Home / Romansa / Alverez / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Alverez: Chapter 31 - Chapter 40

46 Chapters

Permainan Berbahaya

Calvin Rahadian tahu bahwa Alan Wijaya adalah ancaman yang tidak bisa diremehkan. Meskipun sudah mencoba menjebaknya dan menangkapnya, Alan tetap berhasil kabur. Itu membuatnya semakin waspada. Alan terlalu pintar, terlalu tangguh, dan terlalu berbahaya. Jika dibiarkan, ia bisa menghancurkan rencana besar yang sudah disusunnya selama ini.Dan Calvin tidak akan membiarkan itu terjadi.Ia duduk di ruang kerjanya, menyesap segelas anggur merah sambil berpikir keras. Ada satu cara untuk memastikan Alan tidak bisa bergerak bebas: menggunakan Andre Wijaya. Andre memiliki dendam terhadap kakaknya, Aldo Wijaya, dan sudah sejak lama ia merasa dianaktirikan oleh ayah mereka, Indra Wijaya. Jika saja Andre bisa dipengaruhi lebih dalam, dia bisa menjadi alat yang sempurna untuk menyingkirkan Alan.Namun, Calvin tahu bahwa Andre bukan orang yang mudah dipengaruhi. Ia membutuhkan seseorang yang bisa masuk ke dalam pikirannya, seseorang yang bisa menyusup tanpa menimbulkan kecurigaan.Seseorang seper
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Keputusan yang Tak Terduga

Andre Wijaya menatap langit malam dari jendela ruang kerjanya. Langit begitu gelap, tanpa bintang, seakan mencerminkan pikirannya yang penuh gejolak. Ia tahu ada banyak hal yang sedang terjadi di keluarganya. Konflik antar saudara, intrik yang semakin rumit, dan tekanan dari berbagai arah. Namun, satu hal yang pasti—ia tidak bisa membiarkan keluarganya hancur begitu saja.Sejak kecil, Andre selalu merasa berada di bawah bayang-bayang Aldo. Sang kakak sulung adalah kebanggaan keluarga, pewaris sah yang selalu mendapatkan perhatian penuh dari sang ayah, Indra Wijaya. Namun, ketika Aldo koma akibat kecelakaan misterius, posisi Alan, adik ketiga mereka, mulai naik. Alan dengan cepat mengambil alih banyak keputusan, dan kini ia dipandang sebagai pemimpin baru keluarga Wijaya.Dan di sanalah letak masalahnya.Bagi Andre, tidak masuk akal jika ia yang merupakan anak kedua harus menyerahkan segalanya kepada Alan. Dalam tradisi keluarga mereka, anak tertua yang seharusnya berhak atas warisan d
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Rencana Besar

Mitha duduk di dalam mobilnya, jari-jarinya mengetuk-ngetuk setir dengan gelisah. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran sejak pertemuannya dengan Andre Wijaya tadi siang. Rencana mereka telah runtuh sebelum benar-benar dimulai. Andre, yang semula bisa dimanipulasi dengan mudah, kini mulai menunjukkan perlawanan.Mitha tahu dia harus segera melapor kepada Calvin.Sesampainya di rumah keluarga Rahadian, ia berjalan cepat menuju ruang kerja Calvin. Kakaknya sedang duduk di balik meja besar, sibuk membaca dokumen dengan ekspresi serius. Begitu melihat Mitha masuk, Calvin mengangkat kepalanya."Ada apa?" tanyanya langsung, menatap wajah adiknya yang tampak cemas.Mitha menghela napas dalam. "Andre tidak ingin bekerja sama lagi. Dia menolak rencana kita."Calvin terdiam sejenak, sebelum menyandarkan punggungnya di kursi. "Kenapa?""Dia sadar bahwa Alan tetap saudaranya, dan tidak mungkin membiarkan keluarga Wijaya jatuh ke tanganku begitu saja," ujar Mitha. "Andre mungkin benci Aldo, tapi di
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Pengkhianatan dan Harapan Baru

Di tengah malam yang gelap dan dingin, di bawah lampu jalan yang redup, seorang pria dengan jas hitam panjang berjalan perlahan di trotoar yang sepi. Hujan rintik-rintik membasahi jalanan kota yang hampir tak berpenghuni. Bara Valentino, seorang pria dengan sorot mata tajam dan aura misterius, berhenti sejenak, memandang ke kejauhan dengan ekspresi yang sulit ditebak. Rambut hitamnya sedikit berantakan, terkena cipratan air hujan, namun ia sama sekali tidak terganggu. Ia mengamati sekeliling, matanya menyapu trotoar hingga sebuah sosok tertangkap dalam pandangannya.Di sudut sebuah bangunan tua, seseorang tampak meringkuk, tubuhnya kotor dan lusuh, wajahnya sembab seperti seseorang yang baru saja mengalami keterpurukan hebat. Bara menyipitkan mata, lalu perlahan mendekat. Langkahnya tenang, penuh perhitungan. "Arga Wijaya?" suaranya dalam dan tenang, tetapi tetap membawa kesan mengintimidasi. Sosok yang dipanggil itu mendongak dengan ekspresi lelah dan putus asa. Arga menatap pria d
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Aliansi Baru

Di sebuah apartemen kecil di pinggiran kota, Arga Wijaya duduk di kursi tua dengan tangan yang terkepal di atas lututnya. Bara Valentino berdiri di dekat jendela, menatap lampu-lampu kota yang berkelap-kelip. Hujan deras masih mengguyur jalanan, menciptakan suara monoton yang memenuhi ruangan.“Jadi, biar aku perjelas,” Bara akhirnya membuka suara, suaranya dalam dan penuh ketegasan. “Kau bilang Calvin Rahadian-lah yang mengadu domba keluarga Mahendra dan Wijaya?”Arga mengangguk. “Ya. Sejak awal, semua yang terjadi antara keluarga kami adalah hasil manipulasi Calvin. Dia membuat Papa percaya bahwa keluarga Mahendra menculik Adrian, padahal kenyataannya Calvin sendiri yang membunuhnya. Dan yang lebih gila, Dimas Mahendra percaya bahwa Alan Wijaya yang menculik putrinya, Clara.”Bara berbalik, menatap Arga dengan tatapan tajam. “Dan kau yakin Calvin yang menculik Clara?”“Aku tidak punya bukti konkret, tapi semua jejak mengarah kepadanya. Terutama
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bara Dendam

Bara Valentino duduk dengan tenang di ruangan yang remang-remang. Cahaya lampu yang temaram hanya menyisakan siluet wajahnya yang keras dan penuh luka masa lalu. Alan Wijaya, yang duduk di hadapannya, menatapnya dengan penuh kewaspadaan. Dunia mereka penuh dengan intrik dan pengkhianatan, dan Alan tahu bahwa siapa pun bisa menjadi ancaman.Bara menghela napas, membiarkan kesunyian di antara mereka bertahan beberapa saat sebelum akhirnya berbicara."Aku berasal dari keluarga Valentino, mungkin kau belum pernah mendengar nama itu sebelumnya karena keluarga Rahadian telah menghapus jejak kami dari sejarah," ucapnya dengan suara rendah namun penuh dengan amarah yang tertahan.Alan tetap diam, mendengarkan dengan seksama. Bara melanjutkan, kali ini dengan sorot mata yang lebih tajam."Ayahku, Damian Valentino, dulu adalah seorang pengusaha sukses. Kami bukan keluarga besar seperti Mahendra atau Wijaya, tapi kami memiliki kehormatan dan kekuatan kami se
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Semakin Terdesak

Calvin Rahadian berdiri di depan jendela kantornya, menatap hujan yang mengguyur kota dengan deras. Ia menghela napas panjang, perasaan gelisah mulai menjalar dalam pikirannya. Selama ini, ia selalu selangkah lebih maju dari musuh-musuhnya, namun kali ini ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.Ia berjalan menuju meja kerjanya, meraih gelas whiskey yang setengah penuh, lalu meneguknya dalam satu kali tegukan. Firasat buruk terus menghantuinya sejak beberapa hari terakhir. Rencananya memang berjalan dengan baik—keluarga Wijaya dan Mahendra telah diadu domba, Clara masih dalam genggamannya, dan Alan Wijaya mulai menjadi target berikutnya. Namun, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.Ia memijit pelipisnya, mencoba berpikir dengan lebih jernih. Kemudian, pintu ruangannya diketuk. Seorang pria bertubuh tegap masuk setelah mendapat izin."Bos, Dimas Mahendra ada di bawah. Dia ingin bertemu dengan Anda sekarang."Calvin mengangguk, melirik jam tangannya. Sudah hampir tengah malam, dan fakt
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Masa Kelam

Bara Valentino berjalan santai di trotoar kota saat hujan gerimis mulai turun. Tangannya dimasukkan ke dalam saku jaket kulitnya, sementara matanya tetap awas terhadap sekeliling. Ia tidak terbiasa membiarkan dirinya lengah, terutama sekarang setelah ia mulai terlibat dalam konflik besar antara keluarga Mahendra, Wijaya, dan Rahadian. Malam semakin larut, dan jalanan mulai sepi. Namun, justru dalam kesunyian seperti inilah bahaya sering kali mengintai.Saat melangkah menuju persimpangan, Bara mendengar suara klakson keras diikuti dengan suara rem yang berdecit tajam. Sebuah mobil sport putih kehilangan kendali dan berputar di jalan yang licin. Tanpa berpikir panjang, Bara berlari ke arah mobil tersebut dan dengan refleks menarik seorang wanita yang nyaris tertabrak ke pelukannya.Wanita itu terjatuh di pelukan Bara, napasnya tersengal karena syok. Matanya yang besar dan indah menatap Bara dengan keterkejutan yang sulit disembunyikan."A-aku… hampir mati ba
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Langkah Berbahaya

Dimas Mahendra menatap kota dari balik jendela kantornya yang luas. Gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi, mencerminkan kesuksesan dan kekuatan bisnis yang telah ia bangun selama bertahun-tahun. Namun, malam ini pikirannya tidak tertuju pada bisnis, melainkan pada langkah besar yang baru saja ia ambil. Keputusan yang akan mengubah segalanya. Ini adalah salah satu cara untuk mengetes apakah Alan Wijaya bertindak dalam setiap pengambilan keputusan di keluarga Wijaya. Selain itu, ia juga ingin membuktikan jika Alan Wijaya telah menculik putrinya, Clara, maka dengan ancaman ini Alan akan segera melepaskan putrinya.Ia telah menyewa kelompok bayangan untuk menghancurkan bisnis keluarga Wijaya. Tidak cukup hanya meminta banyak pengusaha untuk menarik investasi dari proyek patungan dengan keluarga Wijaya, ia ingin memastikan bahwa bisnis Wijaya benar-benar runtuh. Ia telah menghubungi beberapa pesaing terbesar Wijaya dan memberi mereka informasi berharga tentang kelemahan
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Perang Saudara

Andre Wijaya menatap layar ponselnya dengan ekspresi penuh pertimbangan. Di layar, nama Bara Valentino tertera jelas. Ia sudah lama mengenal nama itu, tetapi baru sekarang ia benar-benar merasa perlu menghubunginya. Alan telah membuat bisnis keluarga mereka merugi, dan Andre tidak bisa membiarkan itu terus terjadi. Jika Alan tidak bisa memimpin keluarga ini dengan benar, maka Andre harus turun tangan. Namun, ia butuh bantuan.Dengan napas berat, ia akhirnya menekan tombol panggil.Bara Valentino menjawab setelah beberapa dering. "Andre Wijaya," suaranya terdengar datar, tidak menunjukkan emosi. "Apa yang membuatmu menghubungiku?""Aku butuh bantuanmu," kata Andre langsung. "Bisnis keluarga Wijaya sedang berada di ambang kehancuran. Alan terlalu sibuk dengan masalah yang lain dan tidak memikirkan bisnis keluarga. Aku ingin mengambil alih semuanya sebelum semuanya terlambat."Bara terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Aku bisa memahami situasim
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status