Semua Bab Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah: Bab 31 - Bab 40

58 Bab

Bab 31

Tatapan pria itu menusuk, penuh arti, dan disertai dengan senyum miring yang membuatku semakin gelisah. Theo tidak berkata apa-apa, tapi pandangannya seolah menantangku untuk memberikan jawaban yang tepat. “Tidak,” ucapku akhirnya, singkat dan tegas. Arthur tampak terkejut, tapi dia tetap mempertahankan senyumnya. Dia menghela napas pelan, seperti sudah menduga jawaban itu namun masih berharap lebih. Semua orang di sekitar kami terdiam sejenak, sampai akhirnya Arthur memecah keheningan dengan pertanyaan lain yang membuatku semakin bingung. “Kenapa? Bukankah Andrew dan kamu juga sudah putus?” Aku menatapnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia katakan. Bagaimana dia bisa tahu tentang aku dan Andrew? Apakah dia memantauku selama ini? “Arthur…” gumamku, mencari kata-kata yang tepat. Tapi sebelum aku bisa menjawab, suara tajam memotong percakapan kami. “Itu sudah jelas, Arthur. Kamu tidak perlu alasan untuk tidak diinginkan. Jadi, cari perempuan lain saja.” Aku menole
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Bab 32

Semua orang langsung terdiam, bahkan Theo yang tadinya tampak tidak peduli kini memasang tatapan tajam ke arah Thomas. Aku menahan napas, menyadari bahwa ini mungkin akan menjadi momen yang panas. Thomas tersenyum tipis, lalu menghela napas panjang sebelum menjawab. “Yang paling menyebalkan dari Theo?” Dia menatap langsung ke arah pria itu sebelum melanjutkan. “Dia kejam dan terlalu misterius.” Ruangan langsung dipenuhi suara bisik-bisik dan gumaman. Theo yang duduk di sudut hanya menatap Thomas dengan dingin, tidak ada sedikit pun emosi di wajahnya. Tapi aku tahu, ada sesuatu yang sedang dipendamnya. “Kejam gimana maksudnya?” tanya Angela, menambah bumbu pada situasi yang sudah cukup tegang. “Dia selalu memandang rendah orang lain, seolah semua orang di dunia ini tidak pernah cukup baik untuknya. Dan misterius? Ya, dia tidak pernah membiarkan siapa pun tahu apa yang sebenarnya dia pikirkan atau rasakan. Itu sangat menyebalkan,” kata Thomas dengan nada tenang tapi tegas. “A
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Bab 33

Theo menatapku dengan tatapan tajam, seolah matanya mampu menembus setiap lapisan diriku yang paling tersembunyi. Pria itu mencondongkan tubuhnya sedikit, mempersempit jarak di antara kami, membuatku merasa seperti terpojok meski ruangan ini cukup luas. "Jadi, permainan anak muda, huh? Dengan pakaian seperti ini?" nada suaranya terdengar rendah, tetapi penuh sindiran yang membuat tengkukku meremang. Aku menggigit bibir bawahku, mencoba menahan gelisah yang mulai menguasai diriku. Tangannya yang terlipat di depan dada hanya mempertegas kesan dominan yang ia bawa. Tidak seharusnya dia mempertanyakan bajuku. Ini bukan urusannya. Tapi kata-kata itu tertahan di ujung lidahku. “Memangnya kenapa kalau aku berpakaian seperti ini?” Aku akhirnya memberanikan diri menjawab, meskipun suara yang keluar terdengar lebih lemah daripada yang aku harapkan. Matanya menyipit, seperti menilai setiap kata yang aku ucapkan. Theo menyeringai kecil, sebuah ekspresi yang lebih membuatku kesal daripada ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

Bab 34

Angela mencolek lenganku, menyadarkan aku dari lamunan. "Hei, kamu kenapa? Wajahmu merah," bisiknya pelan. Aku hanya menggeleng, mencoba mengusir pikiran tentang Theo. Sepertinya aku harus benar-benar berhati-hati. Pria itu lalu berjalan melewati kami. Angela memegang lengannya, sontak pria itu berhenti. Pria itu menatap kami berdua dengan alis terangkat. "Bagaimana, apakah sahabatku bisa kerja di restoran milik kak Theo" Pria itu tertawa lagi, tidak ada kesinisan. Aku meremas jari Angela, kata-katanya tadi siang benar-benar menggangguku. Aku menarik Angela dengan perasaan tidak nyaman, namun gadis itu masih berdiri. " Walaupun kamu orang dalam yang sangat denganku, aku tidak bisa mengambil keputusan sesuka hati.Kalau dia bersedia, dia bisa mengikuti test seperti calon lainnya besok pagi. " Angela lalu mengangguk, gadis itu langsung memeluk kakak sepuounya itu dengan erat. Aku hanya menundukkan kepala, tidak tahu mau mengatakan apa. " Terimakasih kak, " Pria itu mengangguk da
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

Bab 35

Aku tidak ingin bertegur sapa dengan Theo, jadi aku segera berbalik menuju kamarku. Namun, langkahku terhenti saat mendengar derap langkah berat di belakangku, memaksa naluriku untuk berhenti. Suara langkah itu terasa mendesak, seolah memiliki maksud yang tidak bisa diabaikan."Maaf, ada apa, Pak Theo?" tanyaku tanpa menoleh, mencoba mengendalikan gemuruh di dadaku. Jantungku berdebar, menciptakan ketegangan yang sulit kuabaikan.Pria itu melangkah lebih dekat, hingga kini berdiri sejajar denganku. Wajahnya memancarkan keraguan, tetapi tatapannya tegas, membuatku waspada. Ada sesuatu dalam sikapnya yang membuatku merasa terpojok."Maaf, Savannah. Aku tadi mendengar percakapanmu," ucapnya pelan namun jelas. Nada suaranya membawa kehangatan yang aneh, meski tetap terkesan dingin.Aku menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Mengangguk singkat, aku menjaga jarak emosional. "Kalau begitu, Anda sudah tahu, kan? Tidak perlu kita bahas lagi," ujarku datar, berharap pembicaraan ini s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Bab 36

Theo tersenyum kecil, senyum yang sulit kuterjemahkan. Entah itu tulus, sinis, atau hanya sebuah upaya untuk menutupi sesuatu. "Iya, sudah," jawabnya akhirnya. "Hanya saja hubungan kami LDR. Dia masih mencari jati dirinya." Pernyataannya membuatku sedikit tertegun. "Mencari jati diri?" ulangku, setengah bingung. Dia mengangguk ringan, tatapannya sedikit melunak. "Dia sedang sibuk dengan kehidupannya sendiri. Ada banyak hal yang ingin dia capai sebelum benar-benar merasa siap menjalani kehidupan rumah tangga sepenuhnya," jelasnya, suaranya terdengar tenang namun ada nada melankolis yang terselip di sana. Aku hanya mengangguk, tidak ingin menggali lebih jauh meskipun ada banyak pertanyaan yang berkecamuk di kepalaku. Hubungan pernikahan mereka terdengar rumit, seperti sebuah kesepakatan tanpa pondasi emosional yang kuat. Tapi aku sadar, aku bukan siapa-siapa untuk menilai. "Tolong rahasiakan hal ini," pintaku tiba-tiba, mencoba mengembalikan fokus pembicaraan ke masalahku. "Aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

Bab 37

Aku menatap Eleonor yang tampak sumringah, senyumnya merekah seperti bunga yang baru saja bermekaran di musim semi. Gadis itu tanpa ragu meremas tanganku, seolah ingin membagi kegembiraan yang mengalir deras dalam dirinya. Tatapan matanya tajam, penuh antusiasme, memberi isyarat agar aku mengikuti arah pandangannya."Apa sih?" bisikku, mencoba mengalihkan perhatiannya dari sesuatu yang jelas membuatnya bersemangat. Namun, Eleonor hanya tersenyum, sama sekali tak menggubrisku.Merasa tak nyaman, aku berdehem pelan dan berpura-pura mencari alasan. "Aku ke kamar mandi dulu," gumamku, berusaha menjauh sebelum rasa gugup ini semakin jelas terlihat.Tapi langkah kaki itu semakin dekat. Aku tahu siapa pemilik suara itu, bahkan tanpa menoleh sekalipun. Napasku tercekat, tubuhku menegang, namun aku memaksa kaki ini melangkah. Sayangnya, di detik berikutnya, Eleonor dengan liciknya menarik lenganku, membuatku tetap berdiri di tempat.""Ayo, jangan kabur," bisiknya penuh godaan, matanya berbinar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

Bab 38

Aku mencoba melangkah pergi dengan tenang, tetapi belum sempat aku bergerak jauh, tangan Theo tiba-tiba menahan lenganku. Sentuhannya lembut, tetapi cukup kuat untuk membuatku berhenti. "Savannah, duduk! " suara yang sangat penuh ketegasan, aku menjadi kaku. Respon pria ini sangat tidak terkendali. Aku menoleh, menatap wajahnya yang tampak tegang. Tapi sebelum aku bisa mengatakan apa-apa, tangan lain menyentuh lengan kiriku. " Kakak tidak berhak memerintah Savannah,," suara dingin Arthur membuat tubuhku menegang. Aku menoleh ke arahnya, dan tatapan tajamnya menghunus ke wajah Theo yang acuh tak acuh. Cengkraman ditanganku masih kuat. Theo mengerutkan kening, tidak melepaskan cengkeramannya. "Arthur, ini bukan urusanmu." Arthur tersenyum kecil, senyuman yang lebih terlihat seperti ejekan. "Tentu saja ini urusanku, kak Theo. Aku tidak akan membiarkanmu bertindak sesuka hati pada Savannah. Apalagi kamu juga baru mengenal Savannah." Aku menatap mereka berdua bergantian, tidak cukup
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Bab 39

Aku menatap Arthur dengan penuh tanda tanya. Jawaban apa yang akan keluar dari mulutnya? Raut wajahnya datar, nyaris tanpa ekspresi, membuatku semakin sulit menebak isi pikirannya."Kakakku..." Arthur berhenti sejenak, pandangannya bergeser dari Eleanor ke arahku. "Dia tidak punya kekasih. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan... mungkin dia memang memilih untuk sendiri."Eleanor tampak ingin bertanya lebih jauh, tapi aku lebih dulu menyela. "Kenapa dia memilih untuk sendiri? Apakah karena dia pernah disakiti seseorang?"Arthur menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresi wajahnya berubah menjadi sedikit melunak. Dia menghela napas, seakan tengah memutuskan apakah dia harus menjawab atau tidak. "Savannah," ujarnya pelan, "kamu terlalu banyak bertanya tentang kakakku. Kenapa? Apa kamu tertarik padanya?"Aku tertegun. Tentu saja aku penasaran, tapi tidak pernah terlintas di pikiranku untuk tertarik pada kakaknya. Namun, pertanyaan Arthur itu berhasil membuat jantungku berdetak sedikit l
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 40

Aku memutar tubuhku, sepenuhnya menghadapnya sekarang. "Itu mudah untukm.. Kamu tidak pernah peduli, kan? Tapi aku, aku tidak seperti itu!" Matanya menatapku dengan intensitas yang membuatku hampir lupa bernapas. "Aku tidak peduli karena mereka tidak penting," katanya dengan tenang, tapi nadanya terasa seperti perintah. "Yang penting adalah kamu ada di sini sekarang. Itu cukup." "Apa maksudmu, Theo?" tanyaku, frustrasi dengan caranya yang selalu berbicara setengah-setengah. "Maksudku sederhana," katanya sambil memutar kemudi ke arah sebuah restoran yang terlihat mewah. "Kamu bersamaku. Biarkan mereka berpikir apa pun yang mereka mau." Aku mendesah panjang, merasa tidak berdaya menghadapi sifat keras kepalanya. "Ini tidak masuk akal," gumamku. Dia memarkir mobilnya dan mematikan mesin sebelum menatapku lagi, kali ini dengan tatapan yang lebih lembut tapi tetap serius. "Mungkin. Tapi aku tidak akan berubah hanya untuk menyenangkan orang lain, Savannah. Dan, sejujurnya, aku hara
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status