All Chapters of Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri: Chapter 21 - Chapter 30

36 Chapters

Bab 21: Membuka Jalan Baru

Setelah beberapa bulan mempersiapkan diri, Damira akhirnya menemukan peluang beasiswa yang sesuai dengan bidangnya. Program ini menawarkan bantuan pendidikan untuk para pekerja yang ingin melanjutkan studi di luar negeri.Damira merasa peluang ini sangat berharga. Selain dapat melanjutkan pendidikan tanpa beban biaya yang besar, ia juga akan mendapatkan pengalaman internasional yang mungkin tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.Mengutarakan NiatMalam itu, Damira menelepon ibunya untuk memberitahu niatnya melanjutkan pendidikan ke luar negeri.“Bu, aku ingin coba mendaftar beasiswa untuk kuliah ke luar negeri,” ujar Damira.“Keluar negeri? Apa kamu yakin? Itu jauh sekali, Damira,” jawab ibunya dengan nada cemas.“Iya, Bu. Aku ingin belajar lebih banyak dan mencari pengalaman. Ini juga bisa membantuku mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di masa depan,” jelasnya.Ibunya terdiam sejenak. “Kalau itu memang yang terbaik untukmu, Ibu tidak akan melarang. Tapi jangan lupa, Damira, kamu tet
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 22

Hari-hari Damira di negeri orang berjalan cepat. Jadwal magang yang padat membuatnya nyaris tak punya waktu untuk memikirkan hal lain selain tugasnya. Namun, setiap kali ada waktu senggang, ia memanfaatkannya untuk menulis jurnal. Ia mencatat setiap pengalaman, kesulitan, dan pelajaran yang ia dapatkan.“Aku harus mendokumentasikan semuanya. Kelak ini akan menjadi pengingat perjuanganku,” gumamnya suatu malam saat ia menuliskan pengalamannya menangani pasien yang sulit berkomunikasi.Selain bekerja di rumah sakit, Damira juga mencoba menjalin hubungan baik dengan rekan-rekan magangnya. Teman-teman dari berbagai negara memberikan pandangan baru yang membantunya memahami banyak hal, terutama tentang budaya kerja dan kehidupan di luar negeri. Ia mulai menyadari betapa luasnya dunia di luar sana dan bagaimana ia dapat berkembang lebih jauh jika terus belajar.---Menjadi InspirasiDi suatu sore, saat berbincang dengan Clara, supervisornya, Damira menceritakan sedikit tentang latar belakan
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 23

Tawaran dari Clara terus terngiang-ngiang di kepala Damira. Program pelatihan lanjutan di rumah sakit tempatnya magang adalah peluang besar, bahkan mungkin lebih besar dari apa yang pernah ia bayangkan.“Ini adalah langkah awal menuju karir internasional yang selama ini aku impikan,” gumamnya sambil menatap layar laptop, membaca ulang email resmi yang dikirim Clara tentang detail program tersebut.Namun, seperti halnya keputusan besar lainnya, ini tidak datang tanpa dilema. Damira tahu bahwa menerima tawaran itu berarti memperpanjang waktunya di luar negeri, jauh dari keluarga. Ia juga khawatir tentang bagaimana ibunya akan bereaksi.---Percakapan dengan IbuMalam itu, Damira memberanikan diri untuk menelepon ibunya. Setelah berbasa-basi sejenak tentang kabar keluarga di kampung, ia mulai membahas tawaran pelatihan.“Ibu, aku dapat tawaran pelatihan lanjutan di sini. Kalau aku ikut, aku bisa lebih banyak belajar dan meningkatkan kemampuanku,” katanya hati-hati.Sejenak, ada keheninga
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 24

Damira mulai menjalani program pelatihan lanjutan dengan semangat baru. Setiap harinya diisi dengan tantangan yang mengasah kemampuan dan wawasannya. Ia bekerja keras, berusaha menyerap setiap pelajaran yang diberikan. Namun, di tengah kesibukannya, Damira sering merenung. Apa sebenarnya arti kebahagiaan?Baginya, kebahagiaan bukan hanya tentang menikah dan memiliki keluarga, seperti yang selalu diinginkan ibunya. Ia ingin lebih dari itu—ia ingin menjadi pribadi yang kuat dan berdiri di atas kakinya sendiri sebelum berbagi hidup dengan orang lain.---Percakapan dengan ClaraDi sela-sela kesibukan, Clara, mentornya, sering memberikan nasihat berharga.“Damira, kamu punya potensi besar. Tapi ingat, hidup ini bukan hanya soal kerja keras. Jangan lupa menikmati perjalananmu,” ujar Clara suatu sore saat mereka sedang berdiskusi di ruang pelatihan.Damira mengangguk. “Saya mengerti, Bu. Tapi saya ingin memastikan bahwa saya benar-benar siap, baik secara mental maupun finansial, sebelum men
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 25

Setelah perjuangan panjang yang Damira lalui, akhirnya ia menginjakkan kaki di negara tempat ia akan menjalani magang sebagai perawat. Udara dingin menyambutnya ketika ia keluar dari bandara, membawa koper kecil yang menjadi saksi perjalanan mimpinya. Ia berdiri sejenak, memandang sekeliling, lalu menghela napas panjang."Ini bukan hanya tentang bekerja di luar negeri," pikirnya. "Ini adalah langkah untuk membuktikan bahwa aku bisa menentukan jalanku sendiri."---Kehidupan Baru di Rumah AsramaDamira tinggal di sebuah asrama sederhana bersama beberapa rekan perawat dari berbagai negara. Awalnya, ia merasa canggung dengan perbedaan bahasa dan budaya, tetapi lambat laun ia mulai menyesuaikan diri. Setiap pagi, ia memulai harinya dengan rutinitas yang teratur: menyeduh kopi, menyiapkan seragam, dan berangkat ke rumah sakit tempat ia magang.Salah satu teman sekamarnya, Lisa, berasal dari Filipina. Mereka sering berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing.“Kenapa kamu memilih menjadi
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 26

Hari-hari Damira di negara baru semakin sibuk dan penuh tantangan. Rutinitas di rumah sakit menjadi semakin intens seiring dengan semakin banyaknya pasien yang membutuhkan perhatian. Namun, setiap tugas yang ia jalani memberikan pengalaman baru yang memperkaya keterampilannya sebagai calon perawat profesional.Di tengah kesibukannya, Damira mulai menemukan ritme kehidupannya. Pagi hari dimulai dengan sarapan sederhana bersama teman-teman asrama, diikuti dengan jadwal kerja di rumah sakit. Malam hari ia habiskan untuk belajar dan menyelesaikan tugas-tugas kuliah daring yang masih harus ia selesaikan.---Tantangan Bahasa dan BudayaSalah satu hambatan terbesar bagi Damira adalah bahasa. Meski telah mempelajari dasar-dasar bahasa setempat, ia sering merasa kurang percaya diri saat berkomunikasi dengan pasien atau rekan kerja.Suatu hari, seorang pasien menanyakan sesuatu kepadanya, tetapi Damira tidak sepenuhnya memahami apa yang dimaksud. Ia mencoba menjelaskan dengan bahasa sederhana,
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 27

Pagi masih gelap ketika Damira membuka matanya. Sejak bekerja di rumah sakit di luar negeri, ia sudah terbiasa bangun lebih awal. Jam di ponselnya menunjukkan pukul 04.30 pagi. Ia menghela napas panjang sebelum bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.Rutinitasnya kini sangat terjadwal. Setelah mandi dan bersiap, ia bergegas ke dapur kecil di apartemennya untuk membuat secangkir kopi. Di meja, ada buku catatan kecil yang selalu ia gunakan untuk menuliskan hal-hal penting, baik tentang pekerjaannya maupun rencana kuliahnya."Hari ini shift pagi, lalu siang ikut kelas online. Malamnya, mungkin bisa belajar sebentar sebelum tidur," gumamnya sambil menyeruput kopi.Setelah memastikan semua barangnya lengkap, ia segera keluar menuju halte bus yang akan membawanya ke rumah sakit tempat ia bekerja.---Sibuk dengan PekerjaanSetibanya di rumah sakit, ia langsung mengganti seragam dan bersiap untuk menjalankan tugasnya. Salah satu hal yang paling ia syukuri adalah lingkungan kerja ya
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 28

Pagi ini, Damira bangun dengan semangat yang berbeda. Ada sesuatu dalam dirinya yang terasa lebih ringan. Mungkin karena semua kerja kerasnya mulai membuahkan hasil, atau mungkin karena ia semakin yakin bahwa keputusan yang diambil selama ini adalah yang terbaik.Saat melihat kalender di meja belajarnya, ia tersadar bahwa sudah hampir dua tahun sejak ia meninggalkan rumah dan berjuang sendiri di negeri orang. Awalnya, semuanya terasa berat. Ia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, menekan perasaan rindu pada keluarga, dan menghadapi tekanan akademik serta pekerjaan. Namun, kini ia mulai terbiasa. Bahkan, ia mulai menikmati ritme hidup yang sibuk namun penuh makna.Seperti biasa, ia memulai harinya dengan rutinitas pagi sebelum berangkat kerja. Setelah mandi dan sarapan sederhana, ia merapikan seragamnya dan bersiap menuju rumah sakit tempat ia bekerja sebagai perawat magang. Namun, kali ini ada tambahan dalam daftar kegiatannya: mengurus dokumen untuk beasiswa yang ingin ia
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 29

Setelah mengirimkan aplikasi beasiswanya, hari-hari Damira terasa lebih menegangkan. Setiap kali ada notifikasi email masuk, jantungnya berdebar, berharap itu adalah kabar dari pihak penyelenggara beasiswa. Namun, ia tahu bahwa proses seleksi tidak akan berlangsung dalam semalam.Selama menunggu, ia tetap menjalani rutinitasnya seperti biasa. Bangun pagi, pergi ke rumah sakit untuk bekerja, lalu kembali ke kampus untuk mengikuti kelas dan menyelesaikan tugas. Di sela-sela kesibukan itu, ia terus mengasah kemampuannya, membaca buku-buku tentang dunia medis, dan berlatih bahasa asing yang bisa menjadi nilai tambah dalam kariernya nanti.Lisa, teman dekatnya di rumah sakit, sering memperhatikan perubahan sikap Damira."Kamu kelihatan lebih fokus akhir-akhir ini," ujar Lisa suatu pagi saat mereka duduk di ruang istirahat.Damira tersenyum, mengaduk kopi dalam cangkirnya. "Aku ingin memastikan semua persiapan berjalan dengan baik. Kalau aku dapat beasiswa ini, itu akan sangat membantu."Li
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 30

Hari yang dinanti akhirnya tiba. Damira berdiri di depan cermin, mengenakan jaket tebal karena negara tujuan beasiswanya memiliki musim yang lebih dingin dibandingkan Indonesia. Sebuah koper besar sudah siap di sampingnya, berisi semua kebutuhan yang akan menemaninya selama beberapa tahun ke depan.Ibunya duduk di kursi dekat pintu, menatapnya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Ada kebanggaan, tapi juga kesedihan yang tersirat di matanya."Kamu yakin tidak akan menyesal pergi sejauh ini, Nak?" tanya ibunya pelan.Damira tersenyum, mendekat dan menggenggam tangan ibunya. "Bu, ini adalah kesempatan terbaikku. Aku ingin belajar, berkembang, dan menjadi seseorang yang bisa mandiri."Ibunya mengangguk pelan. "Ibu hanya ingin kamu bahagia.""Aku bahagia, Bu," jawab Damira dengan mantap.---Perpisahan di BandaraSaat tiba di bandara, suasana terasa penuh emosi. Lisa, yang datang untuk mengantar, memeluk Damira erat."Kamu harus sukses di sana, jangan sampai melupakan kami di sini," ucap
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status