Home / Urban / 30 Hari Menggapai Cinta / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of 30 Hari Menggapai Cinta: Chapter 11 - Chapter 20

45 Chapters

Kembali pada Pekerjaan

April hanya bisa memandangi bapaknya dengan perasaan kesal. Dia tidak menyangka jika bapak bisa menunjukkan sikap yang begitu menyebalkan padanya. April kemudian mengalihkan pandangannya kepada Wahyu yang saat ini sudah menjadi pasangannya.“Aku tidak ingin menyembunyikan hubungan apapun dari bapak. Tapi kenapa bapak mengobrol seasyik ini dengan dia? Apa ada sesuatu yang aku lewatkan,” kata April.“Tidak ada. Kami hanya membahas masalah bisnis. Aku rasa jika aku ceritakan kepadamu, kamu juga tidak akan mengerti,” kata Wahyu, dia memberikan jawaban untuk perkataan April.“Aku akan memahaminya jika kamu ceritakan kepadaku. Tapi aku penasaran memangnya urusan bisnis apa yang kalian bicarakan?” tanya April, dia mengarahkan fokusnya kepada Wahyu.“Perpanjangan kontrak. Antara toko kain milik bapakmu dengan perusahaan jahit milikku,” kata Wahyu, dia menjawab rasa penasaran April.April seketika mengangguk. Dia kemudian kembali terdiam. April tak lagi memberikan balasan untuk perkataan Wahyu
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Menguras Banyak Tenaga

Wahyu menerima berkas yang diberikan oleh Anara. Sekretaris pribadinya itu tidak pernah gagal dalam mempersiapkan beberapa dokumen penting untuk keperluan pertemuan perusahaan. Meskipun begitu, Wahyu belum memutuskan untuk memberi jawaban terhadap perkataan Anara.Justru pandangan Wahyu tertuju kepada map yang dia buka lebar. Wahyu mencoba memahami apa-apa saja yang tertulis di dalam map bersampulkan warna kuning. Pimpinan muda itu membaca yang tertulis untuk materi pertemuan yang akan diadakan satu jam lagi.Sebaliknya, Anara masih berdiri di sebelah Wahyu. Dia memperhatikan atasannya cukup lama, seolah menunjukkan kesabarannya untuk menunggu jawaban dari Wahyu. Tetapi sayangnya, Wahyu belum juga menaruh perhatian kepadanya.“Aku sudah memahami beberapa materi yang ada di dalam berkas ini. Kira-kira nanti kita akan membahas mengenai cara mendistribusikan jahitan kain kita kepada beberapa mitra yang ada,” kata Wahyu.Setelah berkata begitu, Wahyu mengarahkan pandangannya kepada Anara.
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Pulang dengan Rasa Lelah

Wahyu mengangguk, dia merasa dapat memahami apa yang dikatakan oleh para mitranya. Tak perlu waktu lama, saat diskusi telah selesai. Wahyu menyetujui apa yang diungkapkan oleh para mitra perusahaan jahit miliknya.“Jika kalian merasa bisa untuk membantu, maka tidak ada yang salah apabila aku menyerahkan permasalahan ini kepada kalian,” kata Wahyu.“Ya, untuk itu kamu tidak perlu khawatir. Kami sebagai rekan kerjasama perusahaan jahit Anarta bersedia membantu untuk mendapatkan kenalan pendistribusian,” kata mitra lain.Setelah menghasilkan kesepakatan, pertemuan siang itu selesai. Beberapa pekerja dan mitra sudah meninggalkan ruang pertemuan. Begitupula dengan Wahyu dan Anara yang sedang berjalan menuju ke ruangan kerja Wahyu.Meskipun pertemuan menghasilkan keputusan yang sesuai dengan keinginan Wahyu, tetapi masih saja ada yang mengganjal pikiran pemimpin muda itu. Dia tidak sedang memikirkan bagaimana keberlangsungan para mitra dalam mencari kenalan untuk mendistribusikan jahitan ka
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Menghabiskan Malam tanpa Diduga

“Kamu sudah selesai?” tanya Wahyu.Anara mengangguk. Tatapan matanya tertuju kepada Wahyu. Pimpinan muda yang saat ini sedang bersedia untuk menunggu dirinya. Anara yang semula memasang wajah datar, kini mengembangkan senyuman di bibirnya.“Kita bisa berangkat sekarang, Pak. Saya sudah selesai dan siap untuk pulang bersama Bapak,” kata Anara.“Baiklah. Jalanlah di belakangku, jangan jauh-jauh menjaga jarak denganku,” kata Wahyu.Setelah melihat anggukan dari Anara, Wahyu mengambil langkah lebih dahulu di depan. Dia meninggalkan ruangan kerjanya. Sedangkan di belakang, Anara mengikuti langkah Wahyu untuk menuju ke mobil.Sesampainya di depan mobil, Wahyu membukakan pintu untuk Anara. Setelah mengembangkan senyum dan mengarahkan pandangan kepada pimpinannya, Anara masuk ke dalam mobil. Wahyu menutup pintu dan berputar arah untuk masuk ke sisi lain mobil.Ketika berada di dalam, Wahyu lekas mengemudikan mobil ke jalanan. Wahyu memilih untuk fokus kepada arah jalan. Sepanjang jalan hanya
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Jelang Hari Esok

Setelah beberapa jam berlalu, segelas frozen martini telah habis. Wahyu merasa lega untuk menghabiskan malam minggu bersama Anara. Dia menoleh dan melihat ke arah jam tangan, tak terasa jika waktu sudah berubah.Jarum jam di pergelangan tangannya menunjukkan sembilan malam. Wahyu menoleh kepada Anara, dan menyadari bahwa sekretaris pribadinya masih duduk tegak di samping.“Apa kamu mau pulang sekarang?” tanya Wahyu.Anara menoleh kepada Wahyu. Pandangan matanya masih jernih menunjukkan bahwa dia saat ini masih belum mengantuk. Anara melebarkan senyum di bibirnya.“Saya sih belum mengantuk, Pak. Belum terlalu ingin pulang. Tapi jika Bapak ingin mengantarkan saya pulang saat ini, maka saya tidak keberatan,” kata Anara.“Kalau begitu, lebih baik aku antar kamu pulang sekarang. Hari akan semakin larut, aku takut jika kamu sampai di rumah terlalu malam,” kata Wahyu.“Baik, Pak,” kata Anara, dia memberikan balasan untuk pemimpin mudanya.Ketika Wahyu berdiri, Anara ikut berdiri. Wahyu berja
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bicara Restu

“Anak teman mama? Saat ini aku tidak ingin berkenalan dengan wanita manapun. Aku sudah menjalin hubungan dengan April. Jadi aku hanya ingin mempertahankan hubungan yang sudah aku miliki dengan dia, Ma,” kata Wahyu.Meskipun Wahyu sudah mengutarakan maksud hatinya, tetapi Yanuar tetap menunjukkan ekspresi wajah yang begitu datar. Terlihat sekali jika Yanuar tidak menyukai hubungan yang dijalin antara anak sulungnya dengan gadis dari toko kain.“Tidak, tidak. Aku tidak mau putra pertama dari keluarga ini menjalin hubungan dengan gadis biasa seperti dia,” kata Yanuar.Wahyu terdiam seketika. Setelah mendengar ucapan Yanuar, Wahyu merasa seperti tidak bisa berkata-kata lagi. Jangankan untuk membalas ucapan mamanya, untuk menolak saja Wahyu sudah tidak bisa.“Gadis biasa bagaimana, Ma? April adalah wanita baik yang bisa membuatku jatuh cinta,” kata Wahyu, dia mengutarakan maksud hatinya untuk membela April di depan Yanuar.“Aku tahu jika perempuan itu yang telah membuat kamu mabuk kepayang
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bertemu Kenalan

Seolah tidak punya pilihan lain, Wahyu mengangguk. Dia tidak bisa memberikan jawaban tidak untuk mamanya. Yanuar dikenal memiliki sifat tegas dan tidak bisa dibantah untuk setiap keinginan yang dia miliki terhadap anak-anaknya.“Sekarang kamu tidur saja. Agar besok kamu mendapat tenaga dan terlihat segar ketika bertemu dengan orang,” kata Yanuar.“Aku akan pergi ke kamar sekarang. Selamat malam, Ma,” kata Wahyu.Wahyu berbalik. Dia lekas mengambil langkah untuk menuju ke kamar. Ketika sudah berada di dalam, Wahyu menyalakan lampu. Kemudian dia membaringkan tubuh di atas ranjang, dan memejamkan kedua matanya.Setelah tertidur dengan pulas, tak ada lagi yang bisa mengusik ketenangan Wahyu. Hingga pagi menjelang, Wahyu baru terbangun ketika menyadari ada suara ketukan pintu dari luar.Wahyu membuka kedua matanya. Dia turun dari ranjang, dan berjalan membuka pintu. Di depannya, sudah berdiri Yanuar seolah menunggu kesiapan Wahyu untuk berangkat.“Kamu baru bangun? Aku kira kamu sudah bers
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Kebekuan yang Kaku

“Apa tidak masalah jika kamu kenalkan anakmu ini dengan anakku? Bukannya dia sudah memiliki pasangan,” kata Ranata.“Tidak masalah. Bahkan jika Wahyu membantahku, aku akan turun tangan langsung untuk menyuruh si April meninggalkan dia,” kata Yanuar.“Wah, tega sekali kamu. Itu anak kamu sendiri, tetapi kamu bisa berbuat sekejam itu padanya,” kata Ranata.Yanuar hanya menaikkan sebelah alisnya. Pandangannya kemudian tertuju kepada Wahyu yang sedang duduk bermain handphone. Yanuar terlihat sebal karena putra sulungnya itu tidak mempedulikan percakapan yang terjadi di antara mereka.“Untuk apa mama bawa kamu ke sini jika kamu malah sibuk bermain handphone, Wahyu?” tanya Yanuar, dengan suara tegas.Wahyu yang mendengar suara mamanya, lekas memasukkan handphone kembali ke dalam saku celana. Dia mengarahkan pandangannya kepada Yanuar yang terlihat kesal saat ini.“Memangnya apa yang mama mau dariku?” tanya Wahyu, dia menunjukkan wajah malas.“Kamu sedang bersama teman mama dan anak gadisnya
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Rencana Bertemu April

Wahyu tertegun setelah mendengar ancaman dari Yanuar. Tidak seperti biasa, mamanya itu mengucapkan kata-kata dengan suara yang begitu tegas. Tatapan Wahyu masih tertuju kepada Yanuar, berharap semoga saja dia membatalkan ancaman kepada April.“Mama ini bicara apa sih. Aku tidak mau mama melukai April, dia itu sudah menjadi kekasihku. Jelas saja jika dia akan menjadi tanggung jawabku jika terjadi apa-apa padanya,” kata Wahyu.“Aku tidak ingin kamu membantah keinginanku, Wahyu. Apa yang aku inginkan, harus kamu ikuti. Atau jika tidak, kamu akan menanggung akibatnya. Aku begini karena aku tahu yang terbaik untukmu,” kata Yanuar.Wahyu memalingkan pandangannya dari Yanuar. Dia mencoba untuk tidak lagi mempedulikan perkataan mamanya. Meskipun dalam hati, Wahyu merasa khawatir jika akan terjadi sesuatu pada April.Tak ada lagi percakapan yang terjadi di meja nomor 44. Antara Wahyu dengan Anara hanya saling diam, sibuk memikirkan hal-hal lain dalam kepala. Sedangkan Yanuar dan Ranata memilih
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Ada yang Berbeda

“Bisa-bisanya kamu menemui wanita itu dan memilih untuk menurunkan mama di rumah. Padahal, aku masih ada banyak urusan yang ingin dibicarakan denganmu,” kata Yanuar.“Maafkan aku. Tetapi aku lebih memilih untuk menemui April karena hal yang harus kubahas lebih penting,” kata Wahyu.Wahyu menutup kaca mobil. Tak lagi menghiraukan keberadaan Yanuar, dia langsung mengemudikan mobilnya ke jalanan.Keputusannya untuk menemui April sudah tidak bisa ditunda. Meskipun Yanuar telah melarangnya untuk menghampiri wanita tersebut.Wahyu berhenti di perempatan jalan, lampu merah menghalangi keinginannya untuk terus berkendara menuju ke toko kain. Selama menunggu lampu menyala hijau, perasaan Wahyu berubah menjadi gelisah.Rasanya ingin sekali segera sampai di tempat April. Tetapi tidak mungkin baginya untuk menerjang lampu yang masih menyala merah.Sedangkan itu di toko kain, April merapikan peralatan dan kain-kain yang dipajang di lemari kaca. Dia tidak tahu sama sekali jika Wahyu akan menghampir
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status