Semua Bab PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....: Bab 11 - Bab 20

32 Bab

Makin Terasa Aneh

11“Ayo, masuk dulu. Tidak enak dilihat orang, dikira kita lagi berantem,” ujar Ukasya sambil mengulas senyum.Rindu menghela napas kasar. Lalu, mengikuti langkah lelakinya sambil membawa rantang.“Sebenarnya, ada apa, sih, Mas? Kenapa Bu Fatimah kasih kita sarapan lagi?”Setelah masuk rumah dan pintu ditutup, Rindu langsung menagih jawaban.“Jadi, Bu Fatimah salah satu tukang masak di tempat kerja kita. Aku dengar, kalau pegawainya selalu diberi sarapan begini setiap hari.”“Ha? Memang ada yang begitu? Lalu, kemarin kan, kamu belum mulai kerja. Kenapa sudah dikasih?” Normal saja Rindu menanyakan sesuatu yang mengganjal hatinya.Rasa tidak enak hati sebab merasa menjadi beban sedikit luntur, itu pun karena pernyataan dari Ukasya sendiri. Jadi, Rindu bisa menanyakan rasa penasarannya seperti sekarang.“Aku kan, mendaftarnya malam-malam. Mungkin sudah dapat jatah. Aku juga tidak tahu, sih.”Rindu bingung mau bertanya apa lagi meski masih banyak yang menjadi tanda tanya di benak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Bertemu Dini

12“Maaf, permisi,” ujar Rindu sambil menunduk dan melangkahkan kaki.“Heh! Tunggu, dong! Jadi pelayan itu yang sopan! Diajak pelanggan ngomong, malah lancang pergi!”Dini meraih tangan Rindu. Ia mencengkeram sengaja menahan agar saudara satu ayahnya itu tetap berada di dekatnya.“Saya harus kembali bekerja. Tolong lepaskan tangan saya.” Rindu berusaha sopan.Dini tertawa mengejek.“Din, aku sepertinya pernah melihat dia. Tapi, lupa di mana. Kalau kamu kenal, pantas sih, kalau aku sepertinya tahu. Memangnya, dia siapamu, sih, Din? Beneran deh, aku lupa.” Orang yang tadi memanggil Dini untuk melihat makanan yang tersaji di meja, kembali bicara.“Dia ini mantan benalu di rumahku. Ingat kan, kalian?” ujar Dini masih menjegal tangan Rindu.“Mohon maaf, saya harus kerja lagi,” ujar Rindu berusaha menghindari Dini.“Tunggu! Pelayan saja, belagu!” bentak Dini.“Dengerin ya, semuanya! Ini itu, si Rindu. Taulah ya, dia anaknya ayahku yang tidak diinginkan. Makanya, dia jadi pelayan d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Aku Mohon

13“Apa yang dia katakan semuanya benar, Rindu?” tanya Ukasya agar semua terang.“Bu-bukan begitu. Aku hanya tersandung,” ujar Rindu belum mau mengaku.“Saya akan menunjukkan di mana pengunjung yang tadi melakukannya. Saya bersumpah, sudah melihat dari jauh. Saya hendak mendekat sesudah menyelesaikan tugas, Mbak Rindu malah keburu pergi dan saya menyusul ke sini.”Rindu makin terpojok oleh pengakuan teman kerjanya itu yang begitu tegas.Ukasya menatap penuh selidik. Ada harapan besar yang digambarkan oleh wajahnya agar Rindu mengatakan kejujurannya.“Rindu, tolong katakan yang sejujurnya,” pinta Ukasya.Berat untuk mengakui menimbang tentang dirinya dan Ukasya baru bekerja di tempat itu. Rindu hanya takut mereka dipecat.“Aku mau jujur, tapi tolong, turuti keinginanku, Mas.” Kali ini, Rindu yang meminta dengan serius.“Iya, katakan saja.”Udara diambil dalam-dalam lewat hidung, lalu membuangnya perlahan sebelum mengungkap kebenarannya.“Aku memang disuruh mengguyur minuman
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Aku Mencintaimu, Rindu

14“Kenapa kamu menarikku, Rindu? Aku mau ngomong sama dia!” ujar Ukasya tetap berjalan sebab ditarik Rindu.Namun, terpaksa berhenti dan Rindu melihat mata lelaki itu dengan serius.“Mas, tolonglah, tepati janjimu. Aku tidak mau ada keributan dan membuat kita dipecat, Mas. Kita butuh kerjaan. Terutama aku, Mas. Biar aku tidak merepotkanmu terus.”Ukasya mendesah kasar. Lalu, ia mengingat sesuatu.Benar, sih. Hampir saja aku ngomong yang sebenarnya.“Baiklah, Rindu. Aku menurutimu walau kekesalanku pada Dini masih sangat besar. Suatu saat nanti, aku akan membalas perbuatannya biar dia tahu rasa dan bisa berpikir.”“Iya, Mas. Suatu saat nanti, ya.”Rindu merasa mustahil. Ia hanya mengiyakan agar tidak semakin melebar.“Ayo, kita pulang. Kamu harus mandi dan ganti baju biar tidak lengket,” ajak Ukasya.“Iya, Mas. Kita minta izin dulu sama manajer, ya.”Ukasya berdecap, tetapi menyetujuinya.*** “Sya, kapan Mama bisa ke situ? Atau Rindu kamu bawa ke sini, Sya.”Saat Rindu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Apa Benar, Ini Takdirku?

15“Iya, nanti aku bicarakan sama keluargaku dulu. Lalu, apa kita akan berangkat kerja lagi?”“Iyalah, Mas. Kerja baru seminggu, tadi izin sebentar sama Pak Manajer, masa bolos. Aku mau digaji, Mas.”Ukasya nyengir.“Ya sudah, kamu siap-siap. Aku tunggu di depan.”“Iya, Mas.”Rindu berangsur masuk ke kamar.Kami sudah saling mengungkapkan rasa masing-masing. Kami sama-sama ingin mempertahankan pernikahan ini. Hatiku bahagia dan senyumku sulit aku hentikan. Apakah benar, inilah takdirku dan Mas Uka adalah jodohku?Di dalam kamar, di depan cermin sambil melihat pantulan diri, Rindu berbisik di dalam hati. Tangannya bergerak mengeringkan rambut dengan handuk.“Selama aku bersamanya, aku dijaga dengan baik. Aku bismillah saja, Ya Allah,” ucapnya lirih sambil mengangguk memantapkan hati.*** Setelah Rindu masuk kamar, Ukasya bergegas keluar dan mengingat lagi tentang Hilda yang tadi menelepon. Layar ponsel dibuat terang kembali.“Benar, Mama masih tersambung,” gumam Ukasya sam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Kamu Sudah Milikku

16Semenjak Rindu diusir dari rumah, Raden sering tiba-tiba memikirkan gadis itu. Selintas, wajahnya terbayang. Namun, Raden coba tepis.“Keputusanku sudah bulat. Rindu sendiri yang membuat keadaan semakin kacau,” gumamnya.Mimpi mendiang istrinya, nyatanya tidak menggoyahkan hatinya yang sudah membatu. Rasa benci telah menguncinya rapat, meski Tuhan telah memberi sinyal-sinyal padanya.“Lebih baik mengurus Dini yang sebentar lagi akan menyusulku kerja di sini. Rindu hanya seorang anak pembawa sial.”*** Setiap pagi, Rindu sudah memaklumi kehadiran Bu Fatimah yang mengantarkan sarapan. Saat ditanya, wanita paruh baya itu mengatakan hal yang sama dengan penjelasan Ukasya.“Mas Uka, aku tambah penasaran sama bos kita. Kapan kira-kira beliau datang ke tempat kerja kita, ya? Aku tanya teman-teman, mereka hanya bilang nggak tau sambil tersenyum aneh menurutku. Bos kita baik banget orangnya, ya? Sarapan saja sampai di antar sama Bu Fatimah,” ujar Rindu ketika mereka duduk di ruangan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Biarkan Aku Seperti Ini, Mas

17“Gimana, Yah? Mereka belum sampai?” tanya Hilda setelah dari kamar mandi.“Belum, Ma. Sabar ... nanti juga datang,” jawab Riko mengetahui istrinya begitu antusias menyambut kedatangan sang mantu.Ya, Ukasya sesegera mungkin membicarakan permintaan Rindu pada kedua orang tuanya. Tentu saja setelah dirinya meyakinkan diri. Ia akan menerima semua yang nantinya akan diputuskan oleh Rindu.Katanya, jodoh tidak akan ke mana walau dipisahkan oleh gunung sekalipun. Ukasya mengawali pertemuan dengan kebohongan, seharusnya bisa menerima segala konsekuensi yang didapat.“Dia pakai gelang almarhum Ningrum tidak ya, Yah?”“Lihat saja nanti, Ma. Mungkin dipakai karena barang itu adalah peninggalan berharga dari mamanya yang telah meninggal. Merasa bersama kalau sedang dipakai.”“Iya, mudah-mudahan begitu, ya, Yah.”“Iya, Ma.”***Tak dimungkiri, di atas motor, Rindu jantungnya berdebar. Meski dirinya mengatakan telah siap, kalau hal itu terjadi, tetap merasa ketegangan merayapi hatinya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Dibohongi?

“Kita turun dulu ya, Sayang,” ujar Ukasya lagi, tak menjawab pertanyaan Rindu padahal rasa penasarannya sudah di ubun-ubun.Rindu merasa gelisah karena kebimbangan yang diembannya. Namun, ia tak punya pilihan lain. Ia turun dari motor sesuai kemauan Ukasya.Raut wajah lelaki itu juga tidak bisa dikatakan tenang. Walau coba ditutupi, guratan kecemasan tersirat di sana.“Mas, sumpah, aku bingung banget. Katamu, rumah keluargamu tidak lebih bagus dari rumah orang tuaku. Kenapa sekarang di hadapanku ada rumah semegah ini? Sebenarnya, rumah siapa ini, Mas?”“Kita masuk dulu. Kamu akan tahu semuanya setelah kita masuk, Sayang.”“Ha? Gimana sih, maksudnya, Mas?”“Yuk, kita masuk. Biar kamu bisa tahu jawabannya,” ajak Ukasya.Rindu membuang napas. Sampai detik ini, jawaban yang dimau belum juga didapat. Ia mengikuti Ukasya yang berjalan membimbingnya.Apa Mas Uka aslinya orang kaya banget begini? Tapi, kok bisa? Kok, mau menikah sama aku? Kenapa kalau sudah kaya, dia jadi pembantu di rumahku?
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Cerita Masa Lalu

“Jadi, Rindu, mamamu dulu adalah sahabat Mama. Sejak sekolah SD sampai SMA kami bersama. Gelang yang kamu pakai adalah gelang pemberian Mama,” ujar Hilda. Ia beralih pada tas kecil yang sejak tadi ada di dekatnya.“Ini, gelang yang sama dengan gelang yang kamu pakai. Mama masih menyimpannya sebagai kenangan yang sangat berharga.”Air mata menitik. Hilda mengatur napas dan menghapus bulir kristal itu.Rindu belum menanggapi. Ia mengambil gelang yang diperlihatkan oleh Hilda. Pandangannya menelisik setiap sudutnya. Membandingkan dengan gelang yang dipakai.“Mama membeli gelang yang sama. Alhamdulillah, Mama lahir dari keluarga berada. Demi persahabatan kami, Mama sengaja membeli gelang emas itu. Kami berpisah karena Mama harus kuliah di luar negeri. Mamamu juga sibuk dengan kuliahnya, bahkan bekerja. Mama juga menikah lebih awal dan mengundang mamamu, tapi dia tidak bisa datang. Komunikasi kami semakin sulit, mamamu menikah saja, Mama tidak tahu. Sampai kabar kepergiannya terdengar di t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Sah

“Apa kabar, Om? Eh, Ayah maksudku,” sapa Ukasya seraya mengulas senyuman manis.“Ba-baik,” jawab Raden sangat kaku dan berusaha membalas senyuman.“Anda pasti kaget dengan situasi saat ini. Yang jelas, namaku yang sebenarnya adalah Ukasya Adanu anak dari Ayah Riko yang merupakan CEO di tempat kerja Anda. Identitas waktu itu, bukan identitas asliku. Jadi, mohon doa restunya untuk pernikahan kali ini.”Raden yang tidak bisa banyak bicara hanya mengangguk. Ia memikirkan segalanya. Meski merasa ditipu, ia tak mungkin menggagalkan penikahan ini atau membawa pergi Rindu yang sudah diusir. Ia tak mau pula dipecat dari pekerjaannya yang sudah mapan serta nyaman kalau berulah.“Terima kasih untuk restunya, Yah,” ujar Ukasya lagi.“Iya. Sama-sama.”Para tamu undangan tentu berbisik. Seharusnya, wali nikah sudah siap bersama keluarga mempelai. Tidak malah menjadi tamu undangan. Namun, mereka tidak bisa mengutarakannya pula secara lantang mengingat yang punya hajat adalah atasan mereka. Semua yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status