Jancent menyalahkanku yang tidak membalas pesannya. Dylan berlari ke dapur dengan gembira karena ingin makan bakso asam manis. Namun, dia malah berjalan keluar dengan kecewa.“Kakek, mana bakso asam manisnya? Cepat kasih aku! Aku mau makan!”“Nggak buat.”Sesudah mendengar jawabanku, Dylan pun menangis. Menantuku buru-buru memeluk Dylan dan mulai menghiburnya. Sementara itu, Jancent berdiri di depanku dengan ekspresi tidak percaya.“Ayah, apa kamu sudah gila? Aku telepon kamu, kamu malah langsung tutup. Aku kirim pesan, tapi kamu juga nggak balas satu pun. Bahkan bakso asam manis Dylan juga nggak kamu buat. Apa yang kamu lakukan di rumah seharian?”Jancent langsung menyalahkanku, seolah-olah aku bukan ayahnya, melainkan pembantu yang dipekerjakannya tanpa dibayar.Aku menatapnya dengan tenang tanpa menjawab, melainkan bertanya, “Kamu nggak punya fobia ketinggian, ‘kan?”Jancent sontak tertegun, lalu buru-buru memalingkan wajah dengan gugup.“Jadi, kamu bohongi aku supaya nggak usah ban
Last Updated : 2024-12-12 Read more