Share

Part 14B

Author: Nay Azzikra
last update Last Updated: 2025-01-01 13:38:00

“Tidak ada sesuatu yang instan, Safira. Aku minta maaf karena sudah membuat kamu terluka. Aku lelah sekali. Abizar sakit, Felicia mulai curiga dengan perubahanku. Aku butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekarang. Aku masih belajar menjadi seorang lelaki yang mempunyai dua istri. Jika kamu mau menyalahkanku kenapa menikahi kamu, sekarang aku balik bertanya, Safira. Kenapa saat kamu didatangi mantan suamimu, akulah orang yang kamu panggil dan mintai tolong? Kenapa tidak orang lain saja? Kamu ikut menciptakan situasi dimana aku harus punya rasa iba sama kamu.”

Safira berhenti menangis.

“Aku mengambilmu dengan cara yang halal. Kita belum terlalu saling kenal sifat masing-masing. Kamu punya anak, aku siap menerima, tetapi untuk menjadi dekat layaknya ayah dan anak, semua butuh proses Safira. Jujur saja, saat melihat Abizar sakit, aku merasa menyesal sudah menghianati Felicia.”

“Iya, Mas, aku memang tidak berarti apa-apa bagi kamu. Apalagi Nayma, aku sudah sadar diri kok, Ma
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
widha.87
mulai nglunjak nehh Safira....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 15 A

    Part 15Hari kedua aku masih sibuk berbelanja. Harun berkali-kali tertangkap sedang menatap lama ke arahku, tapi saat aku memandangnya, langsung berpaling ke arah lain. Ini tidak bisa dibiarkan. Dia kenal dekat dengan Felicia. Beberapa karyawan laki-laki yang rumahnya jauh, memang tidur di kamar belakang. Sedangkan Harun, hanya kadang-kadang saja ketika banyak barang baru yang datang dan mengharuskan lembur.Kenapa harus takut? Aku memang biasa pulang ke rumah lain selain yang ada di toko.“Harun, kita harus lembur sampai besok untuk belanjaan. Lusa aku sudah janji mau ajak Abizar ke Bromo. Sepertinya paling cepat di sana empat atau lima hari, tergantung Abizar nanti maunya bagaimana. Jadi, kamu tahu ya apa yang harus dilakukan? Insya Allah stok untuk satu minggu kedepan aman. Oh iya, pembukuan yang belum disetorkan pada Felicia, kirim sama aku ya!” Untuk menghentikan aktivitas Harun yang sering mencuri pandang, aku berkata demikian.“Baik, Pak. Mau dikirim kapan?”“Kalau kamu sudah i

    Last Updated : 2025-01-04
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 15 B

    “Gimana, kamu setuju tidak akan pergi kemana-mana? Maksudnya, menginap. Kalau siang hari. Gak papa, Mas, kamu bekerja.”Aku mengangguk.“Mbak Salamah kirim pesan, Mas. Katanya kita ditunggu di rumah dia, suruh buat acara tasyakuran pernikahan. Gimana, Mas? Bisa nggak kira-kira?”Apa lagi ini? Belum juga bisa membatalkan acara dengan felicia, sudah ada lagi permintaan dari Mbak Salamah.“Kita jangan jawab dulu, soalnya aku masih capek.”“Ouh, baiklah. Dijawab belum bisa kasih kepastian gitu ya?”Malam itu aku merasakan sesuatu hal yang berbeda. Pulang bersama istri, sholat berjamaah dan menghabiskan waktu bersama. Safira manja luar biasa, seperti sedang balas dendam dengan penderitaan masa lalunya. Ditambah di rumah hanya berdua.“Mas, bobok di depan tivi saja, ya?” rengeknya manja sambil memainkan daguku.“Di kamar saja kenapa?”“Aku ingin sensasi yang berbeda,” bisiknya.“Mas, gendong.”“Mas peluk aku ya tidurnya. Jangan lepasin tangannya lho!”“Mas, besok pagi mau sarapan apa?”“Sia

    Last Updated : 2025-01-04
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 16 A

    Part 16POV AuthorFelicia meletakkan ponsel di kursi sebelah. Ia sudah bersiap ke butik setelah mengantar Abizar ke sekolah. Jarinya mengetuk setir mobil berkali-kali. Tak lama kemudian, ia menelpon seseorang.“Antarkan aku nanti sore ke tempat suamiku bekerja,” ucapnya. “Ah, tidak. Kita berangkat agar sampai sana jam satu siang. Aku akan mengurus bisnisku dulu, nanti ke sekolah buat kasih tahu Abizar.”Dengan cepat Felicia melakukan segala aktivitas agar pukul sebelas ia bisa meluncur ke toko bangunan Hanan.“Jadi bagaimana, Ibu Felic, apakah Ibu sudah mendapatkan tempat baru untuk cabang butik Ibu?” tanya partner bisnisnya yang baru.“Sudah. Aku juga sudah melakukan pembayaran dan sertifikat toko itu sudah berpindah padaku. Tempatnya memang bukan di jalan raya kota, tetapi jalan depan lebar, jadi kalau ada mobil berbelanja di sana, lalu lintasnya mudah. Tempat parkir luas dan tokonya besar. Saya ambil di situ karena tidak menemukan yang dekat dengan jalan besar, lagian harganya sed

    Last Updated : 2025-01-20
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 16 B

    Di rumahnya, Safira benar-benar menjalani peran sebagai istri yang baik. Ia berusaha keras untuk menjadi istri yang lebih baik dari Felicia, meski belum mengenal sosok madunya seperti apa.“Jangan menuntut Hanan untuk banyak hal saat ini, Safira!” kata ibunya saat Safira berkeluh kesah tentang Hanan yang cuek pada Nayma. “Nanti malah suami kamu akan meninggalkan kamu. Rebut hatinya sedikit demi sedikit! Ingat, Safira! Kamu hanya istri siri yang mudah untuk diceraikan. Tetapi mencari lelaki seperti Hanan itu susah. Ibu mengizinkan kamu menjadi istri kedua, itu karena suamimu adalah Hanan. Orang kaya yang kamu tidak akan kelaparan dan kekurangan apapun. Masalah Nayma, buat Hanan sedikit demi sedikit menyayangi anak kamu. Ibu tentu ingin anakmu lebih disayang daripada anak kandungnya. Mengalah untuk menang! Itu yang harus kamu lakukan.”“Maksudnya bagaimana, Bu?”“Manjakan suami kamu! Kamu tidak punya harta seperti Felicia, maka kamu harus memberikan yang lain! Nayma, sementara waktu biar

    Last Updated : 2025-01-20
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Bab 1

    Part 1Aku Felicia, istri pertama dari suamiku. Duduk dengan menyilangkan kaki, sambil menatap seorang wanita yang bersimpuh di bawah kursi. Sudah persis seperti nyonya angkuh.“Tolong, Mbak, ibuku sakit keras, aku butuh uang, Mbak. Aku mohon beri aku bantuan dan titip Nayma karena aku harus ke rumah sakit. Mbak, kita sudah hidup bersama sekian lamanya, apa Mbak tidak punya sedikit rasa iba untukku?” Wanita yang sedang merengek itu bernama safira, dia adalah adik maduku. Ia memohon dengan berurai air mata.“Jika aku mengatakan tidak, apa yang akan kamu lakukan?” tanyaku sinis.“Mbak, bukankah aku sudah berulang kali meminta maaf sama Mbak? Mbak, aku sudah menjalani hidup yang penuh penderitaan di rumah ini. Apa Mbak masih akan terus menyiksaku? Jika di dalam poligami seorang suami harus adil, aku sudah menerima ketidak adilan dalam hal apapun, Mbak. Nafkah lahir, nafkah batin dan pengakuan di depan masyarakat, aku sudah mengalah untuk itu, Mbak. Jadi tolong, Mbak Felic, untuk kali ini,

    Last Updated : 2024-12-17
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Bab 2

    Part 2“Saya terima nikah dan kawinnya Safira Aini Binti Haji Mubasyir dengan mas kawin dua puluh gram kalung berlian dibayar tuuu nai ....” Ucapan yang keluar dari mulutku sebagai tanda ikatan suci bernama pernikahan--terdengar lantang. Hari ini, telah aku ikrarkan ijab qabul untuk seorang wanita yang duduk beberapa meter di belakang sana.Safira Aini, janda muda yang beberapa bulan kukenal, telah memikat hati ini. Aku sangat ingin melindungi dan menjadi imam untuknya, juga menjadi ayah untuk anaknya. Maka kuputuskan untuk menghalalkan Safira agar bisa menunaikan tugas itu.“Bagaimana saksi, sah?” Seorang ustadz yang juga guru spiritualku bertanya pada beberapa orang yang kupilih untuk menjadi saksi pernikahan.“Sah ....” Jawaban kompak dari beberapa pria yang duduk di samping kanan dan kiri.Aku menoleh sambil memberikan seulas senyum pada Safira. Ia hanya membalas dengan menarik sedikit dua sudut bibir.“Mbak Safira, silakan bisa maju untuk mencium tangan Mas Hanan.” Guru spirituaku

    Last Updated : 2024-12-17
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Bab 3

    Part 3Lelah pikiran ditambah tenaga yang terkuras habis menunaikan kewajibanku sebagai suami pada Safira, membuatku lupa akan janji yang sudah terucap untuk Felicia. Mata ini begitu berat dan hati yang sangat nyaman berada dalam dekapan istri kedua membuat kesadaran hilang seketika dan ruh berpindah ke alam mimpi.Jiwa yang bahagia ternyata berpengaruh juga pada alam bawah sadar saat tidur. Rasanya sangat damai, saat kepala kuletakkan di pangkuannya. Selama kami saling kenal, baru sekarang melakukan hal ini. Aku menyentuhnya saat ia sudah benar-benar menjadi yang halal.Saat ini, kami berada di sebuah taman bunga bersama Nayma. Gadis cantik yang menuruni garis wajah sang ibu itu tengah menangkap kupu-kupu yang hinggap di beberapa bunga dan daun. Aku memegang erat tangan Safira. Sangat lama. Menikmati setiap helaan napas yang keluar dari mulutnya. “Jangan pernah pergi dari hidup kami lagi ya, Mas Hanan. Aku mencintaimu dan aku sangat ikhlas meski hanya menjadi yang kedua. Tak mengapa

    Last Updated : 2024-12-17
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Bab 4

    Part 4“Maaf, tadi aku meeting dengan perusahaan semen. Maaf, aku sudah hilang kendali karena was-was dan cemas dengan keadaan Abi.”“Kalau kamu memang cemas, seharusnya kamu pulang lebih awal. Bukan pulang terlambat, terus menyalahkan. Kemana saja tadi kamu, Mas? Apa meeting sampai sesibuk itu? Bahkan pesanku hanya kamu baca tanpa kamu balas.” Felicia menatap penuh selidik.“Habis dari toko, aku langsung meeting, lanjut meninjau lokasi yang akan menjadi tempat toko baru kita lagi.”“Kamu tidak datang ke toko hari ini, itu yang Harun katakan.”“Aku datang waktu Harun sedang ada di belakang. Mengecek sebentar lalu pergi.”“Kamu sudah tahu Abi sakit, kenapa malah meninjau lokasi baru, Mas?”Di sini aku mulai kehabisan cara dan alasan untuk menjawab. Namun, aku berusaha bersikap setenang mungkin. “Pemiliknya memaksa aku untuk datang kesana secepatnya. Kalau aku tidak datang, bisa saja tanah itu sudah dijual ke orang lain. Bukankah kamu ingin kita punya toko yang tidak terlalu jauh dari s

    Last Updated : 2024-12-17

Latest chapter

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 16 B

    Di rumahnya, Safira benar-benar menjalani peran sebagai istri yang baik. Ia berusaha keras untuk menjadi istri yang lebih baik dari Felicia, meski belum mengenal sosok madunya seperti apa.“Jangan menuntut Hanan untuk banyak hal saat ini, Safira!” kata ibunya saat Safira berkeluh kesah tentang Hanan yang cuek pada Nayma. “Nanti malah suami kamu akan meninggalkan kamu. Rebut hatinya sedikit demi sedikit! Ingat, Safira! Kamu hanya istri siri yang mudah untuk diceraikan. Tetapi mencari lelaki seperti Hanan itu susah. Ibu mengizinkan kamu menjadi istri kedua, itu karena suamimu adalah Hanan. Orang kaya yang kamu tidak akan kelaparan dan kekurangan apapun. Masalah Nayma, buat Hanan sedikit demi sedikit menyayangi anak kamu. Ibu tentu ingin anakmu lebih disayang daripada anak kandungnya. Mengalah untuk menang! Itu yang harus kamu lakukan.”“Maksudnya bagaimana, Bu?”“Manjakan suami kamu! Kamu tidak punya harta seperti Felicia, maka kamu harus memberikan yang lain! Nayma, sementara waktu biar

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 16 A

    Part 16POV AuthorFelicia meletakkan ponsel di kursi sebelah. Ia sudah bersiap ke butik setelah mengantar Abizar ke sekolah. Jarinya mengetuk setir mobil berkali-kali. Tak lama kemudian, ia menelpon seseorang.“Antarkan aku nanti sore ke tempat suamiku bekerja,” ucapnya. “Ah, tidak. Kita berangkat agar sampai sana jam satu siang. Aku akan mengurus bisnisku dulu, nanti ke sekolah buat kasih tahu Abizar.”Dengan cepat Felicia melakukan segala aktivitas agar pukul sebelas ia bisa meluncur ke toko bangunan Hanan.“Jadi bagaimana, Ibu Felic, apakah Ibu sudah mendapatkan tempat baru untuk cabang butik Ibu?” tanya partner bisnisnya yang baru.“Sudah. Aku juga sudah melakukan pembayaran dan sertifikat toko itu sudah berpindah padaku. Tempatnya memang bukan di jalan raya kota, tetapi jalan depan lebar, jadi kalau ada mobil berbelanja di sana, lalu lintasnya mudah. Tempat parkir luas dan tokonya besar. Saya ambil di situ karena tidak menemukan yang dekat dengan jalan besar, lagian harganya sed

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 15 B

    “Gimana, kamu setuju tidak akan pergi kemana-mana? Maksudnya, menginap. Kalau siang hari. Gak papa, Mas, kamu bekerja.”Aku mengangguk.“Mbak Salamah kirim pesan, Mas. Katanya kita ditunggu di rumah dia, suruh buat acara tasyakuran pernikahan. Gimana, Mas? Bisa nggak kira-kira?”Apa lagi ini? Belum juga bisa membatalkan acara dengan felicia, sudah ada lagi permintaan dari Mbak Salamah.“Kita jangan jawab dulu, soalnya aku masih capek.”“Ouh, baiklah. Dijawab belum bisa kasih kepastian gitu ya?”Malam itu aku merasakan sesuatu hal yang berbeda. Pulang bersama istri, sholat berjamaah dan menghabiskan waktu bersama. Safira manja luar biasa, seperti sedang balas dendam dengan penderitaan masa lalunya. Ditambah di rumah hanya berdua.“Mas, bobok di depan tivi saja, ya?” rengeknya manja sambil memainkan daguku.“Di kamar saja kenapa?”“Aku ingin sensasi yang berbeda,” bisiknya.“Mas, gendong.”“Mas peluk aku ya tidurnya. Jangan lepasin tangannya lho!”“Mas, besok pagi mau sarapan apa?”“Sia

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 15 A

    Part 15Hari kedua aku masih sibuk berbelanja. Harun berkali-kali tertangkap sedang menatap lama ke arahku, tapi saat aku memandangnya, langsung berpaling ke arah lain. Ini tidak bisa dibiarkan. Dia kenal dekat dengan Felicia. Beberapa karyawan laki-laki yang rumahnya jauh, memang tidur di kamar belakang. Sedangkan Harun, hanya kadang-kadang saja ketika banyak barang baru yang datang dan mengharuskan lembur.Kenapa harus takut? Aku memang biasa pulang ke rumah lain selain yang ada di toko.“Harun, kita harus lembur sampai besok untuk belanjaan. Lusa aku sudah janji mau ajak Abizar ke Bromo. Sepertinya paling cepat di sana empat atau lima hari, tergantung Abizar nanti maunya bagaimana. Jadi, kamu tahu ya apa yang harus dilakukan? Insya Allah stok untuk satu minggu kedepan aman. Oh iya, pembukuan yang belum disetorkan pada Felicia, kirim sama aku ya!” Untuk menghentikan aktivitas Harun yang sering mencuri pandang, aku berkata demikian.“Baik, Pak. Mau dikirim kapan?”“Kalau kamu sudah i

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 14B

    “Tidak ada sesuatu yang instan, Safira. Aku minta maaf karena sudah membuat kamu terluka. Aku lelah sekali. Abizar sakit, Felicia mulai curiga dengan perubahanku. Aku butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekarang. Aku masih belajar menjadi seorang lelaki yang mempunyai dua istri. Jika kamu mau menyalahkanku kenapa menikahi kamu, sekarang aku balik bertanya, Safira. Kenapa saat kamu didatangi mantan suamimu, akulah orang yang kamu panggil dan mintai tolong? Kenapa tidak orang lain saja? Kamu ikut menciptakan situasi dimana aku harus punya rasa iba sama kamu.”Safira berhenti menangis.“Aku mengambilmu dengan cara yang halal. Kita belum terlalu saling kenal sifat masing-masing. Kamu punya anak, aku siap menerima, tetapi untuk menjadi dekat layaknya ayah dan anak, semua butuh proses Safira. Jujur saja, saat melihat Abizar sakit, aku merasa menyesal sudah menghianati Felicia.”“Iya, Mas, aku memang tidak berarti apa-apa bagi kamu. Apalagi Nayma, aku sudah sadar diri kok, Ma

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 14 A

    Part 14“Pak Hanan mau pulang?” tanya Harun ketika aku sudah bersiap pulang ke rumah Safira. Jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam.Aku memang mempunyai rumah pribadi yang lain dan lebih sering tinggal di sana daripada di toko rumah dekat toko.“Iya.”“Tumben, Pak, biasanya menginap di sini kalau sedang pesan barang banyak.”“Aku agak pusing kepalanya, Harun. Nungguin Abizar sering tidak tidur. Tadi pagi berangkat nyetir sendiri, sampai sini langsung bekerja, rasanya perlu istirahat di tempat yang sepi. Kamu urus saja semuanya, ya?”“Iya, Pak,” jawab Harun sambil mengangguk.Aku langsung masuk mobil menuju rumah Safira. Nayma rupanya sudah menunggu di teras rumah sambil main boneka. Gadis kecil itu berdiri malu-malu. Aku mendekatinya meski jujur saja, rasa sayang padanya belum ada dalam hati. Yang ada hanyalah sedikit perasaan kasihan akan nasib yang diderita.“Salim sama Ayah! Kenapa malu gitu?” Safira langsung muncul dari balik pintu.“Sudah makan?” Aku bertanya.Nayma menggele

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 13 B

    Aku membuka mata, ternyata benar, Safira datang ke toko. Entah kenapa begitu cemas, takut kalau dia akan menyapaku layaknya suami istri. Ah dia sepertinya sedang mengecek apakah aku sudah kembali apa belum. Safira sangat cantik hari ini. Dia memakai gamis yang belum pernah aku lihat. Wajahnya dipoles riasan tipis dan memakai kacamata D frame dengan lensa setengah gelap.“Ada toilet gak, Mas?” tanya Safira pada Harun.“Adanya di rumah, Bu,” jawab Harun.Apa dia sedang memberi kode padaku untuk berbincang?“Di rumah belakang?”“Iya, tapi nggak ada orang.” Harun sepertinya ragu mempersilakan orang lain masuk rumah sendirian. “Semua pelayan sibuk, Mbak lihat sendiri ‘kan, toko ramai? Jadi tidak ada yang bisa mengantar.”“Gimana ya, Mas, udah kebelet nih.”“Pak Hanan, apa Pak Hanan mau ke dalam rumah?” tanya Harun padaku.“Ya sudah gak papa, aku antar,” kataku sambil berdiri.Safira berjalan di belakangku.“Kok gak bilang kalau sudah pulang?” Ketika sampai di dalam rumah, Safira langsung be

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 13 A

    Part 13POV HananAku menghentikan mobil ke tepi jalan setelah meninggalkan rumah dalam jarak lima kilometer. Hidungku menghirup udara banyak-banyak. Rasanya seperti menahan napas berhari-hari selama bersama Felicia. Kepala kusandarkan pada sandaran kursi sambil memejamkan mata dengan tangan masih memegang setir mobil. Untungnya Safira bisa dikondisikan. Pada malam pertama Abizar di rumah sakit, aku sudah mewanti-wanti dia untuk tidak menghubungi sebelum ku telepon. Nomernya juga sudah ku hapus dari kontak, pesan dan daftar panggilan.Hati ini menyadari jika sudah berbuat salah yang teramat besar pada Felicia. Dia wanita yang cerdas dan kuat. Jika mengetahui aku telah menghianati, ia pasti akan membuat sebuah tindakan yang aku sendiri tidak memprediksi. Berpisah dengan orang tuanya saja, dia mampu melewati apalagi meninggalkanku.Tak terasa bulir bening jatuh dari pipi. Ya Allah, kenapa harus dipertemukan dengan Safira? Dari awal perkenalan kami, aku sudah menghindar karena Safira ter

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 12 B

    Jika toko itu diberikan pada Harun, kita jangan terlalu percaya pada orang lain.“Tidak perlu melakukan semua itu, Mas! Abi hanya meminta waktumu saja. Dia sangat kesepian karena keluarga dia hanya kamu dan aku saja. Tetap jalankan toko seperti biasa, aku yang akan mengubah kebiasaanku,” ucapku memberi keputusan.“Maksud kamu, Felic?” tanya Mas Hanan.“Jika kamu tidak pulang maka ....” Aku menggantung kalimat yang ku ucapkan.“Maka kamu yang akan kesana?” Mas Hanan langsung paham.“Iya, kamu keberatan?” tanyaku memastikan.“Ah, tidak sama sekali, Felic. Kamu bebas datang kapanpun kamu mau. Toko itu milik kamu, aku hanya ditugaskan kamu untuk mengembangkan saja. Jika kamu mau mengurusnya sendiri juga aku dengan senang hati akan hanya membantu saja. Kalau begitu, apa butiknya saja yang kamu tutup?”“Gampang, Mas, bisa diatur. Itu urusanku.”“Felic, terima kasih sudah mau hidup denganku, mengangkat derajatku dari pemuda miskin hingga menjadi seperti saat ini. Aku sangat berhutang budi pad

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status