pikiran.”“Tapi, Mbak ....”“Umi, Mbak Safira diajak keluar.” Belum selesai membantah, Ustadz Ridho sudah masuk ke dapur dan memberi ultimatum demikian.“Ayo, Mbak,” ajak Mbak Salamah sambil menggandeng lembut lenganku.Aku bergeming sambil menggeleng, berusaha m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

Part 14 A

Part 14POV HananAku menghentikan mobil ke tepi jalan setelah meninggalkan rumah dalam jarak lima kilometer. Hidungku menghirup udara banyak-banyak. Rasanya seperti menahan napas berhari-hari selama bersama Felicia. Kepala kusandarkan pada sandaran kursi sambil memejamkan mata dengan tangan masih memegang setir mobil. Untungnya Safira bisa dikondisikan. Pada malam pertama Abizar di rumah sakit, aku sudah mewanti-wanti dia untuk tidak menghubungi sebelum ku telepon. Nomernya juga sudah ku hapus dari kontak, pesan dan daftar panggilan.Hati ini menyadari jika sudah berbuat salah yang teramat besar pada Felicia. Dia wanita yang cerdas dan kuat. Jika mengetahui aku telah menghianati, ia pasti akan membuat sebuah tindakan yang aku sendiri tidak memprediksi. Berpisah dengan orang tuanya saja, dia mampu melewati apalagi meninggalkanku.Tak terasa bulir bening jatuh dari pipi. Ya Allah, kenapa harus dipertemukan dengan Safira? Dari awal perkenalan kami, aku sudah menghindar karena Safira terl
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

Part 14B

Nikmatnya malam pengantin dengan wanita muda, hilang semuanya tatkala melihat Felicia yang tidur terlelap. Rasa penyesalan singgah dalam hati, merutuki kesalahan yang sudah ku perbuat. Aku memukul setir yang masih ku pegang, meletakkan kepala di atasnya lalu menangis sesenggukan. Jika Ibu dan Sifa tahu, pasti mereka akan memarahiku habis-habisan. Karena bagi Ibu dan Sifa, Felicia adalah sosok penolong yang hadir di keluarga kami.Setelah keadaan sedikit membaik, aku meneruskan perjalanan. Hari ini dan besok akan membeli barang yang habis, lusa akan membayar tanah dan setelahnya pulang untuk mengajak Abizar piknik. Safira, dia sudah di tempat yang aman. Lelaki itu juga sudah masuk penjara.Sampai toko, aku langsung mencatat semua barang yang perlu dibeli. Tiga jam berkutat dengan catatan yang jumlahnya tidak sedikit, kepala rasanya pusing. Aku meregangkan tubuh pada sandaran kursi goyang dan memejamkan mata sebentar.“Beli lampu, Mas, lampu untuk kamar mandi.” Sebuah suara yang ku kenal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

Part 15 A

Part 15“Pak Hanan mau pulang?” tanya Harun ketika aku sudah bersiap pulang ke rumah Safira. Jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam.Aku memang mempunyai rumah pribadi yang lain dan lebih sering tinggal di sana daripada di toko rumah dekat toko.“Iya.”“Tumben, Pak, biasanya menginap di sini kalau sedang pesan barang banyak.”“Aku agak pusing kepalanya, Harun. Nungguin Abizar sering tidak tidur. Tadi pagi berangkat nyetir sendiri, sampai sini langsung bekerja, rasanya perlu istirahat di tempat yang sepi. Kamu urus saja semuanya, ya?”“Iya, Pak,” jawab Harun sambil mengangguk.Aku langsung masuk mobil menuju rumah Safira. Nayma rupanya sudah menunggu di teras rumah sambil main boneka. Gadis kecil itu berdiri malu-malu. Aku mendekatinya meski jujur saja, rasa sayang padanya belum ada dalam hati. Yang ada hanyalah sedikit perasaan kasihan akan nasib yang diderita.“Salim sama Ayah! Kenapa malu gitu?” Safira langsung muncul dari balik pintu.“Sudah makan?” Aku bertanya.Nayma menggelen
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status