Aezar berlutut di sisi tempat tidur, perlahan mengangkat tubuh Ara ke dalam pelukannya. Dia begitu ringan, begitu lemah, dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Aezar merasa takut—takut kehilangannya. Dengan penuh kelembutan, ia mulai membalut luka di kaki Ara, memastikan tidak ada lagi darah yang terus mengalir. "Maafkan aku, Ara..." bisiknya lirih, hampir seperti doa. "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Aku akan merawatmu."Tangan Ara sedikit bergetar saat ia mengangkatnya, jemarinya menyentuh lengan Aezar dengan lembut. "Papa..." gumamnya lemah, nyaris tak terdengar. Air mata jatuh dari matanya, membasahi pipinya yang sudah pucat. "Aku tidak tahu Papa ada di mana... Apa yang terjadi dengannya..."Aezar menatapnya dengan lembut, meskipun ada luka di hatinya yang sulit dijelaskan. Ia mengusap rambut Ara dengan hati-hati, memastikan gadis itu tetap merasa aman dalam pelukannya. "Kita akan mencarinya," ucapnya, suaranya penuh keyakinan. "Sebelum itu, berja
Terakhir Diperbarui : 2025-02-01 Baca selengkapnya