Semua Bab Pesona Lembut Sang Istri: Bab 31 - Bab 40

50 Bab

Bab 31

Billy menarik tangannya dari selimut Kiara dengan santai, berdiri tanpa memperlihatkan ekspresi yang aneh.Martha tersenyum dan berkata, "Aku takut terjadi sesuatu pada Kiara, jadi aku nggak tenang dan datang untuk melihatnya.Billy tidak menyembunyikan apapun dari Martha. Dia menjelaskan, "Ada sedikit masalah yang terjadi pada Tedy, tapi baru saja selesai diurus."Lalu, Billy menambahkan lagi, "Kebetulan kamu datang, coba tenangkan dia."Tentu saja Martha tahu siapa Tedy. Dia berjalan masuk dan langsung menuju sisi ranjang. Saat dia sampai di sana, Billy segera menjauh dari ranjang, menjaga jarak dengan Kiara.Martha duduk di samping ranjang, menggenggam tangan Kiara dan bertanya, "Ada apa? Ayo ceritakan padaku."Wajah Martha terlihat penuh perhatian dan kelembutan. Namun, Kiara justru terdiam sesaat. Setelah beberapa saat, dia baru menjawab dengan pelan, "Tedy dalam masalah. Dia berkelahi di bar, untungnya Kak Billy yang membantu menyelesaikannya."Kiara khawatir kakaknya akan marah,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 32

Billy berpura-pura marah sambil menatap Martha, "Nggak boleh keras kepala." Akhirnya, Martha menyerah dan berkata, "Iya iya, aku nggak bisa melawanmu."Billy menerima selimut dari perawat dan menyelimutkan tubuh Martha, seolah khawatir dia masuk angin.Martha bercanda dengan manja, "Jangan begitu khawatir, aku hanya di kamar Kiara, bukan di tempat lain."Namun, Billy menjawab serius, "Sudahlah, balik ke kamar dulu."Kiara yang berbaring di ranjang hanya diam dan menyaksikannya.Setelah memastikan Martha terselimuti dengan baik, Billy berkata pada Kiara, "Aku antar kakakmu balik dulu. Kalau ada apa-apa, bilang saja ke sopir."Kiara menjawab pelan, "Iya, terima kasih Kak Billy."Setelah itu, Billy memapah Martha keluar dari ruangan. Mereka berjalan jauh dan Kiara hanya bisa melihat dari kejauhan. Dia tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan, tapi sempat melihat Billy tersenyum.Billy jarang sekali tersenyum dan Kiara sadar bahwa senyumannya biasanya hanya untuk kakaknya. Hal itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 33

Billy tidak tahu apa alasan Kiara ingin menemuinya. Setelah beberapa detik diam, Kiara kembali berkata, "Aku bisa datang sendiri."Billy terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawab, "Kukirimkan alamatnya padamu."Kiara yang semula merasa tegang akhirnya sedikit lega. Dengan suara lembut, dia menjawab, "Iya."Setelah itu, Billy langsung menutup telepon. Tak lama kemudian, sekitar satu menit, Kiara menerima pesan berisi sebuah alamat, Komplek Bukit Lestari.Melihat alamat itu, Kiara menggenggam erat ponselnya, bibirnya pun terkatup rapat.Dia memutuskan naik taksi menuju lokasi yang disebutkan. Begitu sampai, dia melihat kawasan yang begitu luas. Kiara tidak tahu seberapa besar tempat itu, tetapi dia menyadari bahwa untuk memasuki area tersebut, pemeriksaannya sangat ketat. Bahkan dia sempat melihat danau serta hamparan rumput hijau di dalam.Barulah dia paham kenapa banyak orang mengatakan kakaknya menikah dengan orang yang tepat. Keluarga Tandean memang jauh lebih terpandang daripada Kelu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 34

Kiara kembali mendekatkan diri, bibirnya menyentuh bibir Billy dengan sangat pelan, nyaris tak terasa. Billy hanya diam, menunduk menatapnya tanpa berkata apa-apa.Jantung Kiara berdetak sangat cepat, seolah ingin melompat keluar dari dadanya. Dia perlahan berjinjit, tangannya melingkar di leher Billy dan bibirnya bersentuhan lebih dalam.Namun, Billy tetap tidak bergerak dan membiarkannya. Saat Kiara merasa canggung dan tidak tahu harus melakukan apa, terdengar suara rendah Billy yang bertanya, "Kamu mencoba menggodaku?"Kiara merasa udara di sekitarnya menjadi begitu tipis. Kedekatan mereka membuat napasnya terputus-putus.Bibirnya bahkan bergetar."Bukan ... aku hanya mau berterima kasih."Tatapan Billy menajam dan melanjutkan, "Kamu merasa aku nggak mau membantu Tedy?"Perkataan itu membuat Kiara seolah kehabisan napas. Bukan itu yang dia maksud, tetapi rasa gelisah di hatinya membuatnya ingin memastikan segalanya dengan caranya sendiri.Billy melanjutkan, "Menurutmu, apa yang aka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 35

Jadi, perhatian Billy padanya semata-mata karena cinta pria itu pada kakaknya. Mungkin ini yang dimaksud dengan istilah mencintai orangnya sekaligus hal-hal di sekitarnya. Kiara menjawab, "Iya, aku mengerti, kak ... "Namun, panggilan itu tak kunjung terlontar dari bibirnya.Billy sempat mengernyitkan alisnya sejenak, tetapi dia tak mengatakan apa-apa, seakan menerima panggilannya. Mengenai tindakan Kiara barusan, dia hanya menganggapnya sebagai sikap anak kecil yang belum dewasa.Akhirnya, Kiara tidak pergi menemui Tedy. Sebagai gantinya, dia menelepon orang tua Tedy.Kiara berpikir, meskipun tidak peduli dengan diri sendiri, seharusnya Tedy memikirkan kedua orang tuanya. Apa dia benar-benar tega menyia-nyiakan usaha dan kasih sayang yang diberikan mereka selama bertahun-tahun? Keesokan harinya, setelah orang tua Tedy datang, Tedy pun akhirnya keluar dari kantor polisi.Hari itu, Kiara tidak pergi ke kantor polisi. Dia tetap berada di kampus tanpa bertanya sedikit pun kondisi Tedy.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 36

"Jadi, apa yang harus dilakukan sekarang?"Dokter menghela napas, tampak penuh kekhawatiran. Setelah beberapa saat, dokter berkata dengan serius, "Kita hanya bisa mengambil risiko dengan menggunakan darah dari kerabat dekat. Bukankah Bu Martha punya seorang adik tiri? Meskipun sumsum tulangnya nggak cocok, tapi golongan darahnya sama dan bisa dicoba untuk membantu sementara."Billy mengernyitkan alis."Apa ada risikonya?""Kita hanya bisa mencoba dulu."Raut wajah Billy menjadi semakin dingin.Pada saat bersamaan, Benedict dan Alice tiba di rumah sakit. Alice menangis tanpa henti. Tampaknya, mereka sudah mendengar pembicaraan antara dokter dan Billy tadi. Begitu tiba, Alice langsung memegang erat tangan dokter dan berkata, "Dok, aku sudah memanggilnya, dia masih di perjalanan. Begitu dia sampai, langsung transfusi darah saja."Benedict juga menambahkan, "Benar, dia sedang dalam perjalanan ke sini."Billy bertanya, "Kalian sudah bertanya pada Kiara?"Mendengar pertanyaan itu, Alice lang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 37

Mendengar ucapannya, Kiara terdiam cukup lama, akhirnya mengangguk pelan.Melihat anggukannya, Billy tetap mengerutkan alis. Setelah beberapa saat, dia berkata pelan, "Kalau begitu, pergilah."Kiara belum sempat mengalihkan pandangannya, tubuhnya sudah ditarik menuju ruang pemeriksaan.Di depan pintu UGD, Alice terus menangis, tak mampu menahan emosinya. Benedict berusaha menenangkannya, menyuruhnya agar tidak terlalu cemas.Billy tentu berharap Martha bisa selamat, tapi dia juga bukan orang yang tega. Dia tidak ingin keselamatan Martha harus dilakukan dengan mengorbankan kesehatan orang lain. Itulah sebabnya, dia berkali-kali menyuruh Kiara untuk berpikir matang.Namun, sepertinya hanya dirinya yang memikirkan hal ini. Orang tuanya, termasuk Benedict, ayah kandungnya juga tidak mempertimbangkan hal tersebut.Seketika, entah kenapa, dirinya merasa situasi ini sangat kejam. Meski demikian, dia tetap berharap Martha bisa segera melewati masa kritis.Billy berdiri diam di sana, memejamkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 38

Martha menjawab, "Sudah baikan, kupikir nggak bisa bertemu denganmu lagi."Billy mengernyit, tangannya membelai kepala Martha, "Jangan khawatir, nggak akan terjadi apa-apa, mengerti?"Martha memercayainya dan mengangguk pelan.Billy juga merasa lega. Meskipun masih ada rasa takut yang tersisa di hatinya. Tangannya tetap membelai kepala Martha.Tiba-tiba, Billy mengingatkan Benedict, "Kiara ada di belakang."Benedict baru tersadar dan langsung menoleh ke arah Kiara.Kiara masih terbaring di ranjang dorong, menatap mereka dari kejauhan. Saat itu, barulah Benedict teringat akan keberadaan Kiara. Dia berjalan mendekatinya dengan perhatian, meskipun terlihat jelas perhatian itu tidak sebanding dengan kekhawatirannya pada Martha.Billy hanya menyaksikan semua itu dari kejauhan, tatapan matanya tampak tajam dan dingin.Martha menatap Billy dan bertanya, "Billy, Kiara yang mendonor darah untukku?"Billy berusaha untuk tidak terlalu memperhatikan Kiara. Dia hanya menjawab, "Iya, situasinya daru
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 39

Beberapa hari berikutnya, Kiara tetap tinggal di rumah sakit untuk memulihkan kondisinya. Sementara itu, Martha yang sempat berada dalam kondisi kritis, akhirnya berhasil melewati masa-masa sulit. Kondisinya kini mulai stabil dan kesehatannya berangsur membaik.Di kamar Martha, suasana selalu hangat dan ramai. Dia dikelilingi cinta dari orang tuanya dan tak henti-hentinya bermanja pada Billy. Semua orang tampak harmonis dan penuh kehangatan.Namun, tiba-tiba Martha teringat sesuatu, "Ayah, ibu, bagaimana dengan kondisi Kiara?"Mendengar pertanyaan itu, Benedict dan Alice baru teringat pada Kiara. Alice menjawab pelan, "Kiara baik-baik saja, dia hanya perlu istirahat yang cukup."Namun, Martha merasa sedikit bersalah melihat perhatian oang tuanya sepenuhnya tercurah padanya. "Ayah, kalian harus lebih sering menjenguk Kiara. Kalau bukan karena dia, aku mungkin sudah meninggal."Billy yang berdiri di sampingnya hanya diam, hanya menyuruh perawat untuk menyalakan alat pemurni udara di ruan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 40

Di atas ranjang, Martha terbaring dengan mata berlinang air mata, memperlihatkan ekspresi putus asanya yang mendalam.Dokter berkata, "Kami juga berharap prosesnya berjalan lancar. Tapi, meski masa kritis kali ini telah berlalu, ini baru permulaan. Kondisi pasien nggak akan bertahan lama tanpa tindakan lebih lanjut. Kami menyarankan segera lakukan transplantasi sumsum tulang atau menggunakan darah tali pusat seorang bayi."Billy terdiam cukup lama, hingga akhirnya berkata, "Baiklah, kami mengerti."Dokter mengangguk dan segera meninggalkan ruangan.Di depan pintu, Kiara berdiri ragu-ragu. Dengan suara pelan, dia bertanya, "Ada ... ada apa?"Begitu mendengar suara Kiara, pandangan Billy langsung tertuju padanya.Namun, tak ada satu pun di dalam ruangan yang menjawab pertanyaannya.Dengan langkah perlahan, Kiara melangkah masuk ke dalam kamar. Namun, tepat saat dia mendekati ranjang kakaknya, tiba-tiba Alice berlutut di depannya. Air mata membanjiri wajahnya, dia menangis tersedu-sedu, s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status